{"title":"咽后血肿的诊断与保守治疗","authors":"Wahyu Tri Novriansyah, Novialdi Nukman","doi":"10.32637/orli.v52i2.431","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRACTBackground: Retropharyngeal hematoma is the accumulation of blood clots in the retropharyngeal space which can cause upper airway obstruction. Until now, controversy over surgical versus conservative therapy is still being debated. Purpose: Reporting one rare case of retropharyngeal hematoma. Case report: A 72-year-old man was brought to the emergency room with complaints of worsening dyspnea for 12 hours, after slipped and fell in the bathroom. Physical examination revealed purple discoloration on the posterior pharyngeal wall, CT scan showed inhomogeneous hyperdense masses, and coagulopathy. The patient underwent conservative therapy but finally died on the day-10 of treatment. Clinical question: How effective is the conservative therapy in retropharyngeal hematoma compared to surgical therapy? Review method: A literature search using keywords ”retropharyngeal hematoma” was conducted through Pubmed and Google Scholar. Result: Management of retropharyngeal hematoma is still controversial due to the lack of widely accepted guidelines. Conclusion: Conservative therapy in cases of retropharyngeal hematoma, should be administered aggressively, comprehensively, and with a strict protocol. ABSTRAKLatar belakang: Hematoma retrofaring adalah penumpukan bekuan darah di ruang retrofaring yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas bagian atas. Hingga saat ini, kontroversi mengenai terapi bedah versus konservatif masih menjadi perdebatan. Tujuan: Melaporkan satu kasus hematoma retrofaring yang jarang terjadi. Laporan kasus: Seorang pria berusia 72 tahun dibawa ke ruang gawat darurat dengan keluhan sesak nafas yang semakin memburuk sejak 12 jam setelah jatuh karena terpeleset di kamar mandi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan warna keunguan pada dinding posterior faring, CT scan terlihat massa hyperdense yang tidak homogen, serta koagulopati. Pasien menjalani terapi konservatif namun akhirnya meninggal pada hari ke-10 pengobatan. Pertanyaan klinis: Seberapa efektif terapi konservatif pada hematoma retrofaring dibandingkan dengan terapi bedah? Telaah literatur: Pencarian literatur menggunakan kata kunci ”retropharyngeal hematoma” dilakukan melalui Pubmed dan Google Scholar. Hasil: Penatalaksanaan hematoma retrofaring masih menjadi kontroversi karena belum adanya pedoman yang diterima secara luas. Kesimpulan: Terapi konservatif pada kasus hematoma retrofaring sebaiknya diberikan secara agresif, komprehensif, dan dengan protokol yang ketat.","PeriodicalId":52493,"journal":{"name":"Practica Otologica","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Diagnosis and conservative therapy of retropharyngeal hematoma\",\"authors\":\"Wahyu Tri Novriansyah, Novialdi Nukman\",\"doi\":\"10.32637/orli.v52i2.431\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"ABSTRACTBackground: Retropharyngeal hematoma is the accumulation of blood clots in the retropharyngeal space which can cause upper airway obstruction. Until now, controversy over surgical versus conservative therapy is still being debated. Purpose: Reporting one rare case of retropharyngeal hematoma. Case report: A 72-year-old man was brought to the emergency room with complaints of worsening dyspnea for 12 hours, after slipped and fell in the bathroom. Physical examination revealed purple discoloration on the posterior pharyngeal wall, CT scan showed inhomogeneous hyperdense masses, and coagulopathy. The patient underwent conservative therapy but finally died on the day-10 of treatment. Clinical question: How effective is the conservative therapy in retropharyngeal hematoma compared to surgical therapy? Review method: A literature search using keywords ”retropharyngeal hematoma” was conducted through Pubmed and Google Scholar. Result: Management of retropharyngeal hematoma is still controversial due to the lack of widely accepted guidelines. Conclusion: Conservative therapy in cases of retropharyngeal hematoma, should be administered aggressively, comprehensively, and with a strict protocol. ABSTRAKLatar belakang: Hematoma retrofaring adalah penumpukan bekuan darah di ruang retrofaring yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas bagian atas. Hingga saat ini, kontroversi mengenai terapi bedah versus konservatif masih menjadi perdebatan. Tujuan: Melaporkan satu kasus hematoma retrofaring yang jarang terjadi. Laporan kasus: Seorang pria berusia 72 tahun dibawa ke ruang gawat darurat dengan keluhan sesak nafas yang semakin memburuk sejak 12 jam setelah jatuh karena terpeleset di kamar mandi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan warna keunguan pada dinding posterior faring, CT scan terlihat massa hyperdense yang tidak homogen, serta koagulopati. Pasien menjalani terapi konservatif namun akhirnya meninggal pada hari ke-10 pengobatan. Pertanyaan klinis: Seberapa efektif terapi konservatif pada hematoma retrofaring dibandingkan dengan terapi bedah? Telaah literatur: Pencarian literatur menggunakan kata kunci ”retropharyngeal hematoma” dilakukan melalui Pubmed dan Google Scholar. Hasil: Penatalaksanaan hematoma retrofaring masih menjadi kontroversi karena belum adanya pedoman yang diterima secara luas. Kesimpulan: Terapi konservatif pada kasus hematoma retrofaring sebaiknya diberikan secara agresif, komprehensif, dan dengan protokol yang ketat.\",\"PeriodicalId\":52493,\"journal\":{\"name\":\"Practica Otologica\",\"volume\":\"20 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-01-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Practica Otologica\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.32637/orli.v52i2.431\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"Q4\",\"JCRName\":\"Medicine\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Practica Otologica","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32637/orli.v52i2.431","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q4","JCRName":"Medicine","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要背景:咽后血肿是指血块在咽后间隙的积聚,可引起上呼吸道阻塞。直到现在,关于手术还是保守治疗的争论仍在争论中。目的:报告一例罕见的咽后血肿。病例报告:一名72岁男子因在浴室滑倒后呼吸困难加重12小时而被送往急诊室。体格检查显示咽后壁紫色变,CT扫描显示不均匀高密度肿块及凝血功能障碍。患者接受了保守治疗,但最终在治疗第10天死亡。临床问题:与手术治疗相比,保守治疗咽后血肿的效果如何?综述方法:以“咽后血肿”为关键词,通过Pubmed和Google Scholar进行文献检索。结果:由于缺乏广泛接受的指导方针,咽后血肿的处理仍然存在争议。结论:咽后血肿的保守治疗应积极、全面、严格执行治疗方案。【摘要】血肿返流术:血肿返流术,血肿返流术,血肿返流术,血肿返流术,血肿返流术,血肿返流术,血肿返流术,血肿返流术。在这方面,有争议的人认为这是一种极端的行为,而保守的人认为这是一种极端的行为。图鹃:Melaporkan satu kasus血肿retrofary yang jarang terjadi。拉波兰kasus: Seorang pria berusia 72 tahun dibawa ke ang gawat darurat dengan keluhan seak nafas yang semakin memburuk sejak 12 jam setelah jatuh karena terpeleset di kamar mandi。颈椎病、脊椎病、脊椎病、脊椎病、脊椎病、脊椎病、脊椎病、脊椎病、脊椎病、脊椎病。Pasien menjalani terapi保守的namun akhirnya脑膜的padhake -10 pengobatan。peranyaan klinis:治疗保守性血肿的治疗效果:治疗性血肿是否有效?Telaah文学:Pencarian文学menggunakan kata kunci“咽后血肿”dilakukan melalui Pubmed dan Google Scholar。摘要:小儿血肿反行性治疗:小儿血肿反行性治疗:小儿血肿反行性治疗。结论:特拉普保守性鼻窦炎血肿逆行性鼻窦炎、鼻窦炎、鼻窦炎、鼻窦炎、鼻窦炎、鼻窦炎、鼻窦炎、鼻窦炎、鼻窦炎。
Diagnosis and conservative therapy of retropharyngeal hematoma
ABSTRACTBackground: Retropharyngeal hematoma is the accumulation of blood clots in the retropharyngeal space which can cause upper airway obstruction. Until now, controversy over surgical versus conservative therapy is still being debated. Purpose: Reporting one rare case of retropharyngeal hematoma. Case report: A 72-year-old man was brought to the emergency room with complaints of worsening dyspnea for 12 hours, after slipped and fell in the bathroom. Physical examination revealed purple discoloration on the posterior pharyngeal wall, CT scan showed inhomogeneous hyperdense masses, and coagulopathy. The patient underwent conservative therapy but finally died on the day-10 of treatment. Clinical question: How effective is the conservative therapy in retropharyngeal hematoma compared to surgical therapy? Review method: A literature search using keywords ”retropharyngeal hematoma” was conducted through Pubmed and Google Scholar. Result: Management of retropharyngeal hematoma is still controversial due to the lack of widely accepted guidelines. Conclusion: Conservative therapy in cases of retropharyngeal hematoma, should be administered aggressively, comprehensively, and with a strict protocol. ABSTRAKLatar belakang: Hematoma retrofaring adalah penumpukan bekuan darah di ruang retrofaring yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas bagian atas. Hingga saat ini, kontroversi mengenai terapi bedah versus konservatif masih menjadi perdebatan. Tujuan: Melaporkan satu kasus hematoma retrofaring yang jarang terjadi. Laporan kasus: Seorang pria berusia 72 tahun dibawa ke ruang gawat darurat dengan keluhan sesak nafas yang semakin memburuk sejak 12 jam setelah jatuh karena terpeleset di kamar mandi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan warna keunguan pada dinding posterior faring, CT scan terlihat massa hyperdense yang tidak homogen, serta koagulopati. Pasien menjalani terapi konservatif namun akhirnya meninggal pada hari ke-10 pengobatan. Pertanyaan klinis: Seberapa efektif terapi konservatif pada hematoma retrofaring dibandingkan dengan terapi bedah? Telaah literatur: Pencarian literatur menggunakan kata kunci ”retropharyngeal hematoma” dilakukan melalui Pubmed dan Google Scholar. Hasil: Penatalaksanaan hematoma retrofaring masih menjadi kontroversi karena belum adanya pedoman yang diterima secara luas. Kesimpulan: Terapi konservatif pada kasus hematoma retrofaring sebaiknya diberikan secara agresif, komprehensif, dan dengan protokol yang ketat.