{"title":"RIWAYAT INDUSTRI KERIS DI SUMENEP, MADURA","authors":"Unggul Sudrajat","doi":"10.24832/JK.V12I2.245","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstrakKeris merupakan kekayaan budaya yang pada permulaannya diindikasikan sebagai senjata khas suku Melayu dan menyebar ke seluruh Nusantara. Sebagai sebuah senjata, keris mempunyai keistimewaan tersendiri dikarenakan terdapatnya pamor di tubuh keris. Keunikan dan kerumitan pembuatan keris seiring dengan berkembangnya mitos kepercayaan terhadap keris tentang kekuatan adikodrati yang bisa membantu manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan pun klaim kekuasaan. Pada akhirnya keris berkembang tidak hanya sebagai benda mistik, namun juga bernilai ekonomi. Maka, industri keris mulai mendapatkan angin segar khususnya di Sumenep setelah permintaan pasar mulai meningkat. Penelitian ini bermaksud menelaah perkembangan industri keris di Sumenep sebagai sentra terbesar pembuatan keris di Nusantara. Metode yang digunakan adalah kulitatif deskriptif dengan tiga tahapan yang meliputi studi pustaka (desk research), pengumpulan data dan focus group discussion (FGD). Dari hasil studi yang dilakukan, diketahui bahwa perkembangan industri keris di Sumenep sudah ada sejak masa Ju’ Pande, pertengahan abad ke-19. Hanya saja industri keris sempat terhenti setelah mengalami represi dari Pemerintah Belanda dan Jepang di paruh pertama abad ke-20. Setelah kemerdekaan, industri keris kembali berkembang dengan berpusat di tiga Kecamatan yaitu Bluto, Saronggi, dan Lenteng. Dalam perkembangannya, industri keris di Sumenep mengalami pasang surut karena faktor represi dari penguasa kolonial Belanda dan Jepang.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24832/JK.V12I2.245","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
AbstrakKeris merupakan kekayaan budaya yang pada permulaannya diindikasikan sebagai senjata khas suku Melayu dan menyebar ke seluruh Nusantara. Sebagai sebuah senjata, keris mempunyai keistimewaan tersendiri dikarenakan terdapatnya pamor di tubuh keris. Keunikan dan kerumitan pembuatan keris seiring dengan berkembangnya mitos kepercayaan terhadap keris tentang kekuatan adikodrati yang bisa membantu manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan pun klaim kekuasaan. Pada akhirnya keris berkembang tidak hanya sebagai benda mistik, namun juga bernilai ekonomi. Maka, industri keris mulai mendapatkan angin segar khususnya di Sumenep setelah permintaan pasar mulai meningkat. Penelitian ini bermaksud menelaah perkembangan industri keris di Sumenep sebagai sentra terbesar pembuatan keris di Nusantara. Metode yang digunakan adalah kulitatif deskriptif dengan tiga tahapan yang meliputi studi pustaka (desk research), pengumpulan data dan focus group discussion (FGD). Dari hasil studi yang dilakukan, diketahui bahwa perkembangan industri keris di Sumenep sudah ada sejak masa Ju’ Pande, pertengahan abad ke-19. Hanya saja industri keris sempat terhenti setelah mengalami represi dari Pemerintah Belanda dan Jepang di paruh pertama abad ke-20. Setelah kemerdekaan, industri keris kembali berkembang dengan berpusat di tiga Kecamatan yaitu Bluto, Saronggi, dan Lenteng. Dalam perkembangannya, industri keris di Sumenep mengalami pasang surut karena faktor represi dari penguasa kolonial Belanda dan Jepang.