{"title":"BAHASA ISYARAT INDONESIA SEBAGAI KONSTRUKSI IDENTITAS DAN CITRA SOSIAL TULI DI PURWOKERTO","authors":"Bunga Asriandhini, Chandra Hanifah Rahmawati","doi":"10.31506/jrk.v12i1.10059","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu di Purwokerto menyuarakan agar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) diresmikan sebagai isyarat resmi Tuli di Indonesia dalam rangka kritik terhadap pemenuhan hak kenyamanan berkspresi dan berkomunikasi disabilitas. Gerakan ini dilatarbelakangi sebuah harapan akan eksistensi Tuli di masyarakat. Beberpa kajian mengenai Bisindo menemukan bahwa Tuli lebih memilih menggunakan Bisindo karena isyarat tersebut lebih mudah dipraktikkan dan merupakan budaya Tuli. Budaya dapat berfungsi sebagai penciri/identitas dan bahasa adalah budaya. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana peran isyarat Bisindo dalam mengonstruksi identitas dan citra sosial Tuli, maka permasalahan dikaji menggunakan pendekatan fenomenologi Sartre dengan teori interaksi simbolik Mead dengan konsep mind, self, dan society. Melalui pendekatan dan teori tersebut, ditemukan bahwa isyarat Bisindo berperan mengonstruksi identitas dan citra sosial Tuli melalui tiga cara, yaitu konstruksi melalui pengenalan diri Tuli melalui konsep mind, bagaimana Tuli memahami siapa dirinya melalui isyarat Bisindo. konstruksi ke dua melalui muatan nilai, prinsip, ideologi, norma, budaya yang terkandung dalam tujuan digunakannya isyarat Bisindo. Isyarat Bisindo berperan sebagai media komunikasi dalam mengonstruksi identitas diri dan citra sosial Tuli melalui interaksi dan perannya dalam masyarakat. \n \nKata kunci: Bisindo, konstruksi identitas, konstruksi citra sosial, Tuli","PeriodicalId":344242,"journal":{"name":"JRK (Jurnal Riset Komunikasi)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JRK (Jurnal Riset Komunikasi)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31506/jrk.v12i1.10059","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu di Purwokerto menyuarakan agar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) diresmikan sebagai isyarat resmi Tuli di Indonesia dalam rangka kritik terhadap pemenuhan hak kenyamanan berkspresi dan berkomunikasi disabilitas. Gerakan ini dilatarbelakangi sebuah harapan akan eksistensi Tuli di masyarakat. Beberpa kajian mengenai Bisindo menemukan bahwa Tuli lebih memilih menggunakan Bisindo karena isyarat tersebut lebih mudah dipraktikkan dan merupakan budaya Tuli. Budaya dapat berfungsi sebagai penciri/identitas dan bahasa adalah budaya. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana peran isyarat Bisindo dalam mengonstruksi identitas dan citra sosial Tuli, maka permasalahan dikaji menggunakan pendekatan fenomenologi Sartre dengan teori interaksi simbolik Mead dengan konsep mind, self, dan society. Melalui pendekatan dan teori tersebut, ditemukan bahwa isyarat Bisindo berperan mengonstruksi identitas dan citra sosial Tuli melalui tiga cara, yaitu konstruksi melalui pengenalan diri Tuli melalui konsep mind, bagaimana Tuli memahami siapa dirinya melalui isyarat Bisindo. konstruksi ke dua melalui muatan nilai, prinsip, ideologi, norma, budaya yang terkandung dalam tujuan digunakannya isyarat Bisindo. Isyarat Bisindo berperan sebagai media komunikasi dalam mengonstruksi identitas diri dan citra sosial Tuli melalui interaksi dan perannya dalam masyarakat.
Kata kunci: Bisindo, konstruksi identitas, konstruksi citra sosial, Tuli