{"title":"Pengenalan Sistem Bank Sampah untuk Mengatasi Sampah Anorganik di Kelurahan Kebun Keling","authors":"E. Anggraini, B. Hermanto","doi":"10.37010/kangmas.v2i3.469","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pemahaman masyarakat di Kelurahan Kebun Keling tentang pentingnya pengelolaan sampah masih perlu ditingkatkan. Apalagi sebagai salah satu lokasi destinasi wisata, wilayah ini banyak dikunjungi masyarakat yang menikmati keindahan Pantai Tapak Paderi dan Benteng Marlborough. Ramainya wisatawan dan kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan mengakibatkan timbulnya tumpukan sampah tidak hanya di lokasi wisata, namun juga di lingkungan perumahan warga. Meskipun Perda Kota Bengkulu nomor 2 tahun 2011 telah mengatur tentang pengelolaan sampah di Kota Bengkulu, namun pengelolaan sampah masih belum mendapat penanganan yang serius. Karena itu dengan mengelola sampah secara ekonomis diharapkan persoalan sampah dapat diatasi sehingga lingkungan menjadi bersih. Salah satu metode yang dapat mengubah sampah menjadi uang adalah dengan menerapkan sistem bank sampah yang dikelola secara kolektif dan menyalurkannya ke tempat pengumpulan sampah akhir. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu program Pemerintah Daerah Kota Bengkulu dalam mengelola sampah agar tercipta lingkungan yang bersih dan sehat. Metode yang digunakan adalah sosialisasi kepada warga Kelurahan Kebun Keling dan memperagakan langkah-langkah yang dilakukan agar sampah dapat menjadi uang. Alat yang digunakan adalah timbangan, plastik/karung sampah, dan alat tulis, sedangkan bahannya adalah sampah anorganik yang berasal dari limbah rumah tangga dan lingkungan. Masyarakat antusias mengikuti kegiatan ini dan berkeinginan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Melalui kegiatan ini masyarakat mengakui adanya penambahan wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang dapat menambah pendapatan keluarga.","PeriodicalId":161810,"journal":{"name":"KANGMAS: Karya Ilmiah Pengabdian Masyarakat","volume":"139 S260","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"KANGMAS: Karya Ilmiah Pengabdian Masyarakat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37010/kangmas.v2i3.469","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Pengenalan Sistem Bank Sampah untuk Mengatasi Sampah Anorganik di Kelurahan Kebun Keling
Pemahaman masyarakat di Kelurahan Kebun Keling tentang pentingnya pengelolaan sampah masih perlu ditingkatkan. Apalagi sebagai salah satu lokasi destinasi wisata, wilayah ini banyak dikunjungi masyarakat yang menikmati keindahan Pantai Tapak Paderi dan Benteng Marlborough. Ramainya wisatawan dan kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan mengakibatkan timbulnya tumpukan sampah tidak hanya di lokasi wisata, namun juga di lingkungan perumahan warga. Meskipun Perda Kota Bengkulu nomor 2 tahun 2011 telah mengatur tentang pengelolaan sampah di Kota Bengkulu, namun pengelolaan sampah masih belum mendapat penanganan yang serius. Karena itu dengan mengelola sampah secara ekonomis diharapkan persoalan sampah dapat diatasi sehingga lingkungan menjadi bersih. Salah satu metode yang dapat mengubah sampah menjadi uang adalah dengan menerapkan sistem bank sampah yang dikelola secara kolektif dan menyalurkannya ke tempat pengumpulan sampah akhir. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu program Pemerintah Daerah Kota Bengkulu dalam mengelola sampah agar tercipta lingkungan yang bersih dan sehat. Metode yang digunakan adalah sosialisasi kepada warga Kelurahan Kebun Keling dan memperagakan langkah-langkah yang dilakukan agar sampah dapat menjadi uang. Alat yang digunakan adalah timbangan, plastik/karung sampah, dan alat tulis, sedangkan bahannya adalah sampah anorganik yang berasal dari limbah rumah tangga dan lingkungan. Masyarakat antusias mengikuti kegiatan ini dan berkeinginan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Melalui kegiatan ini masyarakat mengakui adanya penambahan wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang dapat menambah pendapatan keluarga.