{"title":"Perbandingan Metode Grey-Markov (1,1), Grey (1,1), dan Double Moving Average Untuk Peramalan Jumlah Balita Stunting di Jawa Barat","authors":"Silvi Oktaviani Saridewi, Suwanda","doi":"10.29313/bcss.v3i2.9154","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract. Forecasting is a process to calculate future estimates based on current values and past values. Many forecasting methods are based on time series data, including the Double Moving Average (DMA) method, which is a part of classical time series methods. However, classical time series methods require certain assumptions to be met, and a significant amount of available data is needed to achieve good accuracy. The Grey model is a forecasting method suitable for limited and fluctuating data. It is then combined with Markov Chains to predict future states based on transition probabilities over several steps. The Grey-Markov (1,1) model is a combination of the Markov Chain with the Grey (1,1) model, which involves a first-order differential and a single variable. This study aims to forecast the number of toddlers with stunting in West Java. Stunting is a growth disorder in children characterized by shorter height for their age. Three forecasting methods are used for the number of toddlers with stunting in West Java: Grey-Markov (1,1), Grey (1,1), and Double Moving Average, to determine the best forecasting model. Based on the calculation results of the three models, it is concluded that the Grey-Markov (1,1) model provides highly accurate results compared to the other two models. The estimated result for the year 2022 is 189,473 cases with model accuracy using MAPE, MAE, and posterior error ratio C are 3.29%, 9415.135, and 0.1829, respectively. The MAPE and posterior error ratio (C) values fall into the category of highly accurate, and the MAE value is smaller compared to the MAE of the Grey (1,1) model and the Double Moving Average model. \nAbstrak. Peramalan adalah proses untuk menghitung perkiraan masa yang akan datang berdasarkan nilai saat ini dan nilai masa lalu. Banyak metode peramalan didasarkan pada data deret waktu, diantaranya yaitu Double Moving Average (DMA) yang termasuk dalam metode deret waktu klasik. Namun, untuk menggunakan metode deret waktu klasik harus memenuhi asumsi dan data yang tersedia harus banyak untuk menghasilkan akurasi yang baik. Model Grey merupakan metode peramalan untuk data yang terbatas dan berfluktuasi, kemudian model Grey dikombinasikan dengan Rantai Markov untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang berdasarkan probabilitas transisi dalam beberapa langkah. Model Grey-Markov (1,1) adalah kombinasi Rantai Markov dengan model Grey (1,1) yang merupakan model dengan diferensial orde satu serta satu variabel yang digunakan. Pada penelitian ini akan dilakukan peramalan untuk jumlah balita stunting di Jawa Barat. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih pendek dari usianya. Digunakan tiga metode untuk peramalan jumlah balita stunting di Jawa Barat yaitu Grey-Markov (1,1), Grey (1,1), dan double moving average sebagai perbandingan untuk menentukan model peramalan terbaik. Berdasarkan hasil perhitungan ketiga model, diperoleh kesimpulan bahwa model Grey-Markov (1,1) merupakan model yang memberikan hasil yang sangat akurat dibandingkan dua model lainnya. Hasil estimasi untuk tahun 2022 yaitu 189.473 kasus dengan tingkat akurasi model menggunakan MAPE, MAE, dan posterior error ratio C secara berturut-turut yaitu 3,29%, 9415,135, dan 0,1829. Nilai MAPE dan posterior error ratio (C) tersebut termasuk dalam kategori sangat akurat dan nilai MAE yang terkecil dibandingkan nilai MAE model Grey (1,1) dan model double moving average.","PeriodicalId":337947,"journal":{"name":"Bandung Conference Series: Statistics","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-08-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Bandung Conference Series: Statistics","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.29313/bcss.v3i2.9154","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要。预测是一个基于当前值和过去值计算未来估计的过程。许多预测方法都是基于时间序列数据,包括双移动平均线(DMA)方法,它是经典时间序列方法的一部分。然而,经典的时间序列方法需要满足一定的假设,并且需要大量的可用数据才能达到良好的精度。灰色模型是一种适用于有限和波动数据的预测方法。然后将其与马尔可夫链结合起来,根据几个步骤的转移概率来预测未来的状态。灰色-马尔可夫(1,1)模型是马尔可夫链和灰色(1,1)模型的结合,它涉及一个一阶微分和一个单变量。本研究旨在预测西爪哇省发育迟缓幼儿的数量。发育迟缓是儿童的一种生长障碍,其特点是身高低于同龄儿童。采用灰色马尔可夫(1,1)、灰色(1,1)和双移动平均法对西爪哇地区发育迟缓幼儿数量进行预测,确定最佳预测模型。根据三种模型的计算结果,可以得出结论,与其他两种模型相比,Grey-Markov(1,1)模型的结果精度较高。2022年的估计结果为189,473例,使用MAPE、MAE和后验误差率C的模型精度分别为3.29%、9415.135和0.1829。MAPE和后验误差率(C)值属于高度准确的范畴,MAE值比灰色(1,1)模型和双移动平均模型的MAE要小。Abstrak。Peramalan adalah的翻译是:“我的梦,我的梦,我的梦,我的梦,我的梦,我的梦。”Banyak mede peramalan didasarkan数据deret waktu, diantaranya yitu双移动平均线(DMA) yang termasuk dalam mede deret waktu klasik。Namun, untuk menggunakan方法derderet waktu klasik harus memenuhi asumsi数据yang tersedia harus banyak untuk menghasilkan akurasi yang baik。灰色模型merupakan meamalan untuk data yang terbatas dan berfluktui,灰色模型Markov untuk meramalkan dengan Rantai Markov untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang berdasarkan probabilitas transisi dalam beberapa langkah。模型Grey-Markov (1,1) adalah kombinasi Rantai Markov登干模型Grey (1,1) yang merupakan登干模型微分阶satu serta satu变量yang digunakan。在爪哇的巴拉特,帕达·佩尼利特是一名发育迟缓的儿童。发育迟缓的merupakan gangguan pertumbuhan padanak yang ditandan dengan tinggi badan anak lebih pendek dari usianya。Digunakan tiga mede untuk peramalan jumlah balita stunting di java Barat yitu gray - markov (1,1), Grey(1,1),双移动平均sebagai perbandingan和untuk menentukan模型peramalan terbaik。gray - markov (1,1) merupakan模型yang memberikan hasil yang sangat akurat dibandingkan dua模型lainnya。Hasil estimasi untuk tahun 2022 yitu 189.473 kasus dengan tingkat akurasi模型menggunakan MAPE, MAE, dan后验误差率C secara berturut-turut yitu 3,29%, 9415,135, dan 0,1829。Nilai MAPE dan后验误差比(C) termasuk dalam kategori sangat akurat dan Nilai MAE yang terkecil dibandingkan Nilai MAE模型灰色(1,1)dan模型双移动平均。
Perbandingan Metode Grey-Markov (1,1), Grey (1,1), dan Double Moving Average Untuk Peramalan Jumlah Balita Stunting di Jawa Barat
Abstract. Forecasting is a process to calculate future estimates based on current values and past values. Many forecasting methods are based on time series data, including the Double Moving Average (DMA) method, which is a part of classical time series methods. However, classical time series methods require certain assumptions to be met, and a significant amount of available data is needed to achieve good accuracy. The Grey model is a forecasting method suitable for limited and fluctuating data. It is then combined with Markov Chains to predict future states based on transition probabilities over several steps. The Grey-Markov (1,1) model is a combination of the Markov Chain with the Grey (1,1) model, which involves a first-order differential and a single variable. This study aims to forecast the number of toddlers with stunting in West Java. Stunting is a growth disorder in children characterized by shorter height for their age. Three forecasting methods are used for the number of toddlers with stunting in West Java: Grey-Markov (1,1), Grey (1,1), and Double Moving Average, to determine the best forecasting model. Based on the calculation results of the three models, it is concluded that the Grey-Markov (1,1) model provides highly accurate results compared to the other two models. The estimated result for the year 2022 is 189,473 cases with model accuracy using MAPE, MAE, and posterior error ratio C are 3.29%, 9415.135, and 0.1829, respectively. The MAPE and posterior error ratio (C) values fall into the category of highly accurate, and the MAE value is smaller compared to the MAE of the Grey (1,1) model and the Double Moving Average model.
Abstrak. Peramalan adalah proses untuk menghitung perkiraan masa yang akan datang berdasarkan nilai saat ini dan nilai masa lalu. Banyak metode peramalan didasarkan pada data deret waktu, diantaranya yaitu Double Moving Average (DMA) yang termasuk dalam metode deret waktu klasik. Namun, untuk menggunakan metode deret waktu klasik harus memenuhi asumsi dan data yang tersedia harus banyak untuk menghasilkan akurasi yang baik. Model Grey merupakan metode peramalan untuk data yang terbatas dan berfluktuasi, kemudian model Grey dikombinasikan dengan Rantai Markov untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang berdasarkan probabilitas transisi dalam beberapa langkah. Model Grey-Markov (1,1) adalah kombinasi Rantai Markov dengan model Grey (1,1) yang merupakan model dengan diferensial orde satu serta satu variabel yang digunakan. Pada penelitian ini akan dilakukan peramalan untuk jumlah balita stunting di Jawa Barat. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih pendek dari usianya. Digunakan tiga metode untuk peramalan jumlah balita stunting di Jawa Barat yaitu Grey-Markov (1,1), Grey (1,1), dan double moving average sebagai perbandingan untuk menentukan model peramalan terbaik. Berdasarkan hasil perhitungan ketiga model, diperoleh kesimpulan bahwa model Grey-Markov (1,1) merupakan model yang memberikan hasil yang sangat akurat dibandingkan dua model lainnya. Hasil estimasi untuk tahun 2022 yaitu 189.473 kasus dengan tingkat akurasi model menggunakan MAPE, MAE, dan posterior error ratio C secara berturut-turut yaitu 3,29%, 9415,135, dan 0,1829. Nilai MAPE dan posterior error ratio (C) tersebut termasuk dalam kategori sangat akurat dan nilai MAE yang terkecil dibandingkan nilai MAE model Grey (1,1) dan model double moving average.