PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKUALAR DALAM PERANCANGAN LIMA FASE BERDUKA PADA KONTEKS WISATA KUBURAN BAYI KAMBIRA DI TANA TORAJA

Cynthia Cynthia, Agustinus Sutanto
{"title":"PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKUALAR DALAM PERANCANGAN LIMA FASE BERDUKA PADA KONTEKS WISATA KUBURAN BAYI KAMBIRA DI TANA TORAJA","authors":"Cynthia Cynthia, Agustinus Sutanto","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24247","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Passiliran is a ritual of Toraja tribe which has been lost. In the past, babies who died before growing their teeth were buried in hollowed-out tree trunks covered with palm fiber. The Kambira Baby Graveyared is one of the historical evidences that this ritual was once practiced and is now become one of the tourist attractions in Tana Toraja. Although the government has designated this location as one of the Kaero tourist destinations in Sangalla, its appeal has diminshied due to other more well-known rituals and tourist objects such as rambu solo and tongkonan houses. As a result, the location is now abandoned, with only one tree trunk still standing, while others have fallen and become fragile. History and culture are important because they are the heritage and identity of a nation and reflect its people way of living. This article will examine and propose a development plan for the Kambira Baby Graveyard Tourist Area, adopting Kubler-Ross’s five stages of grief in designing space programs, starting from denial, anger, bargaining, depression, and acceptance. Each program will represent the corresponding grief stage as a journey from West to East. The design process is based on the application of neo-vernacular architecture as a form of appreciation for Toraja’s rich culture and architecture. The design proposal includes cultural suitability, the use of local materials and knowledge of tectonics, harmony with nature, ornamentation, and correlation with current practices. Keywords: death; kambira; grief; neo-vernacular; toraja Abstrak Passiliran adalah ritual suku Toraja yang telah hilang. Dahulu, bayi-bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi akan dimakamkan dalam batang pohon yang dilubangi dan ditutup dengan ijuk. Kuburan Bayi Kambira adalah salah satu bukti sejarah bahwa ritual ini telah dilakukan, dan hingga kini menjadi salah satu daya tarik wisata di Tana Toraja. Meskipun pemerintah telah mencanangkan lokasi ini sebagai salah satu destinasi wisata Kaero di Sangalla, daya tariknya tenggelam akibat adanya ritual dan objek wisata yang lebih di kenal seperti rambu solo dan rumah tongkonan. Alhasil, lokasi ini menjadi terbengkalai dengan hanya satu batang pohon tersisa yang masih berdiri tegak, dengan beberapa pohon lainnya tumbang dan sudah rapuh. Sejarah dan budaya merupakan hal yang penting karena merupakan warisan dan identitas sebuh bangsa serta merupakan cerminan kehidupan dari masyarakatnya. Tulisan ini akan membedah dan mengajukan rancangan pengembangan area Wisata Kuburan Bayi Kambira dengan mengadopsi lima fase berduka Kubler-Ross dalam perancangan program ruang, di mana fase berduka dimulai dari fase denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Masing-masing program ruang akan merepresentasikan fase tersebut dalam bentuk suatu kesatuan perjalanan duka dari arah Barat ke Timur. Proses perancangan mengacu pada penerapan arsitektur neo-vernakular sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya dan arsitektur Toraja yang kaya. Perancangan tersebut menghasilkan proposal desain yang mencakup kesesuaian dengan budaya, penggunaan material lokal dan pengetahuan tentang tektonika, keserasian dengan alam, penggunaan ornamen, serta korelasinya dengan praktik masa kini.","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24247","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Passiliran is a ritual of Toraja tribe which has been lost. In the past, babies who died before growing their teeth were buried in hollowed-out tree trunks covered with palm fiber. The Kambira Baby Graveyared is one of the historical evidences that this ritual was once practiced and is now become one of the tourist attractions in Tana Toraja. Although the government has designated this location as one of the Kaero tourist destinations in Sangalla, its appeal has diminshied due to other more well-known rituals and tourist objects such as rambu solo and tongkonan houses. As a result, the location is now abandoned, with only one tree trunk still standing, while others have fallen and become fragile. History and culture are important because they are the heritage and identity of a nation and reflect its people way of living. This article will examine and propose a development plan for the Kambira Baby Graveyard Tourist Area, adopting Kubler-Ross’s five stages of grief in designing space programs, starting from denial, anger, bargaining, depression, and acceptance. Each program will represent the corresponding grief stage as a journey from West to East. The design process is based on the application of neo-vernacular architecture as a form of appreciation for Toraja’s rich culture and architecture. The design proposal includes cultural suitability, the use of local materials and knowledge of tectonics, harmony with nature, ornamentation, and correlation with current practices. Keywords: death; kambira; grief; neo-vernacular; toraja Abstrak Passiliran adalah ritual suku Toraja yang telah hilang. Dahulu, bayi-bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi akan dimakamkan dalam batang pohon yang dilubangi dan ditutup dengan ijuk. Kuburan Bayi Kambira adalah salah satu bukti sejarah bahwa ritual ini telah dilakukan, dan hingga kini menjadi salah satu daya tarik wisata di Tana Toraja. Meskipun pemerintah telah mencanangkan lokasi ini sebagai salah satu destinasi wisata Kaero di Sangalla, daya tariknya tenggelam akibat adanya ritual dan objek wisata yang lebih di kenal seperti rambu solo dan rumah tongkonan. Alhasil, lokasi ini menjadi terbengkalai dengan hanya satu batang pohon tersisa yang masih berdiri tegak, dengan beberapa pohon lainnya tumbang dan sudah rapuh. Sejarah dan budaya merupakan hal yang penting karena merupakan warisan dan identitas sebuh bangsa serta merupakan cerminan kehidupan dari masyarakatnya. Tulisan ini akan membedah dan mengajukan rancangan pengembangan area Wisata Kuburan Bayi Kambira dengan mengadopsi lima fase berduka Kubler-Ross dalam perancangan program ruang, di mana fase berduka dimulai dari fase denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Masing-masing program ruang akan merepresentasikan fase tersebut dalam bentuk suatu kesatuan perjalanan duka dari arah Barat ke Timur. Proses perancangan mengacu pada penerapan arsitektur neo-vernakular sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya dan arsitektur Toraja yang kaya. Perancangan tersebut menghasilkan proposal desain yang mencakup kesesuaian dengan budaya, penggunaan material lokal dan pengetahuan tentang tektonika, keserasian dengan alam, penggunaan ornamen, serta korelasinya dengan praktik masa kini.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
新乡土建筑在塔纳托拉贾坎比拉婴儿墓旅游五阶段哀悼设计中的应用
Passiliran 是托拉贾部落一种已经失传的仪式。过去,在长出牙齿之前夭折的婴儿会被埋在挖空的树干中,上面覆盖棕榈纤维。坎比拉婴儿墓地是曾经举行过这种仪式的历史证据之一,现在已成为塔纳托拉贾的旅游景点之一。虽然政府已将此地指定为桑加拉的卡埃洛旅游景点之一,但由于其他更知名的仪式和旅游景点(如兰布索罗和铜戈南房屋)的出现,其吸引力已大打折扣。因此,这个地方现在已经荒废,只有一棵树干还在,其他树干已经倒下,变得脆弱不堪。历史和文化非常重要,因为它们是一个民族的遗产和身份,反映了其人民的生活方式。本文将研究并提出坎比拉婴儿墓地旅游区的开发计划,在设计空间方案时采用库伯勒-罗斯的悲伤五阶段理论,即从否认、愤怒、讨价还价、抑郁到接受。每个方案都将代表相应的悲伤阶段,如同从西方到东方的旅程。设计过程以新乡土建筑的应用为基础,这是对 Toraja 丰富文化和建筑的一种欣赏。设计方案包括文化适宜性、当地材料的使用和构造知识、与自然的和谐、装饰以及与当前实践的关联。关键词:死亡;坎比拉;悲伤;新乡土;托拉贾 摘要 Passiliran 是托拉贾部落一种失传的仪式。过去,长牙前夭折的婴儿会被埋在挖空的树干中,并用棕榈纤维覆盖。坎比拉婴儿墓是进行这种仪式的历史证据之一,至今已成为塔纳托拉贾的旅游景点之一。虽然政府已将此地宣布为桑加拉卡埃罗的旅游景点之一,但由于有了更多知名的仪式和景点,如兰布独奏和汤科南屋,它的吸引力被淹没了。结果,这个地方被遗弃了,只剩下一棵树干直立着,其他几棵树被连根拔起,十分脆弱。历史和文化之所以重要,是因为它们是一个民族的遗产和身份,也是其人民生活的反映。本文将对坎比拉婴儿墓地旅游区的发展进行剖析并提出设计建议,在空间方案的设计中采用库伯勒-罗斯的悲伤五阶段,悲伤阶段从否认、愤怒、讨价还价、抑郁和接受开始。每个空间项目都将以从西方到东方的统一悲伤之旅的形式表现这些阶段。设计过程是指应用新乡土建筑,作为对 Toraja 丰富文化和建筑的一种欣赏。设计方案包括文化适宜性、当地材料的使用和构造知识、与自然的和谐、装饰品的使用以及与当前实践的关联。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
STUDI PERENCANAAN JALAN WAHID HASYIM SEBAGAI COMMERCIAL URBAN CORRIDOR REVITALISASI ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR TEMPAT USAHA YANG FLEKSIBEL BAGI GENERASI MUDA PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU TERHADAP PERKEMBANGAN KARAKTER ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) DESAIN PROTOTIPE SEKOLAH DASAR ANTI-PERUNDUNGAN MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR EMPATI DAN PERILAKU
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1