{"title":"PROBLEM KONSEP KOMUNIKASI BARAT (Upaya Integrasi dan Islamisasi Ilmu Komunikasi)","authors":"Amir Reza Kusuma","doi":"10.32332/ath_thariq.v5i2.3622","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Diskurus tentang komunikasi pada saat ini menjadi hal menarik untuk dikaji. Dialog dan komunikasi bisa dilakukan melalui media, jurnalistik, perangkat -perangkat lainnya sangat masif dan cepat tersebar keberbagai penjuru dunia. Tidak sedikit dari pelaku (penyebar pesan) tersebut dalam menulis dan menyampaikan pesan memiliki teori, model dan konsep tersendiri yang terangkum dalam Ilmu Komunikasi. Namun sayangnya, tidak sedikit dari Ilmu Komunikasi yang ia pelajari dari kurikulum-kurikulum referensinya dari orang-orang yang memiliki pandangan alam (worldview) Barat sehingga hasil yang ditulis dan disampaikan memisahkan antara agama dan dunia dan lebih mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan orang banyak (maslahah). Berangkat dari permasalahan tersebut ada beberapa ilmuwan muslim mencoba merespon dan melakukan suatu upaya Islamisasi ilmu. Dengan mengembalikan unsur-unsur komunikasi yang sesuai dengan cara pandang Islam. Misalnya, Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Hal ini bertujuan untuk mengubah pandangan, diawali dengan informasi yang ditangkap oleh komunikan, ada perubahan pendapat, kemudian berubah sikap, dan akhirnya berubah prilakunya. Selain itu, komunikasi dapat dijadikan sarana ekspresi secara individu atau kelompok untuk menyampaikan perasaan. Dengan berlandaskan al-Quran dan Hadith diharapkan komunikasi bisa memberikan perhatian khusus tentang efektivitas penyampaian nilai-nilai ajaran kepada umat manusia. Kemudian proses komunikasi, terutama ketika menyampaikan pesan Tuhan kepada manusia yang ada di dunia ini. Komunikasi dalam hal ini bisa menggunakan prinsip-prinsip pengganti yang lebih baik dari prinsip Barat, karena beberapa problem terjadi diakibatkan komunikasi yang salah disebabkan hanya focus terhadap realisme, nominalis, dan kontruksionis. Maka dari itu dengan adanya perlunya telah kritis atas konsep-konsep dalam Ilmu Komunikasi Barat.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v5i2.3622","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Abstract
Diskurus tentang komunikasi pada saat ini menjadi hal menarik untuk dikaji. Dialog dan komunikasi bisa dilakukan melalui media, jurnalistik, perangkat -perangkat lainnya sangat masif dan cepat tersebar keberbagai penjuru dunia. Tidak sedikit dari pelaku (penyebar pesan) tersebut dalam menulis dan menyampaikan pesan memiliki teori, model dan konsep tersendiri yang terangkum dalam Ilmu Komunikasi. Namun sayangnya, tidak sedikit dari Ilmu Komunikasi yang ia pelajari dari kurikulum-kurikulum referensinya dari orang-orang yang memiliki pandangan alam (worldview) Barat sehingga hasil yang ditulis dan disampaikan memisahkan antara agama dan dunia dan lebih mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan orang banyak (maslahah). Berangkat dari permasalahan tersebut ada beberapa ilmuwan muslim mencoba merespon dan melakukan suatu upaya Islamisasi ilmu. Dengan mengembalikan unsur-unsur komunikasi yang sesuai dengan cara pandang Islam. Misalnya, Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Hal ini bertujuan untuk mengubah pandangan, diawali dengan informasi yang ditangkap oleh komunikan, ada perubahan pendapat, kemudian berubah sikap, dan akhirnya berubah prilakunya. Selain itu, komunikasi dapat dijadikan sarana ekspresi secara individu atau kelompok untuk menyampaikan perasaan. Dengan berlandaskan al-Quran dan Hadith diharapkan komunikasi bisa memberikan perhatian khusus tentang efektivitas penyampaian nilai-nilai ajaran kepada umat manusia. Kemudian proses komunikasi, terutama ketika menyampaikan pesan Tuhan kepada manusia yang ada di dunia ini. Komunikasi dalam hal ini bisa menggunakan prinsip-prinsip pengganti yang lebih baik dari prinsip Barat, karena beberapa problem terjadi diakibatkan komunikasi yang salah disebabkan hanya focus terhadap realisme, nominalis, dan kontruksionis. Maka dari itu dengan adanya perlunya telah kritis atas konsep-konsep dalam Ilmu Komunikasi Barat.