{"title":"MAḤABBAH DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SUFISTIK (Kajian Terhadap Qur’an Surat Âli ‘Imrân Ayat 31-32)","authors":"Muhamad Zaenal Muttaqin","doi":"10.24235/JY.V7I1.8323","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini mengkaji tentang bagaimana pandangan para mufassir sufi dalam menafsirkan m a ḥ abbah yang terdapat pada QS. Âli ‘Imrân ayat 31-32. Ma ḥ abbah yang sejak lama menjadi pembahasan dalam ilmu Tasawwuf juga menjadi perhatian serius para mufassir sufi. Ini dibuktikan dengan penjelasan mendalam tentang hal itu yang dilakukan mereka ketika menafsirkan QS. Âli ‘Imrân ayat 31-32. Dengan menggunkan kajian kepustakaan terhadap beberapa Tafsir Sufistik, dapat disimpulkan bahwa m a ḥ abbah secara umum merupakan kecondongan jiwa seorang hamba kepada Dhat yang Maha Sempurna. Ketika seorang hamba mampu meraih hakikat m a ḥ abba till âh , maka ia akan selalu taat terhadap semua yang diperintahkan Allah kepadanya tanpa adanya sedikitpun paksaan dalam dirinya. Karena sejatinya, konsekuensi dari m a ḥ abbah seorang hamba kepada Allah Swt. adalah ketaatan kepada Dhat yang dicintainya. This paper examines how the views of mufassir sufi interpreting m a ḥ abbah contained in QS. Âli ‘Imrân verses 31-32. Ma ḥ abbah, which has long been the subject of discussion in Sufism, has also become a serious concern of mufassir sufi. This is evidenced by depth explanation of what they did when interpreting the QS. Âli ‘Imrân verses 31-32. By using library research of several sufistic Interpretations, it can be concluded that m a ḥ abbah generally is inclination soul towards Allah, The Most Perfect One. When someone is able to achieve the essence of m a ḥ abba till âh, then he will always obey all Allah commanded without the slightest compulsion in him. In fact, the consequence of m a ḥ abbah to Allah Swt. is obedience to the Dhat he loves.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24235/JY.V7I1.8323","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Tulisan ini mengkaji tentang bagaimana pandangan para mufassir sufi dalam menafsirkan m a ḥ abbah yang terdapat pada QS. Âli ‘Imrân ayat 31-32. Ma ḥ abbah yang sejak lama menjadi pembahasan dalam ilmu Tasawwuf juga menjadi perhatian serius para mufassir sufi. Ini dibuktikan dengan penjelasan mendalam tentang hal itu yang dilakukan mereka ketika menafsirkan QS. Âli ‘Imrân ayat 31-32. Dengan menggunkan kajian kepustakaan terhadap beberapa Tafsir Sufistik, dapat disimpulkan bahwa m a ḥ abbah secara umum merupakan kecondongan jiwa seorang hamba kepada Dhat yang Maha Sempurna. Ketika seorang hamba mampu meraih hakikat m a ḥ abba till âh , maka ia akan selalu taat terhadap semua yang diperintahkan Allah kepadanya tanpa adanya sedikitpun paksaan dalam dirinya. Karena sejatinya, konsekuensi dari m a ḥ abbah seorang hamba kepada Allah Swt. adalah ketaatan kepada Dhat yang dicintainya. This paper examines how the views of mufassir sufi interpreting m a ḥ abbah contained in QS. Âli ‘Imrân verses 31-32. Ma ḥ abbah, which has long been the subject of discussion in Sufism, has also become a serious concern of mufassir sufi. This is evidenced by depth explanation of what they did when interpreting the QS. Âli ‘Imrân verses 31-32. By using library research of several sufistic Interpretations, it can be concluded that m a ḥ abbah generally is inclination soul towards Allah, The Most Perfect One. When someone is able to achieve the essence of m a ḥ abba till âh, then he will always obey all Allah commanded without the slightest compulsion in him. In fact, the consequence of m a ḥ abbah to Allah Swt. is obedience to the Dhat he loves.
本文回顾关于解释的苏菲mufassir如何看待m aḥabbah在于q的。阿里·伊姆兰31-32节。妈ḥabbah很久的Tasawwuf科学的讨论也成为苏菲mufassir们认真关注。这在他们对QS的解释中得到了充分的证明。阿里·伊姆兰31-32节。通过对一些解释Sufistik用文学研究,可以得出结论,m aḥabbah总的来说是一个灵魂眯着眼对Dhat全能完美的仆人。当仆人能够抓住本质m aḥabba直到啊,那么他将永远服从上帝所吩咐的一切中一点也没有强迫自己。因为真,m aḥ的后果abbah向全能的上帝的仆人。这是对他所爱的人的服从。苏菲的景色》这篇文章examines如何mufassir interpreting m aḥabbah有趣在QS。阿里·伊姆兰·维塞斯31-32。妈ḥabbah科目》,哪有长一直在Sufism受到质疑,也成为了a苏菲mufassir的严重关注。这被他们在解释QS时所做的工作所证明。阿里·伊姆兰·维塞斯31-32。由利用图书馆研究的好几个sufistic Interpretations,它可以成为结论这就是m aḥabbah generally inclination灵魂向上帝,是最完美的一号。当有人is able to为m aḥabba之精华,直到啊,然后他将永远听从上帝commanded without the slightest强迫在他的一切。事实上,《m aḥ产生了abbah向全能的上帝。他爱的是服从。