Pergeseran Wacana Penafsiran Hubungan Antara Muslim dengan Ahli Kitab di Indonesia: Perbandingan Penafsiran Hamka dan Nadirsyah Hosen terhadap Surah Al-Baqarah/2:120
{"title":"Pergeseran Wacana Penafsiran Hubungan Antara Muslim dengan Ahli Kitab di Indonesia: Perbandingan Penafsiran Hamka dan Nadirsyah Hosen terhadap Surah Al-Baqarah/2:120","authors":"A. Muin, Riksan Riksan, Umar Zakka","doi":"10.22548/shf.v15i2.758","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan memotret pergeseran penafsiran mufasir Indonesia terhadap al-Baqarah/2: 120 antara Hamka yang hidup pada masa transisi kemerdekaan dan Nadirsyah Hosen yang hidup di era keterbukaan dan dinamis. Melalui metode penelitian kualitatif berjenis kepustakaaan dan pendekatan critical discourse analysis penulis menemukan: pertama, penafsiran Hamka berisi sentimen terhadap non-Muslim berupa kristenisasi dan penyebaran pengaruh Yahudi terhadap muslim. Penafsiran tersebut dipengaruhi kontak Hamka dengan non-Muslim pada masa perang kemerdekaan dan Tafsir al-Azhar ditulis pada masa kuatnya nasionalisme yang memberikan pengaruh dari wacana publik dominan. Kedua, penafsiran Hamka mengalami pergeseran akibat perbedaan situasi dan kondisi pada masa Indonesia sekarang. Berbeda dengan Nadirsyah Hosen, ia menafsirkan kata millah sebagai kiblat serta identitas diri dan hanya tertuju pada Nabi Muhammad beserta Ahli Kitab sekitar Madinah sebagai pengingat, bukan upaya kristenisasi dan penguasaan Yahudi terhadap muslim. Penafsiran tersebut dipengaruhi oleh pengalaman hidup Nadirsyah Hosen saat belajar dan berkarir di luar negeri serta pengaruh pemikiran Gus Dur.","PeriodicalId":32680,"journal":{"name":"Suhuf","volume":"30 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-02-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Suhuf","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22548/shf.v15i2.758","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Artikel ini bertujuan memotret pergeseran penafsiran mufasir Indonesia terhadap al-Baqarah/2: 120 antara Hamka yang hidup pada masa transisi kemerdekaan dan Nadirsyah Hosen yang hidup di era keterbukaan dan dinamis. Melalui metode penelitian kualitatif berjenis kepustakaaan dan pendekatan critical discourse analysis penulis menemukan: pertama, penafsiran Hamka berisi sentimen terhadap non-Muslim berupa kristenisasi dan penyebaran pengaruh Yahudi terhadap muslim. Penafsiran tersebut dipengaruhi kontak Hamka dengan non-Muslim pada masa perang kemerdekaan dan Tafsir al-Azhar ditulis pada masa kuatnya nasionalisme yang memberikan pengaruh dari wacana publik dominan. Kedua, penafsiran Hamka mengalami pergeseran akibat perbedaan situasi dan kondisi pada masa Indonesia sekarang. Berbeda dengan Nadirsyah Hosen, ia menafsirkan kata millah sebagai kiblat serta identitas diri dan hanya tertuju pada Nabi Muhammad beserta Ahli Kitab sekitar Madinah sebagai pengingat, bukan upaya kristenisasi dan penguasaan Yahudi terhadap muslim. Penafsiran tersebut dipengaruhi oleh pengalaman hidup Nadirsyah Hosen saat belajar dan berkarir di luar negeri serta pengaruh pemikiran Gus Dur.