[JF] Pengantar Redaksi Vol. 32 No. 1 Februari 2022

Jurnal Filsafat Pub Date : 2022-06-09 DOI:10.22146/jf.75281
Editor Jurnal Filsafat
{"title":"[JF] Pengantar Redaksi Vol. 32 No. 1 Februari 2022","authors":"Editor Jurnal Filsafat","doi":"10.22146/jf.75281","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pembaca yang Budiman,Dewan Redaksi Jurnal Filsafat sedang melakukan langkah perubahan strategis setelah memperoleh kembali Akreditasi Nasional Peringkat Sinta 2, yakni melakukan peningkatan mutu naskah jurnal. Salah satu indikatornya adalah menyelaraskan manuskrip dalam bentuk Bahasa Inggris untuk menjalin komunikasi dan memberikan kontribusi ilmiah dalam skala internasional. Melalui perubahan strategis ini, Jurnal Filsafat berkomitmen secara sungguh-sungguh meningkatkan kapasitasnya untuk meraih Akreditasi Peringkat Sinta 1.Pada Edisi 32 Nomor 1 Februari 2022, Jurnal Filsafat menampilkan enam artikel dengan jumlah penulis sepuluh orang. Tiga artikel dalam Bahasa Indonesia dan tiga artikel dalam Bahasa Inggris. Melalui strategi baru ini, harapan kami, Jurnal Filsafat mulai secara konsisten melakukan peralihan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, sehingga ruang diskusi ilmiah-filosofis dengan berbagai filsuf, pemikir, dan penulis di seluruh dunia, dapat terbuka lebih luas. Penulis pertama, Martin Suryajaya, menyajikan artikel berjudul “Asal-Usul Pemikiran tentang Sekularisme di Abad Pertengahan”. Suryajaya berusaha melacak asal-usul wacana sekularisme dalam filsafat politik Abad Pertengahan, khususnya dalam pemikiran Dante Alighieri, Marsilius Padua dan William Ockham. Suryajaya memeriksa respons terhadap kekuasaan mutlak gereja namun secara bersamaan melihat terdapat benih-benih sekularisme dalam pemikiran William Ockham. Dante dan Marsilius Padua justru mengklaim bahwa otoritas religius dikandung dalam otoritas sekuler. Hasil pembacaan Suryajaya ialah membedakan model sekularisme modern dengan abad pertengahan.Artikel kedua, bertajuk “To Believe in Historical Progress: On Axel Honneth’s Normative Grounding of Critique” ditulis oleh Min Seong Kim. Kim mengupas secara kritis teori kritis Axel Honneth yang digunakan untuk melampaui rasionalitas komunikatif Habermas dengan cara melibatkan kritik imanen yang kuat untuk menjamin adanya dasar normatif kritik tanpa mengandalkan prinsip-prinsip transenden atau transhistoris. Uniknya, Min memberikan contoh praktikal tentang kritik atas konsepsi Pancasila secara historis bahwa ada kemungkinan Pancasila dapat ditinjau dan dikritisi ulang pada dimensi normatif dan transformatifnya. Min memberikan catatan kritis bahwa tentang keberhasilan strateginya untuk membumikan normativitas teori kritis antar generasi.Penulis selanjutnya, Qusthan Abqary Hisan Firdaus, dengan penuh semangat memaparkan artikel berjudul “What Is This Thing Called Adat Logic?”. Firdaus menawarkan menginvestigasi kemungkinan logika adat, keragamannya, dan sebuah dasar pijakan melalui dua contoh adat logika Jawa dan logika Minangkabau. Hal yang menarik dari artikel ini adalah membawa kata ‘logika adat’ dengan mendekati ide tentang dialetheia di dalam logika modern, tetapi berusaha membuktikan bukan sebagai sub-divisi dari dialetheia itu sendiri. Artikel ini masih membuka diskusi lebih lanjut tentang, apa yang dinamakan dengan logika adat? Meskipun demikian, Firdaus telah memberikan notasi dari sebuah logika adat yang khusus ke dalam notasi umum seputar logika adat.Robertus Wijanarko dan Valentinus Saeng menulis artikel berjudul “Human Beings and Social Structure in Frantz Fanon’s Philosophical Thought”. Artikel ini mengkritisi ulang gagasan Frantz Fanon tentang gagasan humanisme kolonial yang diskriminatif dan eksklusif. Membersamai teori poskolonial, Wijanarko dan Saeng, menelusuri bahwa konsep humanisme baru Fanon ini menyuguhkan sebuah wacana teoretis dalam mengembangkan pemikiran humanisme Indonesia yang inklusif secara eksistensial terlebih lagi wacana Poskolonial di Indonesia sedang mendapatkan perhatian publik akhir-akhir ini.Artikel kelima berjudul, “Realisme Perspektival Edmund Husserl: Rekonstruksi Metafisik terhadap Teori Intensionalitas” karya Taufiqurrahman. Karya ini membawa alternatif pendekatan di antara perdebatan besar posisi metafisik Edmund Husserl. Justru, Taufiqurrahman berfokus pada rekonstruksi metafisik terhadap teori intensionalitas Edmund. Dalam penelitian ini Taufiqurrahman menyimpulkan empat poin, tentang intensionalitas kesadaran terhadap objek yang termediasi oleh makna; objek intensi yang sifatnya transenden dan independen dari kesadaran; perspektif yang menyituasikan intensi; serta mengategorikan intensionalitas Husserl sebagai versi realisme perspektival.Artikel terakhir sebagai sebuah renungan filosofis Untara Simon, Datu Hendrawan, dan Antonius Yuniarto yang berjudul “Subjek Pasca Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Filsafat Politik Michel Foucault”. Artikel ini menggunakan pendekatan filsafat politik Michel Foucault. Salah satu temuannya adalah selama masa pandemi Covid-19, terdapat strategi kuasa terhadap individu yang dilakukan untuk mencapai tujuan politik komunitas/masyarakat yang dianggap lebih penting daripada tujuan pribadi individual. Simon, Hendrawan, dan Yuniarto mengkritisi bahwa perlu adanya sikap yang terbuka ketika subjektivitas sedang terobang-ambing dalam berbagai arus, salah satunya kontrol politik yang ketat.Mengakhiri kata pengantar ini, atas nama Dewan Redaksi Jurnal Filsafat, kami menghaturkan terimakasih kepada para penulis, reviewer, editor dan staf redaksi yang telah berkontribusi dalam edisi ini. Kepada para pembaca selamat membaca dan menikmati setiap artikel pada edisi ini ! Yogyakarta, 20 Februari 2022Salam Hormat,Dewan Redaksi","PeriodicalId":32273,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Filsafat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/jf.75281","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Pembaca yang Budiman,Dewan Redaksi Jurnal Filsafat sedang melakukan langkah perubahan strategis setelah memperoleh kembali Akreditasi Nasional Peringkat Sinta 2, yakni melakukan peningkatan mutu naskah jurnal. Salah satu indikatornya adalah menyelaraskan manuskrip dalam bentuk Bahasa Inggris untuk menjalin komunikasi dan memberikan kontribusi ilmiah dalam skala internasional. Melalui perubahan strategis ini, Jurnal Filsafat berkomitmen secara sungguh-sungguh meningkatkan kapasitasnya untuk meraih Akreditasi Peringkat Sinta 1.Pada Edisi 32 Nomor 1 Februari 2022, Jurnal Filsafat menampilkan enam artikel dengan jumlah penulis sepuluh orang. Tiga artikel dalam Bahasa Indonesia dan tiga artikel dalam Bahasa Inggris. Melalui strategi baru ini, harapan kami, Jurnal Filsafat mulai secara konsisten melakukan peralihan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, sehingga ruang diskusi ilmiah-filosofis dengan berbagai filsuf, pemikir, dan penulis di seluruh dunia, dapat terbuka lebih luas. Penulis pertama, Martin Suryajaya, menyajikan artikel berjudul “Asal-Usul Pemikiran tentang Sekularisme di Abad Pertengahan”. Suryajaya berusaha melacak asal-usul wacana sekularisme dalam filsafat politik Abad Pertengahan, khususnya dalam pemikiran Dante Alighieri, Marsilius Padua dan William Ockham. Suryajaya memeriksa respons terhadap kekuasaan mutlak gereja namun secara bersamaan melihat terdapat benih-benih sekularisme dalam pemikiran William Ockham. Dante dan Marsilius Padua justru mengklaim bahwa otoritas religius dikandung dalam otoritas sekuler. Hasil pembacaan Suryajaya ialah membedakan model sekularisme modern dengan abad pertengahan.Artikel kedua, bertajuk “To Believe in Historical Progress: On Axel Honneth’s Normative Grounding of Critique” ditulis oleh Min Seong Kim. Kim mengupas secara kritis teori kritis Axel Honneth yang digunakan untuk melampaui rasionalitas komunikatif Habermas dengan cara melibatkan kritik imanen yang kuat untuk menjamin adanya dasar normatif kritik tanpa mengandalkan prinsip-prinsip transenden atau transhistoris. Uniknya, Min memberikan contoh praktikal tentang kritik atas konsepsi Pancasila secara historis bahwa ada kemungkinan Pancasila dapat ditinjau dan dikritisi ulang pada dimensi normatif dan transformatifnya. Min memberikan catatan kritis bahwa tentang keberhasilan strateginya untuk membumikan normativitas teori kritis antar generasi.Penulis selanjutnya, Qusthan Abqary Hisan Firdaus, dengan penuh semangat memaparkan artikel berjudul “What Is This Thing Called Adat Logic?”. Firdaus menawarkan menginvestigasi kemungkinan logika adat, keragamannya, dan sebuah dasar pijakan melalui dua contoh adat logika Jawa dan logika Minangkabau. Hal yang menarik dari artikel ini adalah membawa kata ‘logika adat’ dengan mendekati ide tentang dialetheia di dalam logika modern, tetapi berusaha membuktikan bukan sebagai sub-divisi dari dialetheia itu sendiri. Artikel ini masih membuka diskusi lebih lanjut tentang, apa yang dinamakan dengan logika adat? Meskipun demikian, Firdaus telah memberikan notasi dari sebuah logika adat yang khusus ke dalam notasi umum seputar logika adat.Robertus Wijanarko dan Valentinus Saeng menulis artikel berjudul “Human Beings and Social Structure in Frantz Fanon’s Philosophical Thought”. Artikel ini mengkritisi ulang gagasan Frantz Fanon tentang gagasan humanisme kolonial yang diskriminatif dan eksklusif. Membersamai teori poskolonial, Wijanarko dan Saeng, menelusuri bahwa konsep humanisme baru Fanon ini menyuguhkan sebuah wacana teoretis dalam mengembangkan pemikiran humanisme Indonesia yang inklusif secara eksistensial terlebih lagi wacana Poskolonial di Indonesia sedang mendapatkan perhatian publik akhir-akhir ini.Artikel kelima berjudul, “Realisme Perspektival Edmund Husserl: Rekonstruksi Metafisik terhadap Teori Intensionalitas” karya Taufiqurrahman. Karya ini membawa alternatif pendekatan di antara perdebatan besar posisi metafisik Edmund Husserl. Justru, Taufiqurrahman berfokus pada rekonstruksi metafisik terhadap teori intensionalitas Edmund. Dalam penelitian ini Taufiqurrahman menyimpulkan empat poin, tentang intensionalitas kesadaran terhadap objek yang termediasi oleh makna; objek intensi yang sifatnya transenden dan independen dari kesadaran; perspektif yang menyituasikan intensi; serta mengategorikan intensionalitas Husserl sebagai versi realisme perspektival.Artikel terakhir sebagai sebuah renungan filosofis Untara Simon, Datu Hendrawan, dan Antonius Yuniarto yang berjudul “Subjek Pasca Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Filsafat Politik Michel Foucault”. Artikel ini menggunakan pendekatan filsafat politik Michel Foucault. Salah satu temuannya adalah selama masa pandemi Covid-19, terdapat strategi kuasa terhadap individu yang dilakukan untuk mencapai tujuan politik komunitas/masyarakat yang dianggap lebih penting daripada tujuan pribadi individual. Simon, Hendrawan, dan Yuniarto mengkritisi bahwa perlu adanya sikap yang terbuka ketika subjektivitas sedang terobang-ambing dalam berbagai arus, salah satunya kontrol politik yang ketat.Mengakhiri kata pengantar ini, atas nama Dewan Redaksi Jurnal Filsafat, kami menghaturkan terimakasih kepada para penulis, reviewer, editor dan staf redaksi yang telah berkontribusi dalam edisi ini. Kepada para pembaca selamat membaca dan menikmati setiap artikel pada edisi ini ! Yogyakarta, 20 Februari 2022Salam Hormat,Dewan Redaksi
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
[JF]编辑第32卷第1期2022年2月
Simon、Hendrawan和Yuniarto批评说,当主体性漂浮在各种潮流中时,需要有一种开放的态度,这是严格的政治控制之一。最后,我们代表哲学期刊编辑委员会感谢在本版中做出贡献的作者、审稿人、编辑和编辑。对于读者,请阅读并欣赏本期的每一篇文章![UNK]日惹,2022年2月20日,减排委员会
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
7
审稿时长
12 weeks
期刊最新文献
Assimilation of Tung Chung Shu’s Philosophy and the Development of Multiculturalism The Role of the Concept of Agape in Improving Aristotle’s Ethics Slavoj Zizek’s Criticism of Neoliberalism and Radical Political Subjects Historical Analysis of Interactive Gamification Research: A Literature Review with Kuhn and Lakatos’ Approaches The Origins and Values of Javanese Philosophy in Nyadran with Goat-Cow Slaughter
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1