{"title":"揭示奖学金获得者的会计实践:伊斯兰民族方法学研究","authors":"M. Thalib","doi":"10.28918/jaais.v4i1.6202","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRACT \nThis study aims to reveal how students receive the Smart Indonesia Card (KIP) scholarship practice accounting based on the value of local wisdom. This study uses an Islamic paradigm with an Islamic ethnomethodology approach. There are five data analysis stages: charity (amal), knowledge (ilmu), faith (iman), information revelation (informasi wahyu), and good deeds (ihsan). The results of the study indicate that the amount of fees provided by the government is insufficient to cover all students' educational needs for one semester. Therefore, parents and families of students regularly send pocket money and foodstuff to cover the shortfall in costs. The practice of accounting in the form of financing needs and covering the lack of funds cannot be separated from students' gratitude. Financial assistance has dramatically eased the burden on parents and their families. In the culture of the Gorontalo people, being grateful for favors is one of the pieces of advice that the elders often convey through the expression (lumadu) \"diila o'onto, bo wolu-woluwo\" which means it is invisible but exists. The meaning is that this expression teaches that in life, do not only pursue the visible but also look for something that is not visible but exists. \n \nKeywords: local culture, smart Indonesia card, students, Gorontalo \n \nABSTRAK \nPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap cara mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) mempraktikkan akuntansi berbasis pada nilai kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan paradigma Islam dengan pendekatan etnometodologi Islam. Terdapat lima tahapan analisis data yaitu amal, ilmu, iman, informasi wahyu, dan ihsan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biaya yang diberikan oleh pemerintah belum cukup untuk menutupi seluruh kebutuhan pendidikan mahasiswa selama satu semester. Oleh sebab itu, orang tua dan keluarga dari mahasiswa rutin mengirimkan uang jajan dan bahan pokok untuk menutupi kekurangan biaya tersebut. Praktik akuntansi berupa membiayai kebutuhan dan menutupi kekurangan dana tidak terlepas dari rasa syukur dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bantuan dana tersebut dirasa sangat meringankan beban orang tua dan keluarga mereka. Dalam kebudayaan masyarakat Gorontalo, mensyukuri nikmat merupakan salah satu nasihat yang sering disampaikan oleh para tua-tua melalui ungkapan (lumadu) “diila o’onto, bo wolu-woluwo” artinya tidak kelihatan tetapi ada. Maknanya adalah ungkapan ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan, jangan hanya mengejar yang kelihatan, tetapi juga mencari sesuatu yang tidak kelihatan tetapi sebenarnya ada.” \n \nKata kunci: budaya lokal, kartu Indonesia pintar, mahasiswa, Gorontalo","PeriodicalId":281894,"journal":{"name":"Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS)","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Revealing Accounting Practices of Scholarship Recipient Students: A Study of Islamic Ethnomethodology\",\"authors\":\"M. Thalib\",\"doi\":\"10.28918/jaais.v4i1.6202\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"ABSTRACT \\nThis study aims to reveal how students receive the Smart Indonesia Card (KIP) scholarship practice accounting based on the value of local wisdom. This study uses an Islamic paradigm with an Islamic ethnomethodology approach. There are five data analysis stages: charity (amal), knowledge (ilmu), faith (iman), information revelation (informasi wahyu), and good deeds (ihsan). The results of the study indicate that the amount of fees provided by the government is insufficient to cover all students' educational needs for one semester. Therefore, parents and families of students regularly send pocket money and foodstuff to cover the shortfall in costs. The practice of accounting in the form of financing needs and covering the lack of funds cannot be separated from students' gratitude. Financial assistance has dramatically eased the burden on parents and their families. In the culture of the Gorontalo people, being grateful for favors is one of the pieces of advice that the elders often convey through the expression (lumadu) \\\"diila o'onto, bo wolu-woluwo\\\" which means it is invisible but exists. The meaning is that this expression teaches that in life, do not only pursue the visible but also look for something that is not visible but exists. \\n \\nKeywords: local culture, smart Indonesia card, students, Gorontalo \\n \\nABSTRAK \\nPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap cara mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) mempraktikkan akuntansi berbasis pada nilai kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan paradigma Islam dengan pendekatan etnometodologi Islam. Terdapat lima tahapan analisis data yaitu amal, ilmu, iman, informasi wahyu, dan ihsan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biaya yang diberikan oleh pemerintah belum cukup untuk menutupi seluruh kebutuhan pendidikan mahasiswa selama satu semester. Oleh sebab itu, orang tua dan keluarga dari mahasiswa rutin mengirimkan uang jajan dan bahan pokok untuk menutupi kekurangan biaya tersebut. Praktik akuntansi berupa membiayai kebutuhan dan menutupi kekurangan dana tidak terlepas dari rasa syukur dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bantuan dana tersebut dirasa sangat meringankan beban orang tua dan keluarga mereka. Dalam kebudayaan masyarakat Gorontalo, mensyukuri nikmat merupakan salah satu nasihat yang sering disampaikan oleh para tua-tua melalui ungkapan (lumadu) “diila o’onto, bo wolu-woluwo” artinya tidak kelihatan tetapi ada. Maknanya adalah ungkapan ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan, jangan hanya mengejar yang kelihatan, tetapi juga mencari sesuatu yang tidak kelihatan tetapi sebenarnya ada.” \\n \\nKata kunci: budaya lokal, kartu Indonesia pintar, mahasiswa, Gorontalo\",\"PeriodicalId\":281894,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS)\",\"volume\":\"5 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-06-04\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS)\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.28918/jaais.v4i1.6202\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah (JAAiS)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.28918/jaais.v4i1.6202","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究旨在揭示学生如何获得智能印尼卡(KIP)奖学金实践会计基于当地智慧的价值。本研究采用伊斯兰民族方法论方法的伊斯兰范式。数据分析有五个阶段:慈善(amal)、知识(ilmu)、信仰(iman)、信息启示(informasi wahyu)和善行(ihsan)。研究结果表明,政府提供的费用不足以满足学生一学期的全部教育需求。因此,家长和学生的家人经常寄零花钱和食物来弥补费用的不足。以财务需求和弥补资金不足的形式进行会计核算的做法离不开学生们的感激之情。经济援助大大减轻了父母及其家庭的负担。在戈伦塔洛人的文化中,感激别人的帮助是长辈们经常通过表达(lumadu)来传达的建议之一。"diila o'onto, bo wolu-woluwo"意思是看不见但存在。这句话的意思是,在生活中,不要只追求看得见的东西,也要寻找那些看不见但却存在的东西。关键词:当地文化,智能印尼卡,学生,Gorontalo abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap cara mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) mempraktikkan akuntansi berbasis pada nilai kearifan local。Penelitian ini menggunakan范式伊斯兰教,denengan pendekatan etonomtodology伊斯兰教。数据分析:1 .数据分析:1 .数据分析:1 .数据分析:哈西尔penelitian menunjukkan bahwa jumlah biaya yang diberikan oleh peremintah beluup menutupi selutuhan pendidikan mahasiswa selama satu学期。这是我的梦想,我的梦想,我的梦想,我的梦想,我的梦想,我的梦想,我的梦想。akaktitik akuntansi berutuhan dan menutupi kekurangan dana tiaktitiak terlepas dari rasa syukur dari mahasiswa。哈尔尼·布巴坎·班图安·达纳·特雷卡,但迪拉萨·桑加特·莫宁·班图安·丹·克鲁瓦加·梅雷卡。【翻译】Dalam kebudayaan masyarakat Gorontalo, mensyukuri nikmat merupakan salah satu nasihat yang sering disamaikan oleh para tua-tua melalui unkapan (lumadu))“diila o 'onto, bo wolu-woluwo”artinya tidak kelihatan tetapi ada。Maknanya adalah ungkapan ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan, jangan hanya mengejar yang kelihatan, tetapi juga mengari sesuatu yang tidak kelihatan tetapi sebenarya ada。Kata kunci: budaya local, kartu Indonesia pintar, mahasiswa, Gorontalo
Revealing Accounting Practices of Scholarship Recipient Students: A Study of Islamic Ethnomethodology
ABSTRACT
This study aims to reveal how students receive the Smart Indonesia Card (KIP) scholarship practice accounting based on the value of local wisdom. This study uses an Islamic paradigm with an Islamic ethnomethodology approach. There are five data analysis stages: charity (amal), knowledge (ilmu), faith (iman), information revelation (informasi wahyu), and good deeds (ihsan). The results of the study indicate that the amount of fees provided by the government is insufficient to cover all students' educational needs for one semester. Therefore, parents and families of students regularly send pocket money and foodstuff to cover the shortfall in costs. The practice of accounting in the form of financing needs and covering the lack of funds cannot be separated from students' gratitude. Financial assistance has dramatically eased the burden on parents and their families. In the culture of the Gorontalo people, being grateful for favors is one of the pieces of advice that the elders often convey through the expression (lumadu) "diila o'onto, bo wolu-woluwo" which means it is invisible but exists. The meaning is that this expression teaches that in life, do not only pursue the visible but also look for something that is not visible but exists.
Keywords: local culture, smart Indonesia card, students, Gorontalo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap cara mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) mempraktikkan akuntansi berbasis pada nilai kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan paradigma Islam dengan pendekatan etnometodologi Islam. Terdapat lima tahapan analisis data yaitu amal, ilmu, iman, informasi wahyu, dan ihsan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biaya yang diberikan oleh pemerintah belum cukup untuk menutupi seluruh kebutuhan pendidikan mahasiswa selama satu semester. Oleh sebab itu, orang tua dan keluarga dari mahasiswa rutin mengirimkan uang jajan dan bahan pokok untuk menutupi kekurangan biaya tersebut. Praktik akuntansi berupa membiayai kebutuhan dan menutupi kekurangan dana tidak terlepas dari rasa syukur dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bantuan dana tersebut dirasa sangat meringankan beban orang tua dan keluarga mereka. Dalam kebudayaan masyarakat Gorontalo, mensyukuri nikmat merupakan salah satu nasihat yang sering disampaikan oleh para tua-tua melalui ungkapan (lumadu) “diila o’onto, bo wolu-woluwo” artinya tidak kelihatan tetapi ada. Maknanya adalah ungkapan ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan, jangan hanya mengejar yang kelihatan, tetapi juga mencari sesuatu yang tidak kelihatan tetapi sebenarnya ada.”
Kata kunci: budaya lokal, kartu Indonesia pintar, mahasiswa, Gorontalo