{"title":"ANALISIS NILAI WILLINGNESS TO PAY PER QUALITY ADJUSTED LIFE YEAR TERAPI PENYAKIT MODERATE MASYARAKAT DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2019","authors":"Melviani, S. Budi","doi":"10.51817/bjp.v4i1.272","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pelayanan kesehatan di Indonesia belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan penyakit moderate. Pendekatan farmakoekonomi yang paling direkomendasikan dalam rangka kendali mutu dan biaya adalah cost utility analysis. Interpretasi terhadap nilai rasio efektivitas biaya tersebut membutuhkan cost effectiveness threshold untuk menentukan suatu teknologi kesehatan bersifat costeffective atau tidak. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan estimasi nilai willingness to pay per quality adjusted life years. Tujuan penelitian adalah menganalisis nilai estimasi willingness to pay per quality adjusted life year pada penyakit moderate di masyarakat di Kota Banjarmasin dan faktor-faktor yang mempengaruhi WTP per QALY. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional. Survei dilakukan pada masyarakat di Kota Banjarmasin tahun 2019 menggunakan metode stated preference dengan pendekatan contingent valuation. Jumlah sampel sebanyak 100 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari pengukuran nilai WTP menggunakan metode dichotomous bidding game, pengukuran utility menggunakan EQ-5D berdasarkan skenario hipotetik nilai utility penyakit moderate. Analisis mengunakan bivariate correlation analysis spearman. Hasil penelitian menunjukan Rata-rata WTP per QALY EQ-5D-5L Rp19.538.910 dan analisis variabel karakteristik responden terhadap WTP per QALY di dapatkan R square 0,397(p=0,026) yang artinya bahwa 39% secara bersama-sama variabel dependen akan mempengaruhi WTP per QALY. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap CE-Threshold berdasarkan preferensi masyarakat","PeriodicalId":181128,"journal":{"name":"Borneo Journal of Pharmascientech","volume":"285 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Borneo Journal of Pharmascientech","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.51817/bjp.v4i1.272","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Pelayanan kesehatan di Indonesia belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan penyakit moderate. Pendekatan farmakoekonomi yang paling direkomendasikan dalam rangka kendali mutu dan biaya adalah cost utility analysis. Interpretasi terhadap nilai rasio efektivitas biaya tersebut membutuhkan cost effectiveness threshold untuk menentukan suatu teknologi kesehatan bersifat costeffective atau tidak. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan estimasi nilai willingness to pay per quality adjusted life years. Tujuan penelitian adalah menganalisis nilai estimasi willingness to pay per quality adjusted life year pada penyakit moderate di masyarakat di Kota Banjarmasin dan faktor-faktor yang mempengaruhi WTP per QALY. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional. Survei dilakukan pada masyarakat di Kota Banjarmasin tahun 2019 menggunakan metode stated preference dengan pendekatan contingent valuation. Jumlah sampel sebanyak 100 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari pengukuran nilai WTP menggunakan metode dichotomous bidding game, pengukuran utility menggunakan EQ-5D berdasarkan skenario hipotetik nilai utility penyakit moderate. Analisis mengunakan bivariate correlation analysis spearman. Hasil penelitian menunjukan Rata-rata WTP per QALY EQ-5D-5L Rp19.538.910 dan analisis variabel karakteristik responden terhadap WTP per QALY di dapatkan R square 0,397(p=0,026) yang artinya bahwa 39% secara bersama-sama variabel dependen akan mempengaruhi WTP per QALY. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap CE-Threshold berdasarkan preferensi masyarakat