{"title":"Hubungan antara Preeklampsia Berat Awitan Dini dengan Pertumbuhan Janina Terhambat pada Pasien Preeklamsia Beratdi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta","authors":"M. Muslichah, Shinta Prawitasari, Irwandi Rachman","doi":"10.22146/JKR.59812","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Latar Belakang : Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan salah satu komplikasi janin yang sering terjadi pada pasien Preeklamsia Berat (PEB) dan eklamsia. Angka kejadian PEB awitan dini berkisar 5-20% dari keseluruhan kasus preeklamsia yang berhubungan dengan neonatal morbiditas dan mortalitas, dimana angka kejadian PJT sendiri berkisar 3-7%, sedangkan angka kejadian PEB awitan lanjut sebesar 75-80% dari keseluruhan kasus preeklamsia yang berhubungan dengan maternal morbiditas. Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara PEB awitan dini dan kejadian PJT di rumah sakit Sardjito Yogyakarta. Metode : rancangan penelitian adalah cross sectional study Populasi penelitian adalah pasien preeklamsia dengan janin tunggal yang lahir di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2013-2015. Sampel penelitian adalah pasien PEB berjumlah 135 subyek, PEB awitan dini 105 subyek, dan awitan lanjut 30 subyek. Uji chi square digunakan untuk menghitung prevalensi PJT pada PEB awitan dini dan lanjut. Stratifikasi mantel-haneszel dilakukan untuk menilai variabel perancu. Multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil dan Pembahasan : subyek dengan PEB awitan dini adalah 51 subyek (48,57%) yang mengalami PJT sedangkan awitan lanjut adalah 7 subyek (23,33%). Subyek dengan PEB awitan dini dan preeklamsia genuine memiliki prevalensi PJT lebih tinggi RP (CI 95%)=2,453 (1,170-5,141) dan p =0,007. Prevalensi PJT pada PEB awitan dini, OR (CI95%)=3,257 (1,244-8,530) dan p =0,016; usia OR (CI 95%)=0,488 (0,202–1,178) dan p =0,111; paritas OR (CI 95%)=1,159 (0,461–2,912) dan p =0,11; jenis PE OR (CI 95%)=0,730 (0,294–1,814) dan p =0,498; dan derajat proteinuria OR (CI 95%)=0,955 (0,464–1,968) dan p =0,901. Kesimpulan : PEB awitan dini mempunyai hubungan yang signifikan dengan PJT. Kata kunc i: PEB; PEB awitan dini; PEB awitan lanjut; PJT.","PeriodicalId":103177,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Reproduksi","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Kesehatan Reproduksi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/JKR.59812","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Latar Belakang : Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan salah satu komplikasi janin yang sering terjadi pada pasien Preeklamsia Berat (PEB) dan eklamsia. Angka kejadian PEB awitan dini berkisar 5-20% dari keseluruhan kasus preeklamsia yang berhubungan dengan neonatal morbiditas dan mortalitas, dimana angka kejadian PJT sendiri berkisar 3-7%, sedangkan angka kejadian PEB awitan lanjut sebesar 75-80% dari keseluruhan kasus preeklamsia yang berhubungan dengan maternal morbiditas. Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara PEB awitan dini dan kejadian PJT di rumah sakit Sardjito Yogyakarta. Metode : rancangan penelitian adalah cross sectional study Populasi penelitian adalah pasien preeklamsia dengan janin tunggal yang lahir di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2013-2015. Sampel penelitian adalah pasien PEB berjumlah 135 subyek, PEB awitan dini 105 subyek, dan awitan lanjut 30 subyek. Uji chi square digunakan untuk menghitung prevalensi PJT pada PEB awitan dini dan lanjut. Stratifikasi mantel-haneszel dilakukan untuk menilai variabel perancu. Multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil dan Pembahasan : subyek dengan PEB awitan dini adalah 51 subyek (48,57%) yang mengalami PJT sedangkan awitan lanjut adalah 7 subyek (23,33%). Subyek dengan PEB awitan dini dan preeklamsia genuine memiliki prevalensi PJT lebih tinggi RP (CI 95%)=2,453 (1,170-5,141) dan p =0,007. Prevalensi PJT pada PEB awitan dini, OR (CI95%)=3,257 (1,244-8,530) dan p =0,016; usia OR (CI 95%)=0,488 (0,202–1,178) dan p =0,111; paritas OR (CI 95%)=1,159 (0,461–2,912) dan p =0,11; jenis PE OR (CI 95%)=0,730 (0,294–1,814) dan p =0,498; dan derajat proteinuria OR (CI 95%)=0,955 (0,464–1,968) dan p =0,901. Kesimpulan : PEB awitan dini mempunyai hubungan yang signifikan dengan PJT. Kata kunc i: PEB; PEB awitan dini; PEB awitan lanjut; PJT.