Siska Hasibuan, R. Khair, Khairunnisa Almadany, Politeknik LP3I Medan
{"title":"Usaha Sopou Batik Sibolatangan di kabupaten simalungun untuk meningkatkan Pendapatan UMKM","authors":"Siska Hasibuan, R. Khair, Khairunnisa Almadany, Politeknik LP3I Medan","doi":"10.54209/jumas.v2i01.38","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Perkembangan UMKM pada masa kini sangat berdampak terhadap tumbuhnya pasar ekonomi produktif yang menjadi fokus pemerintah untuk berkomitmen dalam pengembangannya. Hal ini terjadi dikarenakan ekonomi produktif sangat membantu dalam pengembangan perekonomian negara. Akan tetapi banyak pelaku UMKM yang mengelola usahanya tidak memiliki pengetahuan dasar dalam pengelolaan manajemen usaha, manajemen keuangan yang baik hingga keterampilan yang memadai untuk memajukan usahanya. UMKM “Sopou Batik Sibolatangan” kabupaten simalungun provinsi Sumatera Utara adalah UMKM yang saat ini sudah memulai industri ekonomi kreatif dengan membuat kain batik menggunakan motif khas kabupaten simalungun yang sering disebut “pinar” atau ornamen suku simalungun. Persaingan industri kain batik saat ini masih didominasi oleh pasar batik dari Pulau Jawa yaitu batik pekalongan, jogja dan daerah jawa lainnya yang masih banyak lagi memiliki motif khas jawa. Akan tetapi, kain batik dengan motif khas simalungun masih belum memiliki persaingan yang signifikan di pulau sumatera khususnya Sumatera Utara. Terlebih saat ini Danau Toba menjadi salah satu destinasi pariwisata prioritas dari 5 (lima) daerah wisata yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Ibu Risnawati Damanik sebagai pemilik usaha “Sopou Batik Sibolatangan” ini, tercetuslah ide untuk membuat kain batik dengan motif / pinar khas kabupaten simalungun. Produk Sopou Batik ini sangat potensial untuk menjadi oleh oleh khas dari Simalungun. Berdasarkan hasil diskusi awal, ditemukan permasalahan mitra dalam melakukan pengembangan usaha antara lain tata kelola manajemen masih manual dan tradisional, terutama dalam bidang manajemen keuangan. Sopou Batik Sibolatangan belum mampu memisahkan antara uang untuk operasional rumah tangga dan usaha. Masalah lainnya adalah dari sisi kuantitas yaitu belum mampu dalam hal meningkatkan produksi secara cepat dan banyak karena keterbatasan peralatan produksi dan bahan baku. Sistem pemasaran yang dilakukan dengan cara mulut ke mulut (mouth to mouth marketing) tidak memberikan hasil yang optimal sehingga keuntungan yang didapatkan pun belum memenuhi harapan mitra. Mitra hanya melakukan penjualan terhadap orang sekitar rumah mitra yang dijadikan sebagai toko dan mengharapkan pembeli yang datang langsung karena memperoleh informasi dari orang yang pernah berkunjung ke toko mitra. Mitra UMKM “Sopou Batik Sibolatangan” belum menjadikan media sosial atau jaringan internet sebagai alat pemasaran. Masalah lainnya adalah tampilan kemasan (packaging) yang masih menggunakan plastik biasa sehingga tampilan produk menjadi kurang menarik. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka solusi yang ditawarkan pada program ini adalah pengembangan usaha kerajinan dengan meningkatkan produktivitas melalui penambahan alat cetak pinar/motif batik simalungun dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, tata kelola manajemen keuangan yang baik dan benar dengan membuatkan aplikasi manajemen keuangan yang memudahkan UMKM dalam mengelola keuangan. Adanya kegiatan pelatihan yang diberikan kepada mitra untuk peningkatan kemampuan mitra guna peningkatan jumlah produksi, adanya program digitalisasi dalam hal pemasaran melalui internet yaitu website dan media sosial, dan adanya kemasan yang baik dan menarik seperti logo dan label usaha, plastik kemasan (packaging) serta goodie bag yang identik dengan usaha UMKM “Sopou Batik Sibolatangan” Khas Simalungun.","PeriodicalId":126017,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Indonesia (Jumas)","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Masyarakat Indonesia (Jumas)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.54209/jumas.v2i01.38","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Usaha Sopou Batik Sibolatangan di kabupaten simalungun untuk meningkatkan Pendapatan UMKM
Perkembangan UMKM pada masa kini sangat berdampak terhadap tumbuhnya pasar ekonomi produktif yang menjadi fokus pemerintah untuk berkomitmen dalam pengembangannya. Hal ini terjadi dikarenakan ekonomi produktif sangat membantu dalam pengembangan perekonomian negara. Akan tetapi banyak pelaku UMKM yang mengelola usahanya tidak memiliki pengetahuan dasar dalam pengelolaan manajemen usaha, manajemen keuangan yang baik hingga keterampilan yang memadai untuk memajukan usahanya. UMKM “Sopou Batik Sibolatangan” kabupaten simalungun provinsi Sumatera Utara adalah UMKM yang saat ini sudah memulai industri ekonomi kreatif dengan membuat kain batik menggunakan motif khas kabupaten simalungun yang sering disebut “pinar” atau ornamen suku simalungun. Persaingan industri kain batik saat ini masih didominasi oleh pasar batik dari Pulau Jawa yaitu batik pekalongan, jogja dan daerah jawa lainnya yang masih banyak lagi memiliki motif khas jawa. Akan tetapi, kain batik dengan motif khas simalungun masih belum memiliki persaingan yang signifikan di pulau sumatera khususnya Sumatera Utara. Terlebih saat ini Danau Toba menjadi salah satu destinasi pariwisata prioritas dari 5 (lima) daerah wisata yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Ibu Risnawati Damanik sebagai pemilik usaha “Sopou Batik Sibolatangan” ini, tercetuslah ide untuk membuat kain batik dengan motif / pinar khas kabupaten simalungun. Produk Sopou Batik ini sangat potensial untuk menjadi oleh oleh khas dari Simalungun. Berdasarkan hasil diskusi awal, ditemukan permasalahan mitra dalam melakukan pengembangan usaha antara lain tata kelola manajemen masih manual dan tradisional, terutama dalam bidang manajemen keuangan. Sopou Batik Sibolatangan belum mampu memisahkan antara uang untuk operasional rumah tangga dan usaha. Masalah lainnya adalah dari sisi kuantitas yaitu belum mampu dalam hal meningkatkan produksi secara cepat dan banyak karena keterbatasan peralatan produksi dan bahan baku. Sistem pemasaran yang dilakukan dengan cara mulut ke mulut (mouth to mouth marketing) tidak memberikan hasil yang optimal sehingga keuntungan yang didapatkan pun belum memenuhi harapan mitra. Mitra hanya melakukan penjualan terhadap orang sekitar rumah mitra yang dijadikan sebagai toko dan mengharapkan pembeli yang datang langsung karena memperoleh informasi dari orang yang pernah berkunjung ke toko mitra. Mitra UMKM “Sopou Batik Sibolatangan” belum menjadikan media sosial atau jaringan internet sebagai alat pemasaran. Masalah lainnya adalah tampilan kemasan (packaging) yang masih menggunakan plastik biasa sehingga tampilan produk menjadi kurang menarik. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka solusi yang ditawarkan pada program ini adalah pengembangan usaha kerajinan dengan meningkatkan produktivitas melalui penambahan alat cetak pinar/motif batik simalungun dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, tata kelola manajemen keuangan yang baik dan benar dengan membuatkan aplikasi manajemen keuangan yang memudahkan UMKM dalam mengelola keuangan. Adanya kegiatan pelatihan yang diberikan kepada mitra untuk peningkatan kemampuan mitra guna peningkatan jumlah produksi, adanya program digitalisasi dalam hal pemasaran melalui internet yaitu website dan media sosial, dan adanya kemasan yang baik dan menarik seperti logo dan label usaha, plastik kemasan (packaging) serta goodie bag yang identik dengan usaha UMKM “Sopou Batik Sibolatangan” Khas Simalungun.