{"title":"PERAN LOCAL LEADER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN JATINANGOR","authors":"A. Ramadhan, Muhamad Fedryansyah, Lenny Meilany","doi":"10.24198/FOCUS.V2I1.23114","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Jatinangor merupakan salah satu kawasan yang rawan terjadinya bencana banjir . Wilayah ini merupakan kawasan pendidikan dan permukiman padat yang kini berkembang pesat, beda seperti dulu Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang sepi penduduk dan masih banyak pesawahan yang terbentang luas. Ada lima desa di Jatinangor yang menjadi langganan terjadinya banjir setiap tahunnya. Banjir yang menerjang lima desa di wilayahnya tersebut memiliki ketinggian 40 s.d. 200 centimeter, dan pada akhir tahun 2017 telah mengakibatkan sebanyak 1.346 rumah terendam air, dengan rincian Desa Hegarmanah dengan jumlah rumah terdampak sebanyak 14 rumah, Desa Cikeruh 221 rumah, Desa Sayang 731 rumah, Desa Mekargalih 317 rumah dan Desa Cipacing sebanyak 63 rumah. Upaya penanggulangan bencana selama ini telah dilakukan, baik oleh pemerintah daerah maupun dari masyarakat Jatinangor itu sendiri terutama pemimpin lokal yang disebut sebagai agen perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran pemimpin lokal dalam penanggulangan bencana banjir di Jatinangor. Adapun, metode penelitian yang digunakan adalah kualitif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Informan dari penelitian ini adalah pemimpin lokal yang aktif dan mengetahui penanggulangan bencana yang dilakukan dalam menghadapi banjir. Hasil dari penelitian menggambarkan bahwa peran yang dilakukan pemimpin local dalam penanggulangan bencana yang pertama adalah pengambilan keputusan yang menghasilkan pembentukan JERCY ( Jatinangor Emergency Response Community ), pelatihan dan pengerukan sungai Cikeruh. Kedua, menghubungkan kepada pemerintah maupun non pemerintah terkait bantuan bencana banjir. Ketiga, mengumpulkan sumbangan dana serta membiayai untuk penanggulangan bencana banjir . Keempat, mengevaluasi dan memantau proyek yang terkait dalam penanggulangan bencana. Temuan dilapangan menunjukan peran tersebut berkaitan satu sama lain, dan peran yang paling sering dilakukan adalah menghubungkan dengan Pemerintah maupun non pemerintah. Jatinangor is one of the areas prone to floods. This area is a densely populated education and settlement area that is now growing rapidly, unlike Jatinangor being one of the most populated areas and there are still many stretches of land. There are five villages in Jatinangor that are subscribed to floods every year. The floods that hit five villages in the region had a height of 40 dd. 200 centimeters, and at the end of 2017 has resulted in 1,346 houses submerged in water, with details of Hegarmanah Village with 14 houses affected, 221 houses of Cikeruh Village, 731 Villages of Sayang Village, 317 Villages of Mekargalih Village and 63 houses of Cipacing Village. Disaster management efforts have been carried out so far, both by the local government and the Jatinangor community itself, especially local leaders who are referred to as agents of change. This study aims to describe the role of local leaders in flood management in Jatinangor. Meanwhile, the research method used is qualitative with data collection techniques through interviews, observation and documentation studies. The informants from this study were local leaders who were active and were aware of disaster management in the face of flooding. The results of the study illustrate that the role of local leaders in disaster management is the first is decision making that results in the formation of JERCY ( Jatinangor Emergency Response Community ), training and the dredging of the Cikeruh river. Second, connecting to the government and non-government related to flood disaster assistance. Third, collecting funds and funding for flood management. Fourth, evaluate and monitor projects related to disaster management. The findings in the field show that the role is related to each other, and the most frequently performed role is to connect with the Government and non-government.","PeriodicalId":103742,"journal":{"name":"Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial","volume":"109 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24198/FOCUS.V2I1.23114","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
日本是一个容易发生水灾的地区。该地区是一个教育和人口稠密的居民区,不同于以往日本的不同地区,是一个人满为患、前途未卜的地区。Jatinangor有五个村庄每年都订阅洪水。洪水袭击了这个地区的五个村庄有高度的40 s . d . 200厘米,2017年底已导致多达1.346家里被水淹没,与村庄Hegarmanah细节影响多达14家,数量Cikeruh 221家,亲爱的731的村庄,村庄317 Mekargalih村庄和村庄Cipacing多达63家。多年来,当地政府和Jatinangor社区本身都在作出救灾努力,特别是被称为变革推动者的地方领导人。本研究旨在说明地方领导人在Jatinangor的洪水救灾中所起的作用。此外,所使用的研究方法是通过采访、观察和文献研究的数据收集技术的不定式。本研究的线人是当地的积极领导人,他们对洪水造成的灾难性后果了如指掌。研究结果表明,地方领导人在第一场灾难中所起的作用是做出导致JERCY(应急反应社区)、培训和疏浚ci浑浑的河流的决策。第二,与政府和非政府有关的水灾援助有关。第三,为水灾救灾筹集资金和资金。第四,评估和监控与救灾相关的项目。现场发现它们相互关联,最常见的角色是与政府和非政府联系。日本人是一个会飞的地区。这一地区被忽视的教育和解决这一地区正在迅速发展,不像日本是最受欢迎的地区之一,土地上仍然有很多街道。Jatinangor里有五个恶棍,他们每年都要把他们踩在地板上。境floods那打五villages 40 dd。200厘米的地区有一个高地,2017年有resulted in and at The end of 1,346 Hegarmanah村的房子submerged在水里,用细节和14 221 Cikeruh村的房子房子受到影响,731 villages of Mekargalih村的村,317 villages and 63 Cipacing村的房子。当地政府和当地黑帮社区都为自己担心,特别是当地的领导人,他们被认为是变革的代理人。这项研究可以描述洪水管理中当地领导人的角色。然而,研究使用的方法是通过面试、观察和文档研究获得数据收集技术的资格。这项研究的信息是当地的领导人,他们活跃起来,面临洪水的灾难管理。研究结果的再现,当地灾害管理领导的角色是首先决定在杰西形成和训练中复苏的决定。第二,与政府和与洪水援助有关的非政府联系。第三,收集资金,为洪水管理提供资金。第四,evaluate和显示器项目相关的灾难管理。最终的结果是角色与彼此相关,最常见的角色是与政府和非政府有联系。
PERAN LOCAL LEADER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN JATINANGOR
Jatinangor merupakan salah satu kawasan yang rawan terjadinya bencana banjir . Wilayah ini merupakan kawasan pendidikan dan permukiman padat yang kini berkembang pesat, beda seperti dulu Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang sepi penduduk dan masih banyak pesawahan yang terbentang luas. Ada lima desa di Jatinangor yang menjadi langganan terjadinya banjir setiap tahunnya. Banjir yang menerjang lima desa di wilayahnya tersebut memiliki ketinggian 40 s.d. 200 centimeter, dan pada akhir tahun 2017 telah mengakibatkan sebanyak 1.346 rumah terendam air, dengan rincian Desa Hegarmanah dengan jumlah rumah terdampak sebanyak 14 rumah, Desa Cikeruh 221 rumah, Desa Sayang 731 rumah, Desa Mekargalih 317 rumah dan Desa Cipacing sebanyak 63 rumah. Upaya penanggulangan bencana selama ini telah dilakukan, baik oleh pemerintah daerah maupun dari masyarakat Jatinangor itu sendiri terutama pemimpin lokal yang disebut sebagai agen perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran pemimpin lokal dalam penanggulangan bencana banjir di Jatinangor. Adapun, metode penelitian yang digunakan adalah kualitif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Informan dari penelitian ini adalah pemimpin lokal yang aktif dan mengetahui penanggulangan bencana yang dilakukan dalam menghadapi banjir. Hasil dari penelitian menggambarkan bahwa peran yang dilakukan pemimpin local dalam penanggulangan bencana yang pertama adalah pengambilan keputusan yang menghasilkan pembentukan JERCY ( Jatinangor Emergency Response Community ), pelatihan dan pengerukan sungai Cikeruh. Kedua, menghubungkan kepada pemerintah maupun non pemerintah terkait bantuan bencana banjir. Ketiga, mengumpulkan sumbangan dana serta membiayai untuk penanggulangan bencana banjir . Keempat, mengevaluasi dan memantau proyek yang terkait dalam penanggulangan bencana. Temuan dilapangan menunjukan peran tersebut berkaitan satu sama lain, dan peran yang paling sering dilakukan adalah menghubungkan dengan Pemerintah maupun non pemerintah. Jatinangor is one of the areas prone to floods. This area is a densely populated education and settlement area that is now growing rapidly, unlike Jatinangor being one of the most populated areas and there are still many stretches of land. There are five villages in Jatinangor that are subscribed to floods every year. The floods that hit five villages in the region had a height of 40 dd. 200 centimeters, and at the end of 2017 has resulted in 1,346 houses submerged in water, with details of Hegarmanah Village with 14 houses affected, 221 houses of Cikeruh Village, 731 Villages of Sayang Village, 317 Villages of Mekargalih Village and 63 houses of Cipacing Village. Disaster management efforts have been carried out so far, both by the local government and the Jatinangor community itself, especially local leaders who are referred to as agents of change. This study aims to describe the role of local leaders in flood management in Jatinangor. Meanwhile, the research method used is qualitative with data collection techniques through interviews, observation and documentation studies. The informants from this study were local leaders who were active and were aware of disaster management in the face of flooding. The results of the study illustrate that the role of local leaders in disaster management is the first is decision making that results in the formation of JERCY ( Jatinangor Emergency Response Community ), training and the dredging of the Cikeruh river. Second, connecting to the government and non-government related to flood disaster assistance. Third, collecting funds and funding for flood management. Fourth, evaluate and monitor projects related to disaster management. The findings in the field show that the role is related to each other, and the most frequently performed role is to connect with the Government and non-government.