Moderasi Beragama Di Ruang Publik Dalam Bayang-Bayang Radikalisme

Nazar Naamy, Ishak Hariyanto
{"title":"Moderasi Beragama Di Ruang Publik Dalam Bayang-Bayang Radikalisme","authors":"Nazar Naamy, Ishak Hariyanto","doi":"10.20414/sophist.v3i2.51","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Moderasi beragama dan saling mencintai menjadi cita-cita manusia di dunia ini, karena itu jejak yang paling dasar dalam diri manusia. Maka dari itu, kita harus membenci kekerasan atas nama apapun, baik itu agama, dan kemanusiaan. Manusia harus saling menghargai, menerima, menghormati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kekerasan atas nama agama sering dijadikan alat legitimasi aksi dan reaksi kekerasan, baik radikalisme maupun terorisme oleh para pengusungnya. Kemunculan gerakan radikalisme dan terorisme yang didorong oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Hal ini dapat ditelusuri dari gejala radikalisme di masyarakat, yang ditandai dengan adanya kecenderungan individu maupun kelompok untuk menafsirkan teks secara leterlek serta mengabaikan konteks, ingin penegakan syari’ah, dan cenderung intoleransi terhadap sesama manusia. Dalam artikel ini, penulis menawarkan bahwa moderasi beragama harus hidup di ruang publik, meski dibayang-bayangi oleh radikalisme. Meskipun dalam bayang radikalisme, moderasi beragama harus menjadi jalan keluar di tengah masyarakat yang pluralis dan harus diangkat pada ruang publik sebagai ruang demokratis, yang mana warga negara dapat menyatakan opini, kepentingan, dan kebutuhan mereka secara diskursif. Berkomunikasi mengenai kegelisahan-kegelisahan politisnya, bebas menyatakan sikap, dan argumen, terlibat dalam membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan bersama, bukan ditentukan oleh satu individu; Presiden, Tuan guru, Pejabat, Pendeta, Dan Kepala Suku. Ia bersifat bebas dari pengaruh siapapun termasuk pemerintah dan harus mudah diakses oleh semua anggota masyarakat.","PeriodicalId":237818,"journal":{"name":"Sophist : Jurnal Sosial Politik Kajian Islam dan Tafsir","volume":"372 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Sophist : Jurnal Sosial Politik Kajian Islam dan Tafsir","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20414/sophist.v3i2.51","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Moderasi beragama dan saling mencintai menjadi cita-cita manusia di dunia ini, karena itu jejak yang paling dasar dalam diri manusia. Maka dari itu, kita harus membenci kekerasan atas nama apapun, baik itu agama, dan kemanusiaan. Manusia harus saling menghargai, menerima, menghormati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kekerasan atas nama agama sering dijadikan alat legitimasi aksi dan reaksi kekerasan, baik radikalisme maupun terorisme oleh para pengusungnya. Kemunculan gerakan radikalisme dan terorisme yang didorong oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Hal ini dapat ditelusuri dari gejala radikalisme di masyarakat, yang ditandai dengan adanya kecenderungan individu maupun kelompok untuk menafsirkan teks secara leterlek serta mengabaikan konteks, ingin penegakan syari’ah, dan cenderung intoleransi terhadap sesama manusia. Dalam artikel ini, penulis menawarkan bahwa moderasi beragama harus hidup di ruang publik, meski dibayang-bayangi oleh radikalisme. Meskipun dalam bayang radikalisme, moderasi beragama harus menjadi jalan keluar di tengah masyarakat yang pluralis dan harus diangkat pada ruang publik sebagai ruang demokratis, yang mana warga negara dapat menyatakan opini, kepentingan, dan kebutuhan mereka secara diskursif. Berkomunikasi mengenai kegelisahan-kegelisahan politisnya, bebas menyatakan sikap, dan argumen, terlibat dalam membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan bersama, bukan ditentukan oleh satu individu; Presiden, Tuan guru, Pejabat, Pendeta, Dan Kepala Suku. Ia bersifat bebas dari pengaruh siapapun termasuk pemerintah dan harus mudah diakses oleh semua anggota masyarakat.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
在激进主义的阴影下,公共场所适度的宗教信仰
在这个世界上,适度的宗教和相互关爱成为了人类的目标,因为这是人类最基本的印记。因此,我们必须以任何名义憎恨暴力,无论是宗教还是人性。人类必须相互尊重、接受、尊重和维护人类的价值观。以宗教为名的暴力经常被其倡导者视为暴力行为和恐怖反应的合法工具。激进主义和恐怖主义运动的出现是由内部和外部几个因素推动的。这可以追溯到社会的激进主义症状,其特点是个人和团体都倾向于对文本进行不一致的、不上下文的解读,希望建立教会,并倾向于不容忍他人。在这篇文章中,作者提出,宗教温和派应该生活在公共空间,即使受到激进主义的阴影。虽然在激进主义的背景下,温和的宗教信仰应该成为多元化社会的出路,应该被任命为民主社会,在那里公民可以公开表达自己的观点、兴趣和需求。交流他的政治不安全感,言论自由,辩论,参与讨论与共同利益有关的事情,而不是由一个人决定;总统、主人、官员、牧师和酋长。它不受任何人的影响,包括政府,应该很容易获得所有社区成员。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
Ziarah Makam dan Ritual Besangi Konsep Auliya Dalam Al-Maidah Ayat 51 dan 57 Ayat-ayat Quran Sebagai Mantra Pengobatan Prinsip dan Asas Masyarakat Multikultural Perspektif Tariq Ramadan Transformasi Sosial Politik Kaum Santri Di Lombok
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1