{"title":"PENGARUH TASAWUF ISLAM DALAM KONSEP KEDAMAIAN UNIVERSAL (SULH-I KULL) SULTAN MUGHAL JALALUDDIN AKBAR","authors":"Gumilar Irfanullah","doi":"10.24235/JY.V7I1.8364","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk melacak pengaruh ajaran dan doktrin tasawuf Islam terhadap konsep pemikiran sulh-I kull yang digagas oleh sultan kerajaan Mughal ke-3, Jalaluddin Muhammad Akbar pondasi dari kebijakan politik-keagamaannya selama ia berkuasa. Akbar tidak saja dikenal karena prestasi militernya yang besar karena semakin memperluas pengaruh kesultanan Mughal di India, tetapi juga karena pemikiran-pemikiran dan kebijakan keagamaannya yang kontroversial. Melalui sulh-I kull, Akbar meyakini bahwa rakyatnya tidak perlu diperlakukan secara berbeda hanya karena perbedaan etnisitas dan agama. Akbar memandang bahwa umat Muslim dan Hindu, juga umat lainnya di India, tidak berhak memonopoli kebenaran dan berbuat zalim kepada orang lain karena alasan perbedaan agama. Untuk memahami bagaimana Akbar menyerap ajaran-ajaran dan doktrin tasawuf falsafi, tulisan ini menggunakan teori konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan seseorang bisa didapat melalui konstruksi pemikiran yang ia serap dari pengalaman langsung dan pemikiran yang sudah ada. Menggunakan studi pustaka sebagai metode, tulisan ini menemukan kesamaan antara substansi sulh-I kull milik Akbar dan ajaran universal dan egaliter yang diwariskan oleh para tokoh sufi falsafi, khususnya yang terejawantah dalam doktrin wahdah al-wujud. Tulisan ini menemukan bahwa meskipun secara tidak langsung Akbar membaca karya-karya sufi terdahulu, Akbar menyerapnya melalui internalisasi ajaran itu yang ia dapatkan melalui diskusi dan dialog dengan banyak tokoh sufi di masanya. Akbar juga melakukan perenungan-perenungan saat berziarah ke makam ulama-ulama sufi yang berasal dari tarekat Chishtiyah yang memang mewarisi doktrin wahdah al-wujud di wilayah India. Kata Kunci: Sulh-I Kull, Tasawuf Falsafi, Sultan Akbar","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24235/JY.V7I1.8364","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Tulisan ini bertujuan untuk melacak pengaruh ajaran dan doktrin tasawuf Islam terhadap konsep pemikiran sulh-I kull yang digagas oleh sultan kerajaan Mughal ke-3, Jalaluddin Muhammad Akbar pondasi dari kebijakan politik-keagamaannya selama ia berkuasa. Akbar tidak saja dikenal karena prestasi militernya yang besar karena semakin memperluas pengaruh kesultanan Mughal di India, tetapi juga karena pemikiran-pemikiran dan kebijakan keagamaannya yang kontroversial. Melalui sulh-I kull, Akbar meyakini bahwa rakyatnya tidak perlu diperlakukan secara berbeda hanya karena perbedaan etnisitas dan agama. Akbar memandang bahwa umat Muslim dan Hindu, juga umat lainnya di India, tidak berhak memonopoli kebenaran dan berbuat zalim kepada orang lain karena alasan perbedaan agama. Untuk memahami bagaimana Akbar menyerap ajaran-ajaran dan doktrin tasawuf falsafi, tulisan ini menggunakan teori konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan seseorang bisa didapat melalui konstruksi pemikiran yang ia serap dari pengalaman langsung dan pemikiran yang sudah ada. Menggunakan studi pustaka sebagai metode, tulisan ini menemukan kesamaan antara substansi sulh-I kull milik Akbar dan ajaran universal dan egaliter yang diwariskan oleh para tokoh sufi falsafi, khususnya yang terejawantah dalam doktrin wahdah al-wujud. Tulisan ini menemukan bahwa meskipun secara tidak langsung Akbar membaca karya-karya sufi terdahulu, Akbar menyerapnya melalui internalisasi ajaran itu yang ia dapatkan melalui diskusi dan dialog dengan banyak tokoh sufi di masanya. Akbar juga melakukan perenungan-perenungan saat berziarah ke makam ulama-ulama sufi yang berasal dari tarekat Chishtiyah yang memang mewarisi doktrin wahdah al-wujud di wilayah India. Kata Kunci: Sulh-I Kull, Tasawuf Falsafi, Sultan Akbar
这篇文章旨在追踪伊斯兰教tasawuf的教义和教义对穆格哈尔第三国的苏丹贾拉鲁丁·穆罕默德·阿克巴尔(jalain Muhammad Akbar)在位期间政治宗教政策的基础所产生的苏丹库尔思想的影响。阿克巴不仅因为在印度莫卧儿王朝的势力不断扩大而闻名,而且还因为他的宗教思想和政策有争议。通过sulh-I kull, Akbar认为他的人民不需要因为种族和宗教差异而受到不同的对待。阿克巴认为,穆斯林、印度教徒和其他印度人没有权利因为宗教差异而垄断真理和对他人犯下暴行。为了理解阿克巴是如何吸收tasawuf falsafi的教义和教义的,这篇论文采用了一种建设性理论,认为一个人的知识可以通过他从直接经验和现有经验中吸收的构建来获得。利用对书库的研究作为一种方法,这篇文章发现了阿克巴尔的硫i kull物质与苏菲·法尔萨菲的普遍教义和由苏菲·法尔萨菲人继承的平等主义之间的相似之处,尤其是那些在瓦达·艾尔-存在教义中受到保护的人。这篇文章发现,尽管阿克巴偶然阅读了他早期的苏菲派作品,但阿克巴通过与他那个时代的许多苏菲派人士的讨论和对话,吸收了这一教义。阿克巴还在朝圣之旅中沉思着来自印度地区tarekat Chishtiyah的utal甜食。关键词:Sulh-I Kull, Tasawuf Falsafi, Sultan Akbar