{"title":"KONDISI KUALITAS AIR BAKU INSTALASI NGAGEL PERUSAHAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SURABAYA","authors":"Nusa Idaman Said, D. R. K. Hartaja","doi":"10.29122/jai.v10i2.3761","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Saat ini PDAM Kota Surabaya mempunyai kapasitas pengolahan total sekitar 10.500 liter per detik yang terdiri dari beberapa instalasi yaitu IPA Karang Pilang I, IPA Karang Pilang II, IPA Karang Pilang III, IPA Ngagel I, IPA Ngagel II dan IPA Ngagel III. Kapasitas total instalasi pengolahan air Ngagel I sebesar 1800 liter per detik, dan Ngagel II sebesar 1000 liter per detik, sedangkan kapasitas instalsi pengolahan air Ngagel III sebesar 1.750 liter per detik. Air baku yang digunakan adalah air sungai yang diambil dari sungai Surabaya. Seiring pesatnya pertumbuhan pemukiman dan perkembangan sektor industri, mengakibatkan semakin tingginya tingkat pencemaran Sungai Surabaya. Hal tersebut berpengaruh pada menurunnya kualitas air oleh polutan khususnya polutan organik dari limbah domestik maupun limbah industri. Akibatnya Sungai Surabaya memiliki kualitas air baku yang kurang memenuhi ketentuan baku mutu yang dipersyaratkan sebagai air baku air minum. Untuk mengetahui kondisi tingkat pencemaran di dalam air sungai salah satu metoda yang banyak digunakan adalah dengan menentukan indeks pencemaran (IP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air baku di intake Ngagel serta menentukan tingkat pencemaran dengan menggunakan metoda indeks pencemaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sampling kualitas air di intake Ngagel yang dilakukan oleh PDAM dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Dengan menggunakan perhitungan Indeks Pencemaran (IP), dapat diketahui bahwa tingkat pencemaran air di Intake Ngagel tahun 2015 - 2017 tergolong dalam pencemaran sedang hingga pencemaran berat. Parameter yang paling potensial menyebabkan tingkat pencemaran tersebut adalah COD, BOD, Zat Organik serta konsentrasi oksigen terlarut (DO). Konsentrasi polutan organik dalam sungai tersebut telah melebihi baku mutu air kelas I berdasarkan PP No 82 tahun 2001, yakni untuk peruntukan air baku air minum. Dari tahun 2015 hingga 2016, terjadi peningkatan tingkat pencemaran, tetapi pada tahun 2017 tingkat cemaran cenderung sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan 2 (dua) tahun sebelumnya. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas air baku di Intake Ngagel yang yang diambil dari Sungai Surabaya adalah dengan menggunakan sistem biofilter.Dengan proses biofiltrasi konsentrasi polutan organik, amoniak, detergen, padatan tersuspensi, zat besi, mangan akan dapat diturunkan sehingga konsumsi bahan kimia khususnya koagulan dan khlor untuk pengolahan air minum menjadi berkurang. Dengan demikian biaya produksi pengolahan air juga akan menjadi berkurang. Dengan semakin rendahnya konsentrasi amoniak di dalam air baku, maka penggunaan khor juga akan semakin sedikit, sehingga kemungkinan terjadinya senyawa hasil samping khlorinasi misalnya trihalometan juga semakin kecil.Kata Kunci : Biofilter, IPA, Kualitas Air","PeriodicalId":133326,"journal":{"name":"Jurnal Air Indonesia","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-09-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Air Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.29122/jai.v10i2.3761","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Abstract
Saat ini PDAM Kota Surabaya mempunyai kapasitas pengolahan total sekitar 10.500 liter per detik yang terdiri dari beberapa instalasi yaitu IPA Karang Pilang I, IPA Karang Pilang II, IPA Karang Pilang III, IPA Ngagel I, IPA Ngagel II dan IPA Ngagel III. Kapasitas total instalasi pengolahan air Ngagel I sebesar 1800 liter per detik, dan Ngagel II sebesar 1000 liter per detik, sedangkan kapasitas instalsi pengolahan air Ngagel III sebesar 1.750 liter per detik. Air baku yang digunakan adalah air sungai yang diambil dari sungai Surabaya. Seiring pesatnya pertumbuhan pemukiman dan perkembangan sektor industri, mengakibatkan semakin tingginya tingkat pencemaran Sungai Surabaya. Hal tersebut berpengaruh pada menurunnya kualitas air oleh polutan khususnya polutan organik dari limbah domestik maupun limbah industri. Akibatnya Sungai Surabaya memiliki kualitas air baku yang kurang memenuhi ketentuan baku mutu yang dipersyaratkan sebagai air baku air minum. Untuk mengetahui kondisi tingkat pencemaran di dalam air sungai salah satu metoda yang banyak digunakan adalah dengan menentukan indeks pencemaran (IP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air baku di intake Ngagel serta menentukan tingkat pencemaran dengan menggunakan metoda indeks pencemaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sampling kualitas air di intake Ngagel yang dilakukan oleh PDAM dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Dengan menggunakan perhitungan Indeks Pencemaran (IP), dapat diketahui bahwa tingkat pencemaran air di Intake Ngagel tahun 2015 - 2017 tergolong dalam pencemaran sedang hingga pencemaran berat. Parameter yang paling potensial menyebabkan tingkat pencemaran tersebut adalah COD, BOD, Zat Organik serta konsentrasi oksigen terlarut (DO). Konsentrasi polutan organik dalam sungai tersebut telah melebihi baku mutu air kelas I berdasarkan PP No 82 tahun 2001, yakni untuk peruntukan air baku air minum. Dari tahun 2015 hingga 2016, terjadi peningkatan tingkat pencemaran, tetapi pada tahun 2017 tingkat cemaran cenderung sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan 2 (dua) tahun sebelumnya. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas air baku di Intake Ngagel yang yang diambil dari Sungai Surabaya adalah dengan menggunakan sistem biofilter.Dengan proses biofiltrasi konsentrasi polutan organik, amoniak, detergen, padatan tersuspensi, zat besi, mangan akan dapat diturunkan sehingga konsumsi bahan kimia khususnya koagulan dan khlor untuk pengolahan air minum menjadi berkurang. Dengan demikian biaya produksi pengolahan air juga akan menjadi berkurang. Dengan semakin rendahnya konsentrasi amoniak di dalam air baku, maka penggunaan khor juga akan semakin sedikit, sehingga kemungkinan terjadinya senyawa hasil samping khlorinasi misalnya trihalometan juga semakin kecil.Kata Kunci : Biofilter, IPA, Kualitas Air