Pengalaman komunikasi orang tua dengan anak yang mengalami gangguan jiwa pasca rehabilitasi di kabupaten Semarang

Ersha Auroryningtyas, Made Dwi Adnjani, Dian Marhaeni Kurdaningsih
{"title":"Pengalaman komunikasi orang tua dengan anak yang mengalami gangguan jiwa pasca rehabilitasi di kabupaten Semarang","authors":"Ersha Auroryningtyas, Made Dwi Adnjani, Dian Marhaeni Kurdaningsih","doi":"10.30659/JIKM.7.2.48-63","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi seringkali ditolak oleh keluarga untuk kembali ke rumah dan di dalam kehidupan bermasyarakat tidak diakui keberadaannya. Hal ini karena stigma masyarakat yang masih menganggap anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi sebagai anak yang memiliki gangguan sehingga tidak mudah bagi orang tua untuk melakukan komunikasi bahkan enggan menerima kembali anak tersebut. Berdasarkan fenomena di atas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengalaman komunikasi orang tua dengan anak yang mengalami gangguan jiwa pasca rehabilitasi di Kabupaten Semarang. Paradigma yang digunakan adalah paradigma konstruktivis dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam yang didukung dengan observasi dan studi pustaka. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga informan. Dalam penelitian ini menggunakan Teori Pertukaran Kasih Sayang dan Teori Pertimbangan Sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengalaman komunikasi orang tua dengan anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi unik dan dinamik. Hasil dari penelitian ini adalah informan I memiliki pengalaman komunikasi dengan cara komunikasi non-verbal, informan II sang anak yang dapat berbicara seperti sebelum mengalami gangguan jiwa namun mengalami penurunan kualitas komunikasi, serta anak dari informan III cara berkomunikasinya adalah dalam tindakan. Dalam penilaian sosial atau stigma negatif yang melekat di dalam masyarakat terhadap anak penderita gangguan jiwa pasca rehabiltasi dikatakan hilang atau tidak berlaku jika sang anak mampu berbaur, kembali bersosialisasi ke dalam kehidupan bermasyarakat. Keterbatasan dalam penelitian ini hanya mewawancarai orang tua yang memiliki anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi tanpa mewawancarai anak maupun masyarakat sekitar. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan mewawancarai kedua belah pihak.�Kata Kunci: pengalaman komunikasi, gangguan jiwa, pasca rehabilitasi�AbstractChildren with mental disorder after rehabilitation are often rejected by their family whenever they come back to their home as well as to their social life. This phenomenon can be caused by the social stigma which assumes mental disorder children who had post-rehabilitation still have mental disorder so it is not easy for their parents to communicate. They even do not want to accept their children come back. Based on the phenomenon above, the research aims to find out the communication experience among parent and children with mental disorder who had post rehabilitation in Semarang Regency. This research was conducted through constructivist paradigm with descriptive qualitative research method and phenomenology approach. The techniques of data collection were in-depth interview technique supported with observation and literature reviews. The subjects in this research were three informants. The study employed two theories, i.e. Affection Exchange and Social Judgement. The study concludes that communication experience of parents and children with mental disorder who had post rehabilitation is unique and dynamic. The results of this research were informant I had communication experience using non-verbal communication, informant II had a communication experience with the child who could speak as before he got mental disorder, but the communication quality has decreased, and informant III had the communication experience using acts. The social assessment or negative stigma which exist in society through children with mental disorder who had post rehabilitation is not valid if the children could interact and socialize throughout social life. The research is only limited to interview the parents who have children with mental disorder who had post rehabilitation and has no interview neither their children nor the society. Therefore, it is suggested the next research could be expanded by interviewing both of the children with mental disorder who had post rehabilitation or the society.�Keyword: communication experience, mental disorder, post rehabilitation","PeriodicalId":142752,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30659/JIKM.7.2.48-63","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi seringkali ditolak oleh keluarga untuk kembali ke rumah dan di dalam kehidupan bermasyarakat tidak diakui keberadaannya. Hal ini karena stigma masyarakat yang masih menganggap anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi sebagai anak yang memiliki gangguan sehingga tidak mudah bagi orang tua untuk melakukan komunikasi bahkan enggan menerima kembali anak tersebut. Berdasarkan fenomena di atas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengalaman komunikasi orang tua dengan anak yang mengalami gangguan jiwa pasca rehabilitasi di Kabupaten Semarang. Paradigma yang digunakan adalah paradigma konstruktivis dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam yang didukung dengan observasi dan studi pustaka. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga informan. Dalam penelitian ini menggunakan Teori Pertukaran Kasih Sayang dan Teori Pertimbangan Sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengalaman komunikasi orang tua dengan anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi unik dan dinamik. Hasil dari penelitian ini adalah informan I memiliki pengalaman komunikasi dengan cara komunikasi non-verbal, informan II sang anak yang dapat berbicara seperti sebelum mengalami gangguan jiwa namun mengalami penurunan kualitas komunikasi, serta anak dari informan III cara berkomunikasinya adalah dalam tindakan. Dalam penilaian sosial atau stigma negatif yang melekat di dalam masyarakat terhadap anak penderita gangguan jiwa pasca rehabiltasi dikatakan hilang atau tidak berlaku jika sang anak mampu berbaur, kembali bersosialisasi ke dalam kehidupan bermasyarakat. Keterbatasan dalam penelitian ini hanya mewawancarai orang tua yang memiliki anak penderita gangguan jiwa pasca rehabilitasi tanpa mewawancarai anak maupun masyarakat sekitar. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan mewawancarai kedua belah pihak.�Kata Kunci: pengalaman komunikasi, gangguan jiwa, pasca rehabilitasi�AbstractChildren with mental disorder after rehabilitation are often rejected by their family whenever they come back to their home as well as to their social life. This phenomenon can be caused by the social stigma which assumes mental disorder children who had post-rehabilitation still have mental disorder so it is not easy for their parents to communicate. They even do not want to accept their children come back. Based on the phenomenon above, the research aims to find out the communication experience among parent and children with mental disorder who had post rehabilitation in Semarang Regency. This research was conducted through constructivist paradigm with descriptive qualitative research method and phenomenology approach. The techniques of data collection were in-depth interview technique supported with observation and literature reviews. The subjects in this research were three informants. The study employed two theories, i.e. Affection Exchange and Social Judgement. The study concludes that communication experience of parents and children with mental disorder who had post rehabilitation is unique and dynamic. The results of this research were informant I had communication experience using non-verbal communication, informant II had a communication experience with the child who could speak as before he got mental disorder, but the communication quality has decreased, and informant III had the communication experience using acts. The social assessment or negative stigma which exist in society through children with mental disorder who had post rehabilitation is not valid if the children could interact and socialize throughout social life. The research is only limited to interview the parents who have children with mental disorder who had post rehabilitation and has no interview neither their children nor the society. Therefore, it is suggested the next research could be expanded by interviewing both of the children with mental disorder who had post rehabilitation or the society.�Keyword: communication experience, mental disorder, post rehabilitation
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
在三宝垄,父母与患有康复后精神疾病的儿童交流经验
康复后精神疾病儿童往往被家庭拒绝回家,被社会抛弃。这是因为对于那些仍然认为孩子患有康复后精神疾病的人来说,这是一种耻辱,父母不容易沟通,甚至不愿意接受孩子的回归。根据上述现象,研究是为了了解在三宝垄地区父母与患有康复后精神疾病的儿童交流的经验。范例是一种建设性的范例,采用的研究方法是一种定性的定性研究方法,采用的方法是表现学的描述性研究方法。所使用的数据收集技术是一种基于库观察和研究的深度访谈技术。本研究的主题是三个告密者。这项研究采用同情交换理论和社会考虑理论。这项研究的结论是,父母与患有康复后精神障碍的孩子之间的交流是一种独特而有活力的体验。这项研究的结果是,我有非语言交流的经验,孩子二世的线人能够在精神崩溃前说话,但沟通质量下降,第三个告密者的儿子也在行动。社会判断或社会对康复后精神障碍儿童的负面影响被认为是失去或无效的,如果儿童能够重新融入社会,重新融入社会生活。这项研究的局限性只适用于有儿童康复后精神障碍的父母,不采访儿童和社区。进一步的研究可以通过对双方的采访来进行。�关键词:经验交流、精神康复后�发布攻击性之后的精神障碍是经常一起AbstractChildren rejected by的美国家庭每当他们回到他们的家来嗯美国对他们的社交生活。这种现象可能是由过去康复后患有精神疾病的社会耻辱引起的。他们甚至不想让孩子们回来。基于对上述现象的研究,研究人员发现了过去30个摄政时期精神障碍患者和儿童的交流经历。这一研究是由结构学家解构的理想主义者解释的数据收集的技术是内部的采访技术支持天文台和文学审查。这项研究的主题是三个告密者。研究报告提出了两种理论,即交换和社会判断。具有产后康复障碍的父母和孩子交流经验的研究结论是独一无二的。这项研究的结果是线人提供了一种通过非口头交流方式进行的交流体验,线人二世有一种与精神障碍前说话的孩子的交流体验,但这种质量的交流已经退化,第三种通过行为进行了交流体验。如果孩子们能够参与并将他们的社会生活融入社会,那么社会资产或负面耻辱在儿童中存在,通过精神疾病谁有产后康复障碍,则是无效的。这项研究只局限于采访那些有精神障碍的父母,他们在康复后没有接受过子女或社会的采访。因此,建议下一项研究可以通过对患有康复后或社会精神障碍的儿童和儿童进行采访。�Keyword:通信体验,心理障碍,邮报发布攻击性
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
TRANSFORMASI STRATEGIS SUARA MERDEKA DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI DI ERA DIGITAL Representasi Flexing Dalam Konten YouTube Rans Entertainment (Semiotika Model Roland Barthes Dalam Video “Nagita Bales Bikin Raffi Nangis??!!! Raffi Kaget Dikirimin Kado Dari Nagita…”) Fenomena Cancel Culture dan Kesadaran Netiket Pelajar SMA di Surabaya pada Aksi Panggung Musisi Strategi Content Marketing Influencer Melalui Shopee Affiliate Program Pada Instagram Penerapan Prinsip Gestalt Dalam Desain Visual Untuk Meningkatkan Memori Dan Pemahaman Pesan
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1