{"title":"AKULTURASI BUDAYA DALAM PERNIKAHAN MASYARAKAT MELAYU PULAU TERONG KOTA BATAM","authors":"Afrinel Okwita, Sri Wahyuni Adiningtiyas","doi":"10.33373/j-his.v3i2.1685","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk-bentuk akulturasi budaya dalam pernikahan masyarakat melayu Pulau terong serta mendeskripsikan faktor dan proses akulturasi budaya pernikahan yang dilaksanakan masyarakat melayu Pulau Terong Kota Batam. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam (indepth interview). Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, analisis etnografi dari Clifford Geertz mulai dari hermeneutik data, menginterpretasikan data dan interpretatif data. Adapun bentuk dari akulturasi budaya pernikahan masyarakat melayu Pulau Teong terlihat dari beberapa kegiatan merisik, tunangan yang sudah menggunakan syair dan pantun, sistem undangan yang menggunakan kartu undangan, pelaminan, pakaian dan tata rias yang sudah modren yang ditentukan sendiri oleh pengantin bukan mak adam atau orang tua, namun mereka tetap mempertahankan apa yang menjadi kebudayaan asli mereka seperti menggunakan pakaian adat dan acara mencuci periuk setelah resepsi pernikahan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akulturasibudaya pernikahan ini diantaranya masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi, munculnya kaum terpelajar, letak geografi, dan masyarakat yang terbuka akan budaya luar dan menerima perubahan. Proses percampuran budaya ini seiring dengan pengaruh globalisasi dan modernisasi di seluruh dunia, maka setiap kebudayaan tentu ada yang mengalami pencampuran dengan kebudayaan lainnya. Untuk itu sudah jarang daerah yang memiliki kebudayaan yang masih murni atau asli. begitu juga dengan kebudayaan pernikahan masyarakat Pulau Terong ","PeriodicalId":142793,"journal":{"name":"HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33373/j-his.v3i2.1685","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
AKULTURASI BUDAYA DALAM PERNIKAHAN MASYARAKAT MELAYU PULAU TERONG KOTA BATAM
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk-bentuk akulturasi budaya dalam pernikahan masyarakat melayu Pulau terong serta mendeskripsikan faktor dan proses akulturasi budaya pernikahan yang dilaksanakan masyarakat melayu Pulau Terong Kota Batam. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam (indepth interview). Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, analisis etnografi dari Clifford Geertz mulai dari hermeneutik data, menginterpretasikan data dan interpretatif data. Adapun bentuk dari akulturasi budaya pernikahan masyarakat melayu Pulau Teong terlihat dari beberapa kegiatan merisik, tunangan yang sudah menggunakan syair dan pantun, sistem undangan yang menggunakan kartu undangan, pelaminan, pakaian dan tata rias yang sudah modren yang ditentukan sendiri oleh pengantin bukan mak adam atau orang tua, namun mereka tetap mempertahankan apa yang menjadi kebudayaan asli mereka seperti menggunakan pakaian adat dan acara mencuci periuk setelah resepsi pernikahan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akulturasibudaya pernikahan ini diantaranya masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi, munculnya kaum terpelajar, letak geografi, dan masyarakat yang terbuka akan budaya luar dan menerima perubahan. Proses percampuran budaya ini seiring dengan pengaruh globalisasi dan modernisasi di seluruh dunia, maka setiap kebudayaan tentu ada yang mengalami pencampuran dengan kebudayaan lainnya. Untuk itu sudah jarang daerah yang memiliki kebudayaan yang masih murni atau asli. begitu juga dengan kebudayaan pernikahan masyarakat Pulau Terong