{"title":"Al-Qur’an dan Pembahasalokalan di Indonesia","authors":"J. A. Rohmana","doi":"10.22548/shf.v14i1.636","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan penggunaan istilah aing (aku) bagi Tuhan dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Sunda. Objek kajian ini adalah penggunaan kata aing tersebut dalam tafsir Qur’anul Adhimi karangan Haji Hasan Mustapa (1852-1930) dan beberapa tafsir Al-Qur’an karya K.H. Ahmad Sanusi (1888-1950). Keduanya menggunakan istilah aing bagi Allah sebagai kata ganti orang pertama tunggal. Melalui metode riset kepustakaan dan pendekatan sosiolinguistik, kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan istilah aing tersebut tidak hanya terkait dengan keyakinan teologis akan superioritas Allah dibanding makhluk, tetapi juga mencerminkan pengaruh stratifikasi sosial di masyarakat yang menempatkan aing pada tingkatan tertinggi. Meski sekarang penggunaan istilah aing dianggap kurang sopan, tetapi penggunaannya pada awal abad ke-20 dapat diterima karena dianggap paling bisa mewadahi superioritas Allah itu dibanding kata sejenis yang menunjukkan strata sosial rendah. Sebuah kesadaran diglosia bahasa dalam tafsir kitab suci sebagai cermin perlakuan orang Sunda terhadap Allah ke dalam situasi bahasa tertinggi yang berbeda dengan situasi lainnya.","PeriodicalId":32680,"journal":{"name":"Suhuf","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Suhuf","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22548/shf.v14i1.636","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan penggunaan istilah aing (aku) bagi Tuhan dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Sunda. Objek kajian ini adalah penggunaan kata aing tersebut dalam tafsir Qur’anul Adhimi karangan Haji Hasan Mustapa (1852-1930) dan beberapa tafsir Al-Qur’an karya K.H. Ahmad Sanusi (1888-1950). Keduanya menggunakan istilah aing bagi Allah sebagai kata ganti orang pertama tunggal. Melalui metode riset kepustakaan dan pendekatan sosiolinguistik, kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan istilah aing tersebut tidak hanya terkait dengan keyakinan teologis akan superioritas Allah dibanding makhluk, tetapi juga mencerminkan pengaruh stratifikasi sosial di masyarakat yang menempatkan aing pada tingkatan tertinggi. Meski sekarang penggunaan istilah aing dianggap kurang sopan, tetapi penggunaannya pada awal abad ke-20 dapat diterima karena dianggap paling bisa mewadahi superioritas Allah itu dibanding kata sejenis yang menunjukkan strata sosial rendah. Sebuah kesadaran diglosia bahasa dalam tafsir kitab suci sebagai cermin perlakuan orang Sunda terhadap Allah ke dalam situasi bahasa tertinggi yang berbeda dengan situasi lainnya.