{"title":"STUDI KASUS: PSIKOTERAPI KOGNITIF SOSIAL PADA ANAK DENGAN TRAUMA SEKSUAL","authors":"M. Maulana","doi":"10.32534/JJB.V8I2.1718","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Subjek dalam laporan kasus ini adalah anak laki-laki berusia 6 tahun. Merupakan siswa di sebuah taman kanak-kanak kelompok B. Ia memiliki pengalaman traumatis yakni pernah menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh pamannya. Subjek berinisial FH telah mengalami kekerasan seksual sejak berusia 4 tahun. Dalam melakukan kajian mengenai subjek, peneleti menggunakan desain penelitian studi kasus. Berdasarkan hasil tes psikologis (Observasi, Wawancara, SSCT, Grafis, Warteg, IST) diketahui bahwa setelah mengalami kekerasan seksual ia memiliki komptensi sosial yang buruk, bersikap seklusif, kerap bertingkah aneh, mengeksklusifkan diri. Selain itu, subjek tidak memiliki teman akrab seusianya. Hal tersebut dikareanakan ia memiliki pikiran negatif mengenai lingkungan sosial, ia kerap merasa tidak nyaman jika berada di tempat yang ramai. Dampak perilaku lain yang muncul, ia menjadi anak yang membenci dirinya sendiri serta memiliki tingkat harga diri yang rendah. Artinya, evaluasinya mengenai dirinya sangat rendah sehingga beberapa perilaku yang nampak bermasalah ia lakukan seperti menyakiti dirinya dengan membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi yang positif antara kemampuan sosial dengan harga diri. Berdasarkan latar belakang permasalahan subjek diketahui bahwa subjek memiliki setidaknya tiga distorsi kognitif. Sehingga untuk menyelesaikan permasalahan subjek, terapis menggunakan terapi restrukturisasi kognitif serta Social Skill Training (SST) dalam meningkatkan harga diri subjek. Hasilnya, subjek memiliki perubahan skor harga diri yang diuji menggunakan skala Rosenberg self esteem Scale for Children (RSESC) dari sebelmu intervensi skor subjek bernilai 10, setelah intervensi bernilai 45.","PeriodicalId":34470,"journal":{"name":"Jurnal PGPAUD Trunojoyo","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-02-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal PGPAUD Trunojoyo","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32534/JJB.V8I2.1718","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Subjek dalam laporan kasus ini adalah anak laki-laki berusia 6 tahun. Merupakan siswa di sebuah taman kanak-kanak kelompok B. Ia memiliki pengalaman traumatis yakni pernah menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh pamannya. Subjek berinisial FH telah mengalami kekerasan seksual sejak berusia 4 tahun. Dalam melakukan kajian mengenai subjek, peneleti menggunakan desain penelitian studi kasus. Berdasarkan hasil tes psikologis (Observasi, Wawancara, SSCT, Grafis, Warteg, IST) diketahui bahwa setelah mengalami kekerasan seksual ia memiliki komptensi sosial yang buruk, bersikap seklusif, kerap bertingkah aneh, mengeksklusifkan diri. Selain itu, subjek tidak memiliki teman akrab seusianya. Hal tersebut dikareanakan ia memiliki pikiran negatif mengenai lingkungan sosial, ia kerap merasa tidak nyaman jika berada di tempat yang ramai. Dampak perilaku lain yang muncul, ia menjadi anak yang membenci dirinya sendiri serta memiliki tingkat harga diri yang rendah. Artinya, evaluasinya mengenai dirinya sangat rendah sehingga beberapa perilaku yang nampak bermasalah ia lakukan seperti menyakiti dirinya dengan membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi yang positif antara kemampuan sosial dengan harga diri. Berdasarkan latar belakang permasalahan subjek diketahui bahwa subjek memiliki setidaknya tiga distorsi kognitif. Sehingga untuk menyelesaikan permasalahan subjek, terapis menggunakan terapi restrukturisasi kognitif serta Social Skill Training (SST) dalam meningkatkan harga diri subjek. Hasilnya, subjek memiliki perubahan skor harga diri yang diuji menggunakan skala Rosenberg self esteem Scale for Children (RSESC) dari sebelmu intervensi skor subjek bernilai 10, setelah intervensi bernilai 45.