Pengantar Redaksi

Jurnal Filsafat Pub Date : 2020-02-29 DOI:10.22146/jf.54557
Redaksi Jurnal Filsafat
{"title":"Pengantar Redaksi","authors":"Redaksi Jurnal Filsafat","doi":"10.22146/jf.54557","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Jurnal Filsafat Volume 30 No. 1 Februari 2020 ini menghadirkan enam artikel dengan cakupan tema yang cukup beragama dari post-truth, ke isu lingkungan dan hak hewan hingga perdebatan tentang dikotomi moral dan hukum. Edisi ini dibuka dengan refleksi seorang pemikir filsafat nasional Professor Franz Magnis-Suseno SJ mengenai kondisi post-truth. Artikelnya bejudul “Philosophy, A Challenge To Post-Truth, Also In Indonesia” adalah desakan untuk mendorong peran filsafat dalam memerangi distribusi kebohongan dalam fenomena post-truth.  Tulisan Romo Magnis menekankan bahwa adalah tugas filsafat untuk menantang ketidakbenaran yang bersembunyi dibalik selubung kebenaran. Penulis mencontohtan upaya ini dengan menyingkap tabir kebohongan pada tiga hal yang telah diterima secara luas sebagai kebenaran yaitu tentang apa yang terjadi di Indonesia pada tahuan 1965 dan 1966; klaim bahwa Pancasila tidak selaras dengan demokrasi liberal; dan klaim ekstrimisme religius untuk menampilkan kebenaran dari agama. Penulis lebih jauh menekankan ajakan untuk mempertahankan kebebasan berdemokrasi tanpa kompromi. Selanjutnya, tiga penulis dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada; Lailiy Muthmainnah, Rizal Mustansyir, dan Sindung Tjahyadi, mengetengahkan kajian mengenai isu lingkungan. Para penulis mempertanyakan kembali basis argumentasi yang dibangun dalam gagasan pembangunan berkelanjutan dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup. Para penulis artikel ini menyimpulkan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan tidak terlepas dari modernitas dengan segala persoalan yang ditimbulkannya. Basis argumentasi sustainable development adalah penciptaan kondisi keseimbangan antara kebutuhan generasi sekarang dan kecukupan kebutuhan generasi yang akan datang. Namun tarik ulur pemaknaan konsep keberlanjutan terjatuh pada konteks ekonomi sehingga kalkulasi cost-benefit ter-reduksi ke dalam kalkulasi cash-value. Akibatnya tujuan keseimbangan lingkungan hidup justru bermetamorfosis menjadi bentuk baru antroposentrisme.  Ni Nyoman Oktaria Asmarani, menghadirkan polemik tentang praktik kurban hewan dalam ritual adat di Bali dalam tulisannya yang berjudul “Kurban Hewan Dalam Upacara Yadnya: Membunuh Atau Memuliakan?” Yadnya adalah salah satu ibadah masyarakat Hindu Bali yang berarti kurban suci untuk dipersembahkan kepada Tuhan, yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam prosesnya, umat Hindu Bali biasa menggunakan hewan sebagai sesuatu yang dikurbankan untuk upacara yadnya. Bagi para pegiat animal welfare, penggunaan hewan ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak patut karena itu berarti hewan hanya dimaknai sebatas pemenuh bagi keperluan manusia saja. Artikel ini berupaya memahami bagaimana hewan dimuliakan melalui berbagai cara, baik melalui pengorbanan dalam Yadnya, maupun memenuhi hak-haknya.  Artikel ke empat, Rona Utami dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada berfokus padapasien transgender, khususnya transpuan, di Yogyakarta dalam mengakses layanan kesehatanmelalui perspektif etika biomedis Tom L. Beauchamp dan James Childress. Walaupun kelompok transgender tidak mengalami diskriminasiperlakuandalam pelayanan kesehatan tetapi tidak semua anggota transpuan mendapatkan asuransi jaminan sosial yang disediakan oleh pemerintah karena masalah administratif data kependudukan yang belum mengakomodasi pilihan gender mereka. Peneliti menyimpulkan bahwa diskriminasi berawal dari anggapan bahwa penerima manfaat sosial masih terbatas untuk pilihan gender tertentu. Menurut penulis, kondisi ini bertentangan denganprinsip keadilandalam etika biomedis. Artikel kelima berjudul ”Mitos Penciptaan Pada Serat Purwakandha BrantakusumanDan Potensi Kajian Filsafatnya”, ditulis oleh Sartini dan Luwiyanto dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji mitos  penciptaan dalam Serat Purwakandha Brantakusuman (SPB), bagaimana kekhasannya dibandingkan dengan  mitos-mitos di Indonesia dan teori mitos yang ada,  dan menjelaskan  tema-tema filsafati yang dapat dikaji dari mitos tersebut. Kajian mitos tentang asal-usul tetumbuhan merupakan hal baru karena  penelitian yang mengkaji mitos terkait pertanian dan Dewi Sri, pengaruh mitos dalam kehidupan dan aktivitas manusia, bentuk-bentuk ritual dan aktivitas sosial-budaya, serta hubungan antara mitos dan kesenian, lebih banyak terkait dengan asal-usul suatu tempat. Kedua penulis berargumen bahwa mitos  penciptaan tetumbuhan dalam SPB berlatar cerita kematian Dewi Tisnawati yang dibuang ke bumi. Mitos dalam SPB dan mitos-mitos di Indonesia berkontribusi mendukung konsep-konsep mitos yang sudah dijelaskan para pemikir besar.  Akhirnya, Syafruddin Muhtamar dan Muhammad Asri dari Universitas Hasanuddinmenutup volume ini artikel berjudul “Dikotomi Moral Dan Hukum Sebagai Problem Epistemologis Dalam Konstitusi Modern”. Fokus artikel ini adalah dikotomi moral dan hukum dalam konteks konstitusi modern yang mengakar pada pemikiran Thomas Aquinas dan Niccolo Machiavelli. Analisis difokuskan pada aspek epistemologis yang menjadi akar panjang dikotomi antara konsep moral dan hukum dalam konstitusimodern. Kedua penulismenyimpulkan bahwa paradigma hukum adi-kodrati dan positivisme merupakan  akarepistemikdari dikotomi konsep moral dan hukum tersebut. Mengakhiri kata pengantar ini, atas nama redaksi Jurnal Filsafat, kami menghaturkan terima kasih kepada para penulis dan mitra bestari yang telah berkontribusi dalam Volume 30 nomor 1 ini. Kepada para pembaca, kami haturkan selamat membaca dan menikmati setiap artikel pada Jurnal Filsafat edisi ini!.","PeriodicalId":32273,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Filsafat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/jf.54557","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Jurnal Filsafat Volume 30 No. 1 Februari 2020 ini menghadirkan enam artikel dengan cakupan tema yang cukup beragama dari post-truth, ke isu lingkungan dan hak hewan hingga perdebatan tentang dikotomi moral dan hukum. Edisi ini dibuka dengan refleksi seorang pemikir filsafat nasional Professor Franz Magnis-Suseno SJ mengenai kondisi post-truth. Artikelnya bejudul “Philosophy, A Challenge To Post-Truth, Also In Indonesia” adalah desakan untuk mendorong peran filsafat dalam memerangi distribusi kebohongan dalam fenomena post-truth.  Tulisan Romo Magnis menekankan bahwa adalah tugas filsafat untuk menantang ketidakbenaran yang bersembunyi dibalik selubung kebenaran. Penulis mencontohtan upaya ini dengan menyingkap tabir kebohongan pada tiga hal yang telah diterima secara luas sebagai kebenaran yaitu tentang apa yang terjadi di Indonesia pada tahuan 1965 dan 1966; klaim bahwa Pancasila tidak selaras dengan demokrasi liberal; dan klaim ekstrimisme religius untuk menampilkan kebenaran dari agama. Penulis lebih jauh menekankan ajakan untuk mempertahankan kebebasan berdemokrasi tanpa kompromi. Selanjutnya, tiga penulis dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada; Lailiy Muthmainnah, Rizal Mustansyir, dan Sindung Tjahyadi, mengetengahkan kajian mengenai isu lingkungan. Para penulis mempertanyakan kembali basis argumentasi yang dibangun dalam gagasan pembangunan berkelanjutan dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup. Para penulis artikel ini menyimpulkan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan tidak terlepas dari modernitas dengan segala persoalan yang ditimbulkannya. Basis argumentasi sustainable development adalah penciptaan kondisi keseimbangan antara kebutuhan generasi sekarang dan kecukupan kebutuhan generasi yang akan datang. Namun tarik ulur pemaknaan konsep keberlanjutan terjatuh pada konteks ekonomi sehingga kalkulasi cost-benefit ter-reduksi ke dalam kalkulasi cash-value. Akibatnya tujuan keseimbangan lingkungan hidup justru bermetamorfosis menjadi bentuk baru antroposentrisme.  Ni Nyoman Oktaria Asmarani, menghadirkan polemik tentang praktik kurban hewan dalam ritual adat di Bali dalam tulisannya yang berjudul “Kurban Hewan Dalam Upacara Yadnya: Membunuh Atau Memuliakan?” Yadnya adalah salah satu ibadah masyarakat Hindu Bali yang berarti kurban suci untuk dipersembahkan kepada Tuhan, yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam prosesnya, umat Hindu Bali biasa menggunakan hewan sebagai sesuatu yang dikurbankan untuk upacara yadnya. Bagi para pegiat animal welfare, penggunaan hewan ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak patut karena itu berarti hewan hanya dimaknai sebatas pemenuh bagi keperluan manusia saja. Artikel ini berupaya memahami bagaimana hewan dimuliakan melalui berbagai cara, baik melalui pengorbanan dalam Yadnya, maupun memenuhi hak-haknya.  Artikel ke empat, Rona Utami dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada berfokus padapasien transgender, khususnya transpuan, di Yogyakarta dalam mengakses layanan kesehatanmelalui perspektif etika biomedis Tom L. Beauchamp dan James Childress. Walaupun kelompok transgender tidak mengalami diskriminasiperlakuandalam pelayanan kesehatan tetapi tidak semua anggota transpuan mendapatkan asuransi jaminan sosial yang disediakan oleh pemerintah karena masalah administratif data kependudukan yang belum mengakomodasi pilihan gender mereka. Peneliti menyimpulkan bahwa diskriminasi berawal dari anggapan bahwa penerima manfaat sosial masih terbatas untuk pilihan gender tertentu. Menurut penulis, kondisi ini bertentangan denganprinsip keadilandalam etika biomedis. Artikel kelima berjudul ”Mitos Penciptaan Pada Serat Purwakandha BrantakusumanDan Potensi Kajian Filsafatnya”, ditulis oleh Sartini dan Luwiyanto dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji mitos  penciptaan dalam Serat Purwakandha Brantakusuman (SPB), bagaimana kekhasannya dibandingkan dengan  mitos-mitos di Indonesia dan teori mitos yang ada,  dan menjelaskan  tema-tema filsafati yang dapat dikaji dari mitos tersebut. Kajian mitos tentang asal-usul tetumbuhan merupakan hal baru karena  penelitian yang mengkaji mitos terkait pertanian dan Dewi Sri, pengaruh mitos dalam kehidupan dan aktivitas manusia, bentuk-bentuk ritual dan aktivitas sosial-budaya, serta hubungan antara mitos dan kesenian, lebih banyak terkait dengan asal-usul suatu tempat. Kedua penulis berargumen bahwa mitos  penciptaan tetumbuhan dalam SPB berlatar cerita kematian Dewi Tisnawati yang dibuang ke bumi. Mitos dalam SPB dan mitos-mitos di Indonesia berkontribusi mendukung konsep-konsep mitos yang sudah dijelaskan para pemikir besar.  Akhirnya, Syafruddin Muhtamar dan Muhammad Asri dari Universitas Hasanuddinmenutup volume ini artikel berjudul “Dikotomi Moral Dan Hukum Sebagai Problem Epistemologis Dalam Konstitusi Modern”. Fokus artikel ini adalah dikotomi moral dan hukum dalam konteks konstitusi modern yang mengakar pada pemikiran Thomas Aquinas dan Niccolo Machiavelli. Analisis difokuskan pada aspek epistemologis yang menjadi akar panjang dikotomi antara konsep moral dan hukum dalam konstitusimodern. Kedua penulismenyimpulkan bahwa paradigma hukum adi-kodrati dan positivisme merupakan  akarepistemikdari dikotomi konsep moral dan hukum tersebut. Mengakhiri kata pengantar ini, atas nama redaksi Jurnal Filsafat, kami menghaturkan terima kasih kepada para penulis dan mitra bestari yang telah berkontribusi dalam Volume 30 nomor 1 ini. Kepada para pembaca, kami haturkan selamat membaca dan menikmati setiap artikel pada Jurnal Filsafat edisi ini!.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
减少发送器
2020年2月1日《哲学》杂志第30卷第1期提出了六篇关于宗教主题的文章,从后真理到环境和动物权利,再到关于道德和法律二分法的辩论。它以国家哲学家弗朗茨·马格纳斯-苏塞诺教授对《真相》的看法开始。他的文章题为“哲学,博学性的挑战,同样在印度尼西亚”,是一种鼓励哲学在对抗后真理现象中谎言分布中的作用。马格尼斯神父的著作强调,挑战隐藏在真理面纱背后的谎言是哲学的责任。作者以揭露三件被广泛认为是事实的事情为榜样,那就是1965年和1966年发生在印尼的事情;声称潘卡西拉不符合自由民主;并声称宗教极端主义将真理从宗教中揭示出来。作者进一步强调捍卫民主自由而不妥协的呼吁。接下来,三名来自加扎大学哲学学院的作家;Lailiy Muthmainnah、Rizal Mustansyir和Sindung Tjahyadi都提出了环境问题。作家们对可持续发展理念在环境管理的背景下所建立的论点的重新提出质疑。这篇文章的作者得出结论,可持续发展的概念并没有脱离其所带来的一切问题的现代化。可持续发展的基础是创造一种平衡的状态,在现在的需求和未来几代人的需求之间。但是,利用可持续性的概念在经济环境上的应用,使考特班斐特的计算缩减到casth -value。因此,环境平衡的目的将使人变成一种新的形式的拟人化。Ni Nyoman是oksera Asmarani,在他的著作《动物祭祀:杀戮还是荣耀》中展示了关于巴厘岛传统仪式中动物祭祀实践的polemik。他的寺庙是巴厘岛印度教社区的一种崇拜,意思是献给上帝的神圣祭品是Ida Sang Hyang Widhi Wasa。在这个过程中,巴厘岛的印度教徒过去常常把动物当作祭品来祭祀。对许多动物福利活动人士来说,这种动物的使用被认为是不适当的,因为这意味着动物的教育仅限于人类的目的。这篇文章试图理解动物是如何通过献祭和实现它们的权利而得到荣耀的。第四篇文章,Gadjah Mada大学哲学学院的Rona Utami关注跨性别者pa透明度,特别是日经学会的跨性别者,通过汤姆·L·波尚(Tom L. Beauchamp)和詹姆斯·奇尔德里斯(James Childress)的生物医学伦理角度,以获得卫生服务为中心。虽然变性人团体没有对医疗保健的歧视,但并非所有的变性人都能获得政府提供的社会保障保险,因为人口数据的行政问题还不适应其性别选择。研究人员得出的结论是,歧视源于社会福利机构对某些性别选择的限制。根据作者的说法,这种情况违背了生物医学伦理的正义原则。第五篇文章是由卡扎菲大学哲学学院的Sartini和Luwiyanto撰写的,题目是“根茎上的创造神话和潜在的哲学研究”。这篇文章的目的是研究Purwakandha Brantakusuman (SPB)纤维中的创造神话,它与印尼神话和现有神话理论的独特性,并解释这个神话所具有的哲学主题。对植物起源的神话研究是新的,因为研究农业神话和女神Sri的研究、神话对人类生活和活动的影响、仪式和社会文化活动以及神话和艺术之间的联系,更多地与一个地方的起源有关。两位作家都认为,SPB中的植物神话描绘了蒂斯纳瓦蒂被流放到地球上的死亡故事。SPB和印度尼西亚神话中的神话有助于支持伟大思想家已经解释过的神话概念。最后,hasanuddinth大学的shafruddin Muhtamar和Muhammad Asri总结了这篇题为《现代宪法中的道德和法律二分法》的文章。本文的重点是现代宪法中道德和法律二分法,根植于托马斯·阿奎那(Thomas Aquinas)和尼科洛·马基雅维利(Niccolo Machiavelli)的思想。 2020年2月1日《哲学》杂志第30卷第1期提出了六篇关于宗教主题的文章,从后真理到环境和动物权利,再到关于道德和法律二分法的辩论。它以国家哲学家弗朗茨·马格纳斯-苏塞诺教授对《真相》的看法开始。他的文章题为“哲学,博学性的挑战,同样在印度尼西亚”,是一种鼓励哲学在对抗后真理现象中谎言分布中的作用。马格尼斯神父的著作强调,挑战隐藏在真理面纱背后的谎言是哲学的责任。作者以揭露三件被广泛认为是事实的事情为榜样,那就是1965年和1966年发生在印尼的事情;声称潘卡西拉不符合自由民主;并声称宗教极端主义将真理从宗教中揭示出来。作者进一步强调捍卫民主自由而不妥协的呼吁。接下来,三名来自加扎大学哲学学院的作家;Lailiy Muthmainnah、Rizal Mustansyir和Sindung Tjahyadi都提出了环境问题。作家们对可持续发展理念在环境管理的背景下所建立的论点的重新提出质疑。这篇文章的作者得出结论,可持续发展的概念并没有脱离其所带来的一切问题的现代化。可持续发展的基础是创造一种平衡的状态,在现在的需求和未来几代人的需求之间。但是,利用可持续性的概念在经济环境上的应用,使考特班斐特的计算缩减到casth -value。因此,环境平衡的目的将使人变成一种新的形式的拟人化。Ni Nyoman是oksera Asmarani,在他的著作《动物祭祀:杀戮还是荣耀》中展示了关于巴厘岛传统仪式中动物祭祀实践的polemik。他的寺庙是巴厘岛印度教社区的一种崇拜,意思是献给上帝的神圣祭品是Ida Sang Hyang Widhi Wasa。在这个过程中,巴厘岛的印度教徒过去常常把动物当作祭品来祭祀。对许多动物福利活动人士来说,这种动物的使用被认为是不适当的,因为这意味着动物的教育仅限于人类的目的。这篇文章试图理解动物是如何通过献祭和实现它们的权利而得到荣耀的。第四篇文章,Gadjah Mada大学哲学学院的Rona Utami关注跨性别者pa透明度,特别是日经学会的跨性别者,通过汤姆·L·波尚(Tom L. Beauchamp)和詹姆斯·奇尔德里斯(James Childress)的生物医学伦理角度,以获得卫生服务为中心。虽然变性人团体没有对医疗保健的歧视,但并非所有的变性人都能获得政府提供的社会保障保险,因为人口数据的行政问题还不适应其性别选择。研究人员得出的结论是,歧视源于社会福利机构对某些性别选择的限制。根据作者的说法,这种情况违背了生物医学伦理的正义原则。第五篇文章是由卡扎菲大学哲学学院的Sartini和Luwiyanto撰写的,题目是“根茎上的创造神话和潜在的哲学研究”。这篇文章的目的是研究Purwakandha Brantakusuman (SPB)纤维中的创造神话,它与印尼神话和现有神话理论的独特性,并解释这个神话所具有的哲学主题。对植物起源的神话研究是新的,因为研究农业神话和女神Sri的研究、神话对人类生活和活动的影响、仪式和社会文化活动以及神话和艺术之间的联系,更多地与一个地方的起源有关。两位作家都认为,SPB中的植物神话描绘了蒂斯纳瓦蒂被流放到地球上的死亡故事。SPB和印度尼西亚神话中的神话有助于支持伟大思想家已经解释过的神话概念。最后,hasanuddinth大学的shafruddin Muhtamar和Muhammad Asri总结了这篇题为《现代宪法中的道德和法律二分法》的文章。本文的重点是现代宪法中道德和法律二分法,根植于托马斯·阿奎那(Thomas Aquinas)和尼科洛·马基雅维利(Niccolo Machiavelli)的思想。 分析集中在认识论方面,这是道德和法律概念的根据性二分法。两位作者都认为,唯一性和积极主义的法律范例是道德观念和法律二分法的一种认识性。在引言结束时,我们代表《哲学杂志》编辑,感谢为本第30卷第1卷所贡献的作家和bestari伙伴。致读者,我们祝贺您阅读和欣赏本版本哲学杂志上的每一篇文章! 分析集中在认识论方面,这是道德和法律概念的根据性二分法。两位作者都认为,唯一性和积极主义的法律范例是道德观念和法律二分法的一种认识性。在引言结束时,我们代表《哲学杂志》编辑,感谢为本第30卷第1卷所贡献的作家和bestari伙伴。致读者,我们祝贺您阅读和欣赏本版本哲学杂志上的每一篇文章!
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
7
审稿时长
12 weeks
期刊最新文献
Assimilation of Tung Chung Shu’s Philosophy and the Development of Multiculturalism The Role of the Concept of Agape in Improving Aristotle’s Ethics Slavoj Zizek’s Criticism of Neoliberalism and Radical Political Subjects Historical Analysis of Interactive Gamification Research: A Literature Review with Kuhn and Lakatos’ Approaches The Origins and Values of Javanese Philosophy in Nyadran with Goat-Cow Slaughter
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1