{"title":"最流畅作品的象征性暴力:对神性的宗教解构","authors":"Umilia Rokhani","doi":"10.24821/sense.v5i2.8272","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Produk karya sebagai produksi kultural yang membawa simbol-simbol sebagai bagian dari ekspresi pemikiran agen pemroduksi dapat mendekonstruksi kultur budaya masyarakatnya. Karya yang hadir tidak dari kekosongan budaya juga akan mengisi nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakatnya. Salah satu nilai yang dapat turut berkembang adalah nilai-nilai ketuhanan di tengah masyarakat religius. Hal ini dibidik oleh Hompimpa Sinema Nusantara dalam karyanya Yang Maha Luwes. Dengan mengkaji tema karya sebagai bagian dari produksi karya serta menafsirkan nilai-nilai yang dapat digali, nilai-nilai ketuhanan yang ada di tengah masyarakat Indonesia yang religius dapat terdekonstruksi. Oleh karena itu, digunakan pendekatan konstruktivisme sosial yang berkaitan dengan metode production activity yang direlasikan dengan metode hermenutika radikal untuk menafsirkan karya dengan pijakan dekonstruksi Derrida sehingga dapat digunakan untuk melihat nilai-nilai ketuhanan dan menghubungkannya dengan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Produksi komsit tersebut selain bertujuan untuk menunjukkan eksistensi berkarya, juga memberikan hiburan parodi sederhana kepada masyarakat. Tema terdekat yang diangkat adalah nilai-nilai ketuhanan dengan membentuk konsep parodi sederhana melalui penokohan tuhan dengan sifat-sifat manusia. Pemahaman konstruksi berpikir penikmat atas Tuhan menjadi kontras ketika diperankan dengan sifat-sifat dan kebiasaan manusia. Sekalipun masyarakat Indonesia dikatakan masyarakat religius dengan keberadaan enam agama dan berbagai aliran kepercayaan, tetapi pemahaman awam seolah menempatkan Tuhan berjarak dengan manusia sebagai hamba-Nya. Komsit ini mendekonstruksi pemahaman tersebut dengan menanggalkan dikotomi jauh – dekat, langit – bumi antara Tuhan dan manusia. Tuhan berada di mana pun hamba-Nya berada.","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Kekerasan Simbolik pada Produksi Komsit Yang Maha Luwes : Dekonstruksi Religiusitas Ketuhanan\",\"authors\":\"Umilia Rokhani\",\"doi\":\"10.24821/sense.v5i2.8272\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Produk karya sebagai produksi kultural yang membawa simbol-simbol sebagai bagian dari ekspresi pemikiran agen pemroduksi dapat mendekonstruksi kultur budaya masyarakatnya. Karya yang hadir tidak dari kekosongan budaya juga akan mengisi nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakatnya. Salah satu nilai yang dapat turut berkembang adalah nilai-nilai ketuhanan di tengah masyarakat religius. Hal ini dibidik oleh Hompimpa Sinema Nusantara dalam karyanya Yang Maha Luwes. Dengan mengkaji tema karya sebagai bagian dari produksi karya serta menafsirkan nilai-nilai yang dapat digali, nilai-nilai ketuhanan yang ada di tengah masyarakat Indonesia yang religius dapat terdekonstruksi. Oleh karena itu, digunakan pendekatan konstruktivisme sosial yang berkaitan dengan metode production activity yang direlasikan dengan metode hermenutika radikal untuk menafsirkan karya dengan pijakan dekonstruksi Derrida sehingga dapat digunakan untuk melihat nilai-nilai ketuhanan dan menghubungkannya dengan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Produksi komsit tersebut selain bertujuan untuk menunjukkan eksistensi berkarya, juga memberikan hiburan parodi sederhana kepada masyarakat. Tema terdekat yang diangkat adalah nilai-nilai ketuhanan dengan membentuk konsep parodi sederhana melalui penokohan tuhan dengan sifat-sifat manusia. Pemahaman konstruksi berpikir penikmat atas Tuhan menjadi kontras ketika diperankan dengan sifat-sifat dan kebiasaan manusia. Sekalipun masyarakat Indonesia dikatakan masyarakat religius dengan keberadaan enam agama dan berbagai aliran kepercayaan, tetapi pemahaman awam seolah menempatkan Tuhan berjarak dengan manusia sebagai hamba-Nya. Komsit ini mendekonstruksi pemahaman tersebut dengan menanggalkan dikotomi jauh – dekat, langit – bumi antara Tuhan dan manusia. Tuhan berada di mana pun hamba-Nya berada.\",\"PeriodicalId\":326029,\"journal\":{\"name\":\"Sense: Journal of Film and Television Studies\",\"volume\":\"11 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-11-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Sense: Journal of Film and Television Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24821/sense.v5i2.8272\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Sense: Journal of Film and Television Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24821/sense.v5i2.8272","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
作为一种文化生产,携带符号作为其思想表达的一部分,可以解构其文化文化。没有文化真空的作品也将填补生活在其社会中的价值观。其中一个显著的价值是宗教社会中神性的价值。它是由Hompimpa Sinema Nusantara在他卓越的作品中提出的。通过研究作品的主题,以及对可发掘的价值的解释,宗教印尼社会中神圣的价值可以被解构。因此,社会建构主义的一种与生产活动方法相关联的社会建构方法是通过激进的黑主义方法来解释一件作品,从而使它能够看到敬虔的价值,并将其与社会中发展的价值联系起来。它的目的不仅仅是展示工作的存在,它还为社会提供了一种精心设计的娱乐。最接近的主题是神的价值观,它通过塑造上帝的人性来塑造简单的嘲弄概念。对上帝鉴赏家思维的结构理解与人类的品质和习惯形成了鲜明的对比。尽管人们说印尼的宗教团体有六种宗教和各种各样的信仰,但对宗教的普遍理解,就好像上帝与人类是他的仆人。它通过去除上帝和人类之间的二分法来解构这种理解。无论仆人在哪里,耶和华都在。
Kekerasan Simbolik pada Produksi Komsit Yang Maha Luwes : Dekonstruksi Religiusitas Ketuhanan
Produk karya sebagai produksi kultural yang membawa simbol-simbol sebagai bagian dari ekspresi pemikiran agen pemroduksi dapat mendekonstruksi kultur budaya masyarakatnya. Karya yang hadir tidak dari kekosongan budaya juga akan mengisi nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakatnya. Salah satu nilai yang dapat turut berkembang adalah nilai-nilai ketuhanan di tengah masyarakat religius. Hal ini dibidik oleh Hompimpa Sinema Nusantara dalam karyanya Yang Maha Luwes. Dengan mengkaji tema karya sebagai bagian dari produksi karya serta menafsirkan nilai-nilai yang dapat digali, nilai-nilai ketuhanan yang ada di tengah masyarakat Indonesia yang religius dapat terdekonstruksi. Oleh karena itu, digunakan pendekatan konstruktivisme sosial yang berkaitan dengan metode production activity yang direlasikan dengan metode hermenutika radikal untuk menafsirkan karya dengan pijakan dekonstruksi Derrida sehingga dapat digunakan untuk melihat nilai-nilai ketuhanan dan menghubungkannya dengan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Produksi komsit tersebut selain bertujuan untuk menunjukkan eksistensi berkarya, juga memberikan hiburan parodi sederhana kepada masyarakat. Tema terdekat yang diangkat adalah nilai-nilai ketuhanan dengan membentuk konsep parodi sederhana melalui penokohan tuhan dengan sifat-sifat manusia. Pemahaman konstruksi berpikir penikmat atas Tuhan menjadi kontras ketika diperankan dengan sifat-sifat dan kebiasaan manusia. Sekalipun masyarakat Indonesia dikatakan masyarakat religius dengan keberadaan enam agama dan berbagai aliran kepercayaan, tetapi pemahaman awam seolah menempatkan Tuhan berjarak dengan manusia sebagai hamba-Nya. Komsit ini mendekonstruksi pemahaman tersebut dengan menanggalkan dikotomi jauh – dekat, langit – bumi antara Tuhan dan manusia. Tuhan berada di mana pun hamba-Nya berada.