{"title":"Makna Tanda Kekerasan Seksual terhadap Perempuan","authors":"Salsabila Dhiyaa Syahira, Alex Sobur","doi":"10.29313/bcscm.v3i2.7510","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract. Cases of sexual violence in Indonesia occupy the highest position with a total of 11,236 cases recorded, in which the majority of victims are women with various statuses. Film is a form of mass communication that is considered easy in disseminating information to the public, especially regarding the issue of sexual violence. One of the films that discusses the issue of sexual violence is the film Photocopier by Wregas Bhanuteja. The meaning of signs of sexual violence against women can be found through scenes and dialogues from the film Photocopier in 12 scenes. In this film, it is told that there is a female student named Suryani or Sur who has been a victim of sexual violence which resulted in her scholarship being revoked. This film is the only Indonesian film and the most watched non-English film in the world and has been watched for 6.92 million hours globally in one week. The purpose of this research is to see the meaning of the sign of sexual violence against women contained in the film, which will then take some of the necessary scene cuts. This study was compiled using qualitative methods with Roland Barthes' semiotic analysis which focuses on three levels of meaning. First, the meaning of the denotation which shows the meaning of the sign of sexual violence against women, namely when Amin was found to have traded female student content that was sexual in nature. Second, the connotative meaning which explains that acts of sexual violence experienced by women are not a serious matter and are instead taken for granted. Finally, the meaning of the myth that emerges from this film is that women who wear revealing clothes are more vulnerable to becoming victims of sexual violence than other people around them. \nAbstrak. Kasus kekerasan seksual di Indonesia menempati posisi tertinggi dengan total 11.236 kasus yang tercatat, di mana sebagian besar korbannya adalah seorang perempuan dengan berbagai status. Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang dianggap mudah dalam menyebarkan informasi kepada khalayak, khususnya mengenai isu kekerasan seksual. Salah satu film yang membahas mengenai isu kekerasan seksual adalah film Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja. Makna tanda kekerasan seksual terhadap perempuan dapat ditemukan melalui scene-scene maupun dialog dari film Penyalin Cahaya sebanyak 12 scene. Dalam film ini, diceritakan ada salah seorang mahasiswi bernama Suryani atau Sur yang telah menjadi korban kekerasan seksual sehingga mengakibatkan beasiswanya dicabut. Film ini menjadi satu-satunya film Indonesia dan film nonInggris yang paling banyak ditonton di dunia dan telah ditonton selama 6,92 juta jam secara global dalam jangka waktu satu minggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat makna tanda kekerasan seksual terhadap perempuan yang terkandung dalam film yang kemudian akan diambil beberapa potongan adegan yang dibutuhkan. Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes yang berfokus pada tiga level pemaknaan. Pertama, makna denotasi yang memperlihatkan makna tanda kekerasan seksual terhadap perempuan yaitu ketika Amin yang didapati telah memperjualbelikan konten mahasiswi yang berbau seksual. Kedua, makna konotasi yang menjelaskan bahwa tindak kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan bukanlah suatu hal yang serius dan justru dianggap remeh. Terakhir, makna mitos yang muncul dari film ini yaitu mengenai perempuan yang mengenakan pakaian terbuka lebih rentan menjadi korban tindak kekerasan seksual dari orang lain disekitarnya.","PeriodicalId":344249,"journal":{"name":"Bandung Conference Series: Communication Management","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Bandung Conference Series: Communication Management","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.29313/bcscm.v3i2.7510","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstract. Cases of sexual violence in Indonesia occupy the highest position with a total of 11,236 cases recorded, in which the majority of victims are women with various statuses. Film is a form of mass communication that is considered easy in disseminating information to the public, especially regarding the issue of sexual violence. One of the films that discusses the issue of sexual violence is the film Photocopier by Wregas Bhanuteja. The meaning of signs of sexual violence against women can be found through scenes and dialogues from the film Photocopier in 12 scenes. In this film, it is told that there is a female student named Suryani or Sur who has been a victim of sexual violence which resulted in her scholarship being revoked. This film is the only Indonesian film and the most watched non-English film in the world and has been watched for 6.92 million hours globally in one week. The purpose of this research is to see the meaning of the sign of sexual violence against women contained in the film, which will then take some of the necessary scene cuts. This study was compiled using qualitative methods with Roland Barthes' semiotic analysis which focuses on three levels of meaning. First, the meaning of the denotation which shows the meaning of the sign of sexual violence against women, namely when Amin was found to have traded female student content that was sexual in nature. Second, the connotative meaning which explains that acts of sexual violence experienced by women are not a serious matter and are instead taken for granted. Finally, the meaning of the myth that emerges from this film is that women who wear revealing clothes are more vulnerable to becoming victims of sexual violence than other people around them.
Abstrak. Kasus kekerasan seksual di Indonesia menempati posisi tertinggi dengan total 11.236 kasus yang tercatat, di mana sebagian besar korbannya adalah seorang perempuan dengan berbagai status. Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang dianggap mudah dalam menyebarkan informasi kepada khalayak, khususnya mengenai isu kekerasan seksual. Salah satu film yang membahas mengenai isu kekerasan seksual adalah film Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja. Makna tanda kekerasan seksual terhadap perempuan dapat ditemukan melalui scene-scene maupun dialog dari film Penyalin Cahaya sebanyak 12 scene. Dalam film ini, diceritakan ada salah seorang mahasiswi bernama Suryani atau Sur yang telah menjadi korban kekerasan seksual sehingga mengakibatkan beasiswanya dicabut. Film ini menjadi satu-satunya film Indonesia dan film nonInggris yang paling banyak ditonton di dunia dan telah ditonton selama 6,92 juta jam secara global dalam jangka waktu satu minggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat makna tanda kekerasan seksual terhadap perempuan yang terkandung dalam film yang kemudian akan diambil beberapa potongan adegan yang dibutuhkan. Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes yang berfokus pada tiga level pemaknaan. Pertama, makna denotasi yang memperlihatkan makna tanda kekerasan seksual terhadap perempuan yaitu ketika Amin yang didapati telah memperjualbelikan konten mahasiswi yang berbau seksual. Kedua, makna konotasi yang menjelaskan bahwa tindak kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan bukanlah suatu hal yang serius dan justru dianggap remeh. Terakhir, makna mitos yang muncul dari film ini yaitu mengenai perempuan yang mengenakan pakaian terbuka lebih rentan menjadi korban tindak kekerasan seksual dari orang lain disekitarnya.
抽象的。印度尼西亚的性暴力案件最多,共记录了11 236起案件,其中大多数受害者是地位不同的妇女。电影是大众传播的一种形式,被认为很容易向公众传播信息,特别是关于性暴力问题的信息。其中一部讨论性暴力问题的电影是Wregas Bhanuteja的电影《复印机》。通过电影《复印机》中的12个场景中的场景和对话,可以发现对女性的性暴力标志的含义。在这部电影中,据说有一个名叫Suryani或Sur的女学生,她是性暴力的受害者,导致她的奖学金被撤销。这部电影是唯一的印度尼西亚电影,也是世界上观看人数最多的非英语电影,在全球一周内观看了692万小时。本研究的目的是为了了解电影中包含的针对女性的性暴力迹象的含义,然后将采取一些必要的场景剪辑。本研究采用定性方法,结合罗兰·巴特的符号学分析,着重于三个层次的意义。首先,外延的含义,它显示了对妇女的性暴力的标志的含义,即当阿明被发现交易了女学生的内容,本质上是性的。第二,内涵意义,它解释了妇女所经历的性暴力行为不是一个严重的问题,而是理所当然的。最后,这部电影中出现的神话的含义是,穿着暴露的女性比周围的其他人更容易成为性暴力的受害者。Abstrak。Kasus kekerasan seksual di Indonesia menempati posisi tertinggi dengan总计11.236 Kasus yang tercatat, di mana sebagian besar korbannya adalah seorang perempuan dengan berbagai状态。电影《我的女儿》,《我的女儿》,《我的女儿》,《我的女儿》,《我的女儿》,《我的女儿》,《我的女儿》。Salah satu电影杨成员mengenai isu kekerasan seksual adalah电影Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja。Makna tanda kekerasan seksual terhadap peremukan melalui场景maupun对白达里电影Penyalin Cahaya sebanyak 12场景。Dalam电影ini diceritakan ada salah seorang mahasiswi记者Suryani atau苏尔杨telah menjadi korban kekerasan seksual sehingga mengakibatkan beasiswanya dicabut。电影ini menjadi satu-satunya电影印度尼西亚丹电影nonInggris yang paling banyak ditonton di dunia dan telah ditonton selama 6,92 juta jam secara全球dalam jangka waktu satu minggu。Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat makna tanda kekerasan seksual terhadap perempuan yang terkandung dalam电影yang kemudian akan diambil beberpa poongan adegan yang dibutuhkan。Penelitian ini disussundengan menggunakan方法定性dengan分析符号学罗兰·巴特(Roland Barthes) yang berfus patada tiga level pengakan。Pertama, makna denotasi yang memperperlihatkan makna tanda kekerasan seksual terhadap perempuan yitu ketika Amin yang didapati telah member perjualbelikan konten mahasiswi yang berbau seksual。Kedua, makna konotasi yang menjelaskan bahwa tindak kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan bukanlah suatu hal yang serius dan justru dianggap remeh。Terakhir, makna mitos, yang muncul, dari, film ini yititmengenakan, perempuan, yang mengenakan,巴基斯坦terbuka, lebih, rentan menjadi, korban, kekerasan, seksual, dari, orang, disekitarya。