{"title":"托拉雅的原始宗教“阿鲁克图多洛”的死亡仪式(索洛克的自然死亡仪式的研究)","authors":"Roni Ismail","doi":"10.14421/REJUSTA.2019.1501-06","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Aluk To Dolo merupakan agama asli Suku Toraja yang sejak tahun 1969 mendapatkan status sebagai cabang dari agama Hindu Dharma. Di antara praktik agama Aluk To Dolo yang masih bertahan sampai sekarang adalah upacara kematian “Rambu Solok” dan disebut-sebut sebagai ritual kematian termahal. Orang yang merayakan ritual ini rela menghabiskan ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Orang Toraja percaya bahwa ketika seorang mati dan belum diupacarakan Rambu Solok, ia sedang sakit dan diperlakukan layaknya orang hidup seperti disajikan makan dan minum, dan diajak bicara sewaktu-waktu. Orang mati ini baru dimakamkan di batu atau tebing setelah diupacarakan Rambu Solok dengan melakukan korban hewan kerbau dan babi sebanyak mungkin sehingga biayanya sangat mahal sekali. Hal itu berkaitan dengan konsep bekal di alam roh yang bernama “puya”. Semakin banyak “korban”, semakin banyak dan terjamin kehidupannya di “puya”. Puya dipercaya sama persis dengan dunia ini, hanya ia bersifat abadi atau kekal, karenanya diperlukan kebutuhan-kebutuhan hidup seperti di dunia ini. Semua bekal di “puya” ini ditentukan oleh sedikit banyak hewan yang dikorbankan dalam ritual kematian Rambu Solok. Oleh karena itu, masyarakat Toraja yang percaya filosofi Rambu Solok dalam agama Aluk To Dolo ini berusaha sebanyak mungkin mengorbankan hewan-hewan, agar sang jenazah cukup membawa bekal untuk hidup di alam baru “puya”.","PeriodicalId":52583,"journal":{"name":"Religi Jurnal Studi AgamaAgama","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"10","resultStr":"{\"title\":\"RITUAL KEMATIAN DALAM AGAMA ASLI TORAJA “ALUK TO DOLO” (STUDI ATAS UPACARA KEMATIAN RAMBU SOLOK)\",\"authors\":\"Roni Ismail\",\"doi\":\"10.14421/REJUSTA.2019.1501-06\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Aluk To Dolo merupakan agama asli Suku Toraja yang sejak tahun 1969 mendapatkan status sebagai cabang dari agama Hindu Dharma. Di antara praktik agama Aluk To Dolo yang masih bertahan sampai sekarang adalah upacara kematian “Rambu Solok” dan disebut-sebut sebagai ritual kematian termahal. Orang yang merayakan ritual ini rela menghabiskan ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Orang Toraja percaya bahwa ketika seorang mati dan belum diupacarakan Rambu Solok, ia sedang sakit dan diperlakukan layaknya orang hidup seperti disajikan makan dan minum, dan diajak bicara sewaktu-waktu. Orang mati ini baru dimakamkan di batu atau tebing setelah diupacarakan Rambu Solok dengan melakukan korban hewan kerbau dan babi sebanyak mungkin sehingga biayanya sangat mahal sekali. Hal itu berkaitan dengan konsep bekal di alam roh yang bernama “puya”. Semakin banyak “korban”, semakin banyak dan terjamin kehidupannya di “puya”. Puya dipercaya sama persis dengan dunia ini, hanya ia bersifat abadi atau kekal, karenanya diperlukan kebutuhan-kebutuhan hidup seperti di dunia ini. Semua bekal di “puya” ini ditentukan oleh sedikit banyak hewan yang dikorbankan dalam ritual kematian Rambu Solok. Oleh karena itu, masyarakat Toraja yang percaya filosofi Rambu Solok dalam agama Aluk To Dolo ini berusaha sebanyak mungkin mengorbankan hewan-hewan, agar sang jenazah cukup membawa bekal untuk hidup di alam baru “puya”.\",\"PeriodicalId\":52583,\"journal\":{\"name\":\"Religi Jurnal Studi AgamaAgama\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-04-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"10\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Religi Jurnal Studi AgamaAgama\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.14421/REJUSTA.2019.1501-06\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Religi Jurnal Studi AgamaAgama","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/REJUSTA.2019.1501-06","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
RITUAL KEMATIAN DALAM AGAMA ASLI TORAJA “ALUK TO DOLO” (STUDI ATAS UPACARA KEMATIAN RAMBU SOLOK)
Aluk To Dolo merupakan agama asli Suku Toraja yang sejak tahun 1969 mendapatkan status sebagai cabang dari agama Hindu Dharma. Di antara praktik agama Aluk To Dolo yang masih bertahan sampai sekarang adalah upacara kematian “Rambu Solok” dan disebut-sebut sebagai ritual kematian termahal. Orang yang merayakan ritual ini rela menghabiskan ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Orang Toraja percaya bahwa ketika seorang mati dan belum diupacarakan Rambu Solok, ia sedang sakit dan diperlakukan layaknya orang hidup seperti disajikan makan dan minum, dan diajak bicara sewaktu-waktu. Orang mati ini baru dimakamkan di batu atau tebing setelah diupacarakan Rambu Solok dengan melakukan korban hewan kerbau dan babi sebanyak mungkin sehingga biayanya sangat mahal sekali. Hal itu berkaitan dengan konsep bekal di alam roh yang bernama “puya”. Semakin banyak “korban”, semakin banyak dan terjamin kehidupannya di “puya”. Puya dipercaya sama persis dengan dunia ini, hanya ia bersifat abadi atau kekal, karenanya diperlukan kebutuhan-kebutuhan hidup seperti di dunia ini. Semua bekal di “puya” ini ditentukan oleh sedikit banyak hewan yang dikorbankan dalam ritual kematian Rambu Solok. Oleh karena itu, masyarakat Toraja yang percaya filosofi Rambu Solok dalam agama Aluk To Dolo ini berusaha sebanyak mungkin mengorbankan hewan-hewan, agar sang jenazah cukup membawa bekal untuk hidup di alam baru “puya”.