{"title":"Gender Construction in Southeast Asia Through a Social Constructivism Perspective","authors":"Ahnaf Fairuzuhdy Aslam, Erika Intan Hulieta, Ammar Bianda Katon","doi":"10.20884/1.ins.2022.9.1.5128","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The LGBTQ+ community often become a topic of discussion among the global community, including in Southeast Asia. Not only does attention gets support, praise, and criticism, and conflict also emerges in response to this phenomenon. The author raised this discourse to understand the reason for the response given by the community in several Southeast Asia countries. The author uses qualitative research using secondary data in analyzing. The authors will choose the Philippines, Indonesia, and Myanmar as study cases with the social constructivist theory approach. Because the three countries have different cases and levels of acceptance of the LGBTQ+ community. Therefore, the authors understand what is behind the community's views regarding the acceptance of the LGBTQ+ community in three countries in Southeast Asia. The results of this study indicate that the construction of gender in the three countries comes from diverse backgrounds, such as Indonesia, which is dominated by religious morals; the Philippines shaped by local culture; and Myanmar caused of the obstruction of the flow of discourse due to political instability as well as religious views in the country. \nKeywords: Gender Construction, Indonesia, LGBTQ+, Myanmar, Philippines \n \nAbstrak \nKomunitas LGBTQ+ sering menjadi sebuah pembicaraan hangat di kalangan masyarakat global, termasuk di Asia Tenggara. Tidak hanya perhatian yang didapat, dukungan; pujian; kritik; dan konflik juga muncul sebagai respons terhadap fenomena ini. Penulis mengangkat diskursus ini dengan tujuan memahami apa yang menjadi alasan dari respons yang diberikan oleh masyarakat di beberapa negara Asia Tenggara. Penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data kepustakaan sekunder dalam menganalisis. Dengan pendekatan teori konstruktivis sosial dalam metode studi kasus negara Filipina, Indonesia, dan Myanmar, dengan alasan ketiga negara tersebut memiliki kasus dan tingkat penerimaan terhadap komunitas LGBTQ+ yang berbeda dengan satu sama lain. Penulis memahami apa yang melatarbelakangi pandangan masyarakat mengenai penerimaan komunitas LGBTQ+ di tiga negara di Asia Tenggara tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi gender di ketiga negara tersebut berasal dari latar belakang yang beragam, seperti Indonesia yang didominasi diskursus berlandaskan moral agama; Filipina yang dibentuk oleh kebudayaan lokal; dan Myanmar yang disebabkan oleh terhambatnya arus diskursus akibat instabilitas politik sekaligus pandangan agama di negara tersebut. \nKata - kata kunci: Filipina, Indonesia, Konstruksi Gender, LGBTQ+, Myanmar","PeriodicalId":365464,"journal":{"name":"Insignia: Journal of International Relations","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Insignia: Journal of International Relations","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20884/1.ins.2022.9.1.5128","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
The LGBTQ+ community often become a topic of discussion among the global community, including in Southeast Asia. Not only does attention gets support, praise, and criticism, and conflict also emerges in response to this phenomenon. The author raised this discourse to understand the reason for the response given by the community in several Southeast Asia countries. The author uses qualitative research using secondary data in analyzing. The authors will choose the Philippines, Indonesia, and Myanmar as study cases with the social constructivist theory approach. Because the three countries have different cases and levels of acceptance of the LGBTQ+ community. Therefore, the authors understand what is behind the community's views regarding the acceptance of the LGBTQ+ community in three countries in Southeast Asia. The results of this study indicate that the construction of gender in the three countries comes from diverse backgrounds, such as Indonesia, which is dominated by religious morals; the Philippines shaped by local culture; and Myanmar caused of the obstruction of the flow of discourse due to political instability as well as religious views in the country.
Keywords: Gender Construction, Indonesia, LGBTQ+, Myanmar, Philippines
Abstrak
Komunitas LGBTQ+ sering menjadi sebuah pembicaraan hangat di kalangan masyarakat global, termasuk di Asia Tenggara. Tidak hanya perhatian yang didapat, dukungan; pujian; kritik; dan konflik juga muncul sebagai respons terhadap fenomena ini. Penulis mengangkat diskursus ini dengan tujuan memahami apa yang menjadi alasan dari respons yang diberikan oleh masyarakat di beberapa negara Asia Tenggara. Penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data kepustakaan sekunder dalam menganalisis. Dengan pendekatan teori konstruktivis sosial dalam metode studi kasus negara Filipina, Indonesia, dan Myanmar, dengan alasan ketiga negara tersebut memiliki kasus dan tingkat penerimaan terhadap komunitas LGBTQ+ yang berbeda dengan satu sama lain. Penulis memahami apa yang melatarbelakangi pandangan masyarakat mengenai penerimaan komunitas LGBTQ+ di tiga negara di Asia Tenggara tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi gender di ketiga negara tersebut berasal dari latar belakang yang beragam, seperti Indonesia yang didominasi diskursus berlandaskan moral agama; Filipina yang dibentuk oleh kebudayaan lokal; dan Myanmar yang disebabkan oleh terhambatnya arus diskursus akibat instabilitas politik sekaligus pandangan agama di negara tersebut.
Kata - kata kunci: Filipina, Indonesia, Konstruksi Gender, LGBTQ+, Myanmar
LGBTQ+社区经常成为包括东南亚在内的全球社区讨论的话题。关注不仅会得到支持、赞扬和批评,而且这种现象也会引发冲突。作者提出这一论述是为了理解几个东南亚国家的社会对此作出反应的原因。作者采用定性研究方法,利用二手数据进行分析。本文将运用社会建构主义理论的方法,选取菲律宾、印尼和缅甸作为研究案例。因为这三个国家对LGBTQ+群体的接受程度和案例不同。因此,作者了解了东南亚三个国家对LGBTQ+社区接受度的看法背后的原因。研究结果表明,三国性别建构的背景各异,如印度尼西亚以宗教道德为主导;被当地文化塑造的菲律宾;以及缅甸,由于该国的政治不稳定以及宗教观点阻碍了话语的流动。关键词:性别建构,印度尼西亚,LGBTQ+,缅甸,菲律宾摘要Komunitas LGBTQ+服务menjadi sebuah pembicaraan hangat di kalangan masyarakat global, termasuk di Asia TenggaraTidak hanya perhatian yang didapat, dukungan;pujian;kritik;Dan konflik juga muncul sebagai对这些现象做出了回应。在此,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。孟古纳坎的Penulis mongunakan的质量,邓安孟古纳坎的数据,kepustakan和sekkam menganalysis。在菲律宾、印度尼西亚、缅甸等地进行社会发展研究,在菲律宾、印度尼西亚、缅甸等地开展社会发展研究,在菲律宾、印度尼西亚、缅甸等地开展社会发展研究,在菲律宾、印度尼西亚、缅甸开展社会发展研究,在菲律宾、印度尼西亚、缅甸开展社会发展研究。【译文】在这个世界上,同性恋者和同性恋者都是同性恋者。Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi gender di ketiga negara tersebut berasal dari latar belakang yang beragam, seperti Indonesia yang didominasi diskursus berlandaskan moral agama;菲律宾杨dibentuk oleh kebudayaan本地;但缅甸yang disebabkan oleh terhambatnya是diskursus akibat不稳定的政治,sekaligus pandangan agama di negara tersebut。Kata - Kata kunci:菲律宾,印度尼西亚,Konstruksi性别,LGBTQ+,缅甸