Teologi Proses ala Barbour vs Kepercayaan Timur

Jurnal Filsafat Pub Date : 2022-11-21 DOI:10.22146/jf.72873
Justiani Liem
{"title":"Teologi Proses ala Barbour vs Kepercayaan Timur","authors":"Justiani Liem","doi":"10.22146/jf.72873","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Dalam dunia pemikiran modern, disintegrasi antara filsafat, sains-teknologi, dan teologi dianggap perlu untuk diintegrasikan kembali sehingga koheren setelah sekian abad berjalan sendiri-sendiri dan tidak jarang saling bertabrakan satu sama lain. Apalagi dengan perkembangan pesat teknologi yang telah menciptakan ketergantungan bagi manusia bahkan memunculkan berhala-berhala baru, ilah-ilah baru, tuhan-tuhan baru yang mengontrol hidup manusia, sadar atau tidak sadar.  Sampai pada perkawinan neurosains dengan intelegensia buatan yang bisa menjelaskan banyak fenomena yang sebelumnya dianggap “magic” atau menurut agama adalah “mukjizat”,  ternyata ilmiah, bukan mukjizat lagi.  Barbour melanjutkan teologi proses Whitehead, mencoba meredefinisi pemahaman teologi tentang Kedirian Manusia (istilah ketimbang Kodrat Manusia) dari “The Selfness of Being” menjadi “The Selfness of Becoming”. Teologi Proses menawarkan sebuah jalan tengah antara kemahakuasaan (omnipotence) Allah dan ketidakberdayaan (impotence) Allah lalu merumuskan kembali kekuatan Ilahi lebih sebagai pemberdayaan daripada sebagai penguasaan yang menaklukkan. Dalam rangka melanjutkan upaya Barbour untuk mencari koherensi antara filsafat, sains-teknologi, dan teologi, maka tulisan ini memberi masukan dan koreksi atas pemikiran Barbour dan menyarankan agar menengok agama-agama Kuno yang masih bertahan dan termasuk salah satu yang penganutnya besar di belahan bumi Timur dan beberapa dekade belakangan eksistensinya merambah ke Barat, yang bisa menjelaskan secara koheren temuan-temuan teknologi terkini, dari sudut pandang lain tentunya, yakni pertemuan Barat dan Timur di sini.  ","PeriodicalId":32273,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-11-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Filsafat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/jf.72873","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Dalam dunia pemikiran modern, disintegrasi antara filsafat, sains-teknologi, dan teologi dianggap perlu untuk diintegrasikan kembali sehingga koheren setelah sekian abad berjalan sendiri-sendiri dan tidak jarang saling bertabrakan satu sama lain. Apalagi dengan perkembangan pesat teknologi yang telah menciptakan ketergantungan bagi manusia bahkan memunculkan berhala-berhala baru, ilah-ilah baru, tuhan-tuhan baru yang mengontrol hidup manusia, sadar atau tidak sadar.  Sampai pada perkawinan neurosains dengan intelegensia buatan yang bisa menjelaskan banyak fenomena yang sebelumnya dianggap “magic” atau menurut agama adalah “mukjizat”,  ternyata ilmiah, bukan mukjizat lagi.  Barbour melanjutkan teologi proses Whitehead, mencoba meredefinisi pemahaman teologi tentang Kedirian Manusia (istilah ketimbang Kodrat Manusia) dari “The Selfness of Being” menjadi “The Selfness of Becoming”. Teologi Proses menawarkan sebuah jalan tengah antara kemahakuasaan (omnipotence) Allah dan ketidakberdayaan (impotence) Allah lalu merumuskan kembali kekuatan Ilahi lebih sebagai pemberdayaan daripada sebagai penguasaan yang menaklukkan. Dalam rangka melanjutkan upaya Barbour untuk mencari koherensi antara filsafat, sains-teknologi, dan teologi, maka tulisan ini memberi masukan dan koreksi atas pemikiran Barbour dan menyarankan agar menengok agama-agama Kuno yang masih bertahan dan termasuk salah satu yang penganutnya besar di belahan bumi Timur dan beberapa dekade belakangan eksistensinya merambah ke Barat, yang bisa menjelaskan secara koheren temuan-temuan teknologi terkini, dari sudut pandang lain tentunya, yakni pertemuan Barat dan Timur di sini.  
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
Barbour过程神学与东方信托
在现代思维世界中,哲学、科学技术和神学之间的融合被认为是重新融合的必要条件,这样几个世纪后的连贯性就会自行运行,很少相互冲突。除了技术的快速发展为人类创造了依赖,甚至产生了新的神之外,他们是控制人类生活的新的神,无论是有意识的还是无意识的。直到神经科学与人工智能的结合,可以解释许多以前被认为是“魔法”或根据宗教的现象是“奇迹”,它才被证明是科学的,而不是奇迹。Barbour延续了怀特黑德过程的神学,试图从“存在的自私”到“成为的自私”重新定义对人的神学理解。过程神学在上帝的全能和上帝的无能之间提供了一条道路,然后摧毁了上帝作为主权而非征服者的力量。为了继续Barbour在哲学、科学技术和神学之间寻找一致性的努力,本文对Barbour的思想进行了输入和修正,并建议审视仍然存在的古代宗教,包括一个在东方的伟大作家及其存在的几十年已经发展到西方的宗教,这可以从另一个角度,即西方和东方在这里的会议,连贯地解释最新的技术发现。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
7
审稿时长
12 weeks
期刊最新文献
Assimilation of Tung Chung Shu’s Philosophy and the Development of Multiculturalism The Role of the Concept of Agape in Improving Aristotle’s Ethics Slavoj Zizek’s Criticism of Neoliberalism and Radical Political Subjects Historical Analysis of Interactive Gamification Research: A Literature Review with Kuhn and Lakatos’ Approaches The Origins and Values of Javanese Philosophy in Nyadran with Goat-Cow Slaughter
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1