{"title":"Polemik Qirā’ah Sab’ah Antara Zamakhsharī dan Abū Ḥayyān","authors":"Fuad Nawawi","doi":"10.22548/shf.v14i1.581","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi, jaringan sosial budaya, ideologi, dan kepentingan membentuk cara pandang terhadap pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang qirā’āt sab‘ah. Az-Zamakhsyarī (w. 538 H/ 1143) kritis terhadap qirā’āt sab‘ah karena ia berlatar belakang muktazilah yang menilai bahwa sebagianragam bacaan qirā’āt sab‘ah merupakan produk ijtihad ulama. Muktazilah juga beranggapan bahwa tidak semua qiraah merupakan bagian dari Al-Qur’an. AzZamakhsyarī juga berpihak kepada mazhab nahwu Basrah yang memposisikan kaidah bahasa sebagai “hakim” yang menentukan. Jika ada qiraah yang tidak sesuai kaidah, qiraah tersebut dihukumi sebagai qiraah syāż. Di pihak lain, Abū Ḥayyān (w. 745 H/ 1344) membela qirā’āt sab‘ah karena Abū Ḥayyān berlatar belakang Asy‘ariyyah. Aliran teologi ini menilai qirā’āt sab‘ah sebagai qiraah mutawatir sehingga tabu untuk dikritik. Abū Ḥayyān berpihak kepada mazhab nahwu Kufah yang menilai apa pun yang berasal dari ungkapan orang Arab—tak terkecuali qirā’āt sab‘ah—diterima sebagai sumber bahasa, meskipun pada mulanya berbeda dengan kaidah umum","PeriodicalId":32680,"journal":{"name":"Suhuf","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Suhuf","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22548/shf.v14i1.581","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi, jaringan sosial budaya, ideologi, dan kepentingan membentuk cara pandang terhadap pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang qirā’āt sab‘ah. Az-Zamakhsyarī (w. 538 H/ 1143) kritis terhadap qirā’āt sab‘ah karena ia berlatar belakang muktazilah yang menilai bahwa sebagianragam bacaan qirā’āt sab‘ah merupakan produk ijtihad ulama. Muktazilah juga beranggapan bahwa tidak semua qiraah merupakan bagian dari Al-Qur’an. AzZamakhsyarī juga berpihak kepada mazhab nahwu Basrah yang memposisikan kaidah bahasa sebagai “hakim” yang menentukan. Jika ada qiraah yang tidak sesuai kaidah, qiraah tersebut dihukumi sebagai qiraah syāż. Di pihak lain, Abū Ḥayyān (w. 745 H/ 1344) membela qirā’āt sab‘ah karena Abū Ḥayyān berlatar belakang Asy‘ariyyah. Aliran teologi ini menilai qirā’āt sab‘ah sebagai qiraah mutawatir sehingga tabu untuk dikritik. Abū Ḥayyān berpihak kepada mazhab nahwu Kufah yang menilai apa pun yang berasal dari ungkapan orang Arab—tak terkecuali qirā’āt sab‘ah—diterima sebagai sumber bahasa, meskipun pada mulanya berbeda dengan kaidah umum
这篇文章表明,社交网络的传统文化、意识形态和对知识的利益形成观点,包括知识qirāāt sab 'ah”。Az-Zamakhsyarī(538 w。H / 1143)批评qirāāt sab 'ah因为他认为的muktazilah背景阅读sebagianragam qirāāt sab 'ah是ijtihad学者的产品。muktazlah还认为,并不是所有的qiraah都是古兰经的一部分。AzZamakhsyarī也归顺学派nahwu巴士拉的定位决定的语言作为“法官”准则。如果没有按照这些准则,qiraah禁足的qiraah作为qiraah shāż。另一方面,AbūḤayyān (w . H - 1344 745)捍卫qirāāt sab 'ah因为AbūḤayyān Asy背景'ariyyah。这些神学溪流评判qirāāt sab 'ah”作为qiraah mutawatir所以禁忌来批评。AbūḤayyān归顺学派nahwu Kufah来自阿拉伯人表达的任何判断——没有例外qirāāt sab 'ah”——被公认为不同语言,虽然起初来源和一般准则