{"title":"OPTIMALISASI PERAN KADER KESEHATAN DALAM MENDEKATKAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA","authors":"Hamidah, Novita Rina Antarsih, Mardeyanti, Rosni Lubis","doi":"10.56670/jcs.v5i2.166","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Lebih dari separuh anak perempuan Indonesia berusia 15-17 tahun sudah menikah. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Salah satunya adalah penyebab kematian ibu dan bayi akibat komplikasi saat hamil dan melahirkan. Provinsi Jawa Barat mempunyai angka absolut perkawinan anak tertinggi. Desa Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor, Provinsi Jawa Barat, menjadi salah satu desa dengan angka pernikahan anak dan putus sekolah yang terus meningkat. Garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat adalah kader posyandu, namun banyak yang belum memahami peran dan fungsinya di posyandu, khususnya remaja. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran tenaga kesehatan dalam mendekatkan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi remaja. Sasarannya adalah kader posyandu dan remaja. Pengabdian masyarakat ini menggunakan metode ABCD (Asset Based Community Development). Sebanyak 20 orang terlibat aktif dalam kegiatan ini. Posisi permasalahan kesehatan reproduksi remaja dan posyandu remaja berada pada dilema (kuadran IV), sehingga diperlukan Survival Strategy untuk mengendalikan kinerja internal dan terus berupaya untuk meningkatkan diri. Sebanyak 10 remaja terpilih menjadi calon kader kesehatan di posyandu remaja. Terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan tentang posyandu remaja dari 76,5 menjadi 78,5, dengan skor pre-test terendah dari 60 menjadi 70 pada post-test. Berdasarkan hasil uji Willcoxon tidak terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi (p-value = 0.206, p-value >0.05). Pemangku kepentingan terkait berkomitmen untuk menindaklanjuti inisiasi pendirian posyandu remaja. Selain itu, remaja dan kader posyandu berencana melakukan sosialisasi tentang pentingnya posyandu remaja. Mereka berkomitmen untuk menciptakan kegiatan yang produktif dan positif di lingkungan Desa Pondok Rajeg.","PeriodicalId":508441,"journal":{"name":"Journal of Community Service","volume":"17 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Community Service","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.56670/jcs.v5i2.166","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Lebih dari separuh anak perempuan Indonesia berusia 15-17 tahun sudah menikah. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Salah satunya adalah penyebab kematian ibu dan bayi akibat komplikasi saat hamil dan melahirkan. Provinsi Jawa Barat mempunyai angka absolut perkawinan anak tertinggi. Desa Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor, Provinsi Jawa Barat, menjadi salah satu desa dengan angka pernikahan anak dan putus sekolah yang terus meningkat. Garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat adalah kader posyandu, namun banyak yang belum memahami peran dan fungsinya di posyandu, khususnya remaja. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran tenaga kesehatan dalam mendekatkan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi remaja. Sasarannya adalah kader posyandu dan remaja. Pengabdian masyarakat ini menggunakan metode ABCD (Asset Based Community Development). Sebanyak 20 orang terlibat aktif dalam kegiatan ini. Posisi permasalahan kesehatan reproduksi remaja dan posyandu remaja berada pada dilema (kuadran IV), sehingga diperlukan Survival Strategy untuk mengendalikan kinerja internal dan terus berupaya untuk meningkatkan diri. Sebanyak 10 remaja terpilih menjadi calon kader kesehatan di posyandu remaja. Terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan tentang posyandu remaja dari 76,5 menjadi 78,5, dengan skor pre-test terendah dari 60 menjadi 70 pada post-test. Berdasarkan hasil uji Willcoxon tidak terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi (p-value = 0.206, p-value >0.05). Pemangku kepentingan terkait berkomitmen untuk menindaklanjuti inisiasi pendirian posyandu remaja. Selain itu, remaja dan kader posyandu berencana melakukan sosialisasi tentang pentingnya posyandu remaja. Mereka berkomitmen untuk menciptakan kegiatan yang produktif dan positif di lingkungan Desa Pondok Rajeg.