{"title":"在剧作家的视角下,Twitter K-Popers内部的生命民族志研究","authors":"Imma Latifa, Sugeng Harianto","doi":"10.36080/comm.v14i1.2133","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Perbedaan idola, genre musik, hingga perbedaan sikap dan perilaku anggota grup terkadang membuat antarpenggemar bentrok di media sosial. Mereka saling beradu argumen, hingga melemparkan cacian dan makian ke penggemar lain yang dinilai tidak mempunyai kesamaan opini dengan mereka. Hal tersebut juga membuat penggemar K-Pop dianggap menakutkan oleh pengguna media sosial lainnya, karena tidak dapat menerima perbedaan opini. Namun di dunia nyata, pengguna media sosial cenderung berperilaku berbeda dengan ketika berada di dunia virtual atau media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sikap, perilaku, serta image yang dibentuk para penggemar K-Pop di akun media sosial twitter dan perbedaannya dengan di dunia nyata. Metode kualitatif serta pendekatan etnografi virtual digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi terhadap akun twitter kedua informan dan wawancara mendalam. Data kemudian akan dianalisis berdasarkan perspektif teori dramaturgi. Hasil penelitian menujukkan bahwa setiap orang selalu memiliki lebih dari satu sisi yang ingin dirinya perlihatkan. Namun, sebelum memperlihatkan sisi lainnya tersebut, ia akan mempertimbangkan terlebih dahulu apa saja yang perlu disiapkan untuk menunjukkan sisi lain dirinya. Kedua informan sama-sama menyiapkan pengetahuannya terkait dunia penggemar, grup idola, dan budaya fangirling agar bisa masuk dan menjadi bagian dari komunitas tersebut. Reaksi ekspresif terhadap idolanya dan penggunaan bahasa yang sepenuhnya berbeda dengan kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa kedua informan ingin memperlihatkan image layaknya K-Popers mayoritas di Indonesia. Kedua informan lebih memilih menggunakan bahasa gaul yang biasa digunakan anak muda di perkotaan daripada bahasa jawa selama melakukan fangirling. Namun, sikap dan perilaku tidak mengikuti war antarpenggemar maupun ikut serta meramaikan hashtag juga menunjukkan bahwa kedua informan tidak selalu ingin terlihat seperti mayoritas perilaku K-Popers lainnya.","PeriodicalId":53265,"journal":{"name":"Communication","volume":"167 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Studi Etnografi Virtual Kehidupan di Balik Akun Twitter K-Popers Dalam Perspektif Dramaturgi\",\"authors\":\"Imma Latifa, Sugeng Harianto\",\"doi\":\"10.36080/comm.v14i1.2133\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Perbedaan idola, genre musik, hingga perbedaan sikap dan perilaku anggota grup terkadang membuat antarpenggemar bentrok di media sosial. Mereka saling beradu argumen, hingga melemparkan cacian dan makian ke penggemar lain yang dinilai tidak mempunyai kesamaan opini dengan mereka. Hal tersebut juga membuat penggemar K-Pop dianggap menakutkan oleh pengguna media sosial lainnya, karena tidak dapat menerima perbedaan opini. Namun di dunia nyata, pengguna media sosial cenderung berperilaku berbeda dengan ketika berada di dunia virtual atau media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sikap, perilaku, serta image yang dibentuk para penggemar K-Pop di akun media sosial twitter dan perbedaannya dengan di dunia nyata. Metode kualitatif serta pendekatan etnografi virtual digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi terhadap akun twitter kedua informan dan wawancara mendalam. Data kemudian akan dianalisis berdasarkan perspektif teori dramaturgi. Hasil penelitian menujukkan bahwa setiap orang selalu memiliki lebih dari satu sisi yang ingin dirinya perlihatkan. Namun, sebelum memperlihatkan sisi lainnya tersebut, ia akan mempertimbangkan terlebih dahulu apa saja yang perlu disiapkan untuk menunjukkan sisi lain dirinya. Kedua informan sama-sama menyiapkan pengetahuannya terkait dunia penggemar, grup idola, dan budaya fangirling agar bisa masuk dan menjadi bagian dari komunitas tersebut. Reaksi ekspresif terhadap idolanya dan penggunaan bahasa yang sepenuhnya berbeda dengan kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa kedua informan ingin memperlihatkan image layaknya K-Popers mayoritas di Indonesia. Kedua informan lebih memilih menggunakan bahasa gaul yang biasa digunakan anak muda di perkotaan daripada bahasa jawa selama melakukan fangirling. Namun, sikap dan perilaku tidak mengikuti war antarpenggemar maupun ikut serta meramaikan hashtag juga menunjukkan bahwa kedua informan tidak selalu ingin terlihat seperti mayoritas perilaku K-Popers lainnya.\",\"PeriodicalId\":53265,\"journal\":{\"name\":\"Communication\",\"volume\":\"167 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-03-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Communication\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.36080/comm.v14i1.2133\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Communication","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36080/comm.v14i1.2133","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Studi Etnografi Virtual Kehidupan di Balik Akun Twitter K-Popers Dalam Perspektif Dramaturgi
Perbedaan idola, genre musik, hingga perbedaan sikap dan perilaku anggota grup terkadang membuat antarpenggemar bentrok di media sosial. Mereka saling beradu argumen, hingga melemparkan cacian dan makian ke penggemar lain yang dinilai tidak mempunyai kesamaan opini dengan mereka. Hal tersebut juga membuat penggemar K-Pop dianggap menakutkan oleh pengguna media sosial lainnya, karena tidak dapat menerima perbedaan opini. Namun di dunia nyata, pengguna media sosial cenderung berperilaku berbeda dengan ketika berada di dunia virtual atau media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sikap, perilaku, serta image yang dibentuk para penggemar K-Pop di akun media sosial twitter dan perbedaannya dengan di dunia nyata. Metode kualitatif serta pendekatan etnografi virtual digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi terhadap akun twitter kedua informan dan wawancara mendalam. Data kemudian akan dianalisis berdasarkan perspektif teori dramaturgi. Hasil penelitian menujukkan bahwa setiap orang selalu memiliki lebih dari satu sisi yang ingin dirinya perlihatkan. Namun, sebelum memperlihatkan sisi lainnya tersebut, ia akan mempertimbangkan terlebih dahulu apa saja yang perlu disiapkan untuk menunjukkan sisi lain dirinya. Kedua informan sama-sama menyiapkan pengetahuannya terkait dunia penggemar, grup idola, dan budaya fangirling agar bisa masuk dan menjadi bagian dari komunitas tersebut. Reaksi ekspresif terhadap idolanya dan penggunaan bahasa yang sepenuhnya berbeda dengan kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa kedua informan ingin memperlihatkan image layaknya K-Popers mayoritas di Indonesia. Kedua informan lebih memilih menggunakan bahasa gaul yang biasa digunakan anak muda di perkotaan daripada bahasa jawa selama melakukan fangirling. Namun, sikap dan perilaku tidak mengikuti war antarpenggemar maupun ikut serta meramaikan hashtag juga menunjukkan bahwa kedua informan tidak selalu ingin terlihat seperti mayoritas perilaku K-Popers lainnya.