{"title":"阅读新的萨拉菲独奏现象","authors":"Abdul Jamil Wahab","doi":"10.47655/DIALOG.V42I2.335","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Salafi merupakan paham dan gerakan yang bersifat transnasional, yaitu terkoneksi dengan dinamika paham keagamaan di Timur Tengah. Melalui penelitian dengan pendekatan kualitatif, artikel ini mendeskripsikan eksistensi kelompok tiga jenis Salafi yang berkembang di Solo yaitu, pertama, Salafi Puritanis yaitu Ma’had Imam Bukhari. Kedua, Salafi Haraki yaitu Pesantren Al-Mukmin Ngeruki dan Ma’had ‘Isy Karima. Ketiga, Salafi Jihadis yaitu Jamaah Anshoru Tauhid (JAT) dan beberapa jaringan radikal di Solo. Dakwah eksklusif yang dikembangkan kelompok Salafi Puritanis, menimbulkan konflik horizontal karena meresahkan masyarakat. Sementara Salafi Haraki dan Jihadis yang mengusung gagasan pendirian negara Islam dan penerapat syariat Islam secara formal, menimbulkan konflik vertikal dengan penguasa. Kajian ini berhasil menemukan fenomena baru, bahwa dakwah Salafi Puritanis dapat terus berkembang di beberapa tempat, ini menunjukkan Salafi Puritanis dapat berkoeksistensi dengan paham keagamaan lainnya di masyarakat. Selain itu, Salafi Puritanis juga ternyata mulai membuka diri terhadap beberapa program pemerintah. Sedangkan Salafi Haraki dan Jihadis masih menunjukkan sikap penolakannya terhadap dasar negara dan konstitusi, sehingga terus berhadapan dengan penegak hukum atau pemerintah. Kelompok Salafi Haraki dan Jihadis belum mengalami perubahan orientasi, bahkan berhasil melakukan regenerasi, fakta ini sekaligus menunjukkan penanggulangan radikalisme yang selama ini dilakukan pemerintah kurang efektif.","PeriodicalId":42769,"journal":{"name":"Dialog-A Journal of Theology","volume":"150 1","pages":"225-240"},"PeriodicalIF":0.2000,"publicationDate":"2020-02-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"4","resultStr":"{\"title\":\"MEMBACA FENOMENA BARU GERAKAN SALAFI DI SOLO\",\"authors\":\"Abdul Jamil Wahab\",\"doi\":\"10.47655/DIALOG.V42I2.335\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Salafi merupakan paham dan gerakan yang bersifat transnasional, yaitu terkoneksi dengan dinamika paham keagamaan di Timur Tengah. Melalui penelitian dengan pendekatan kualitatif, artikel ini mendeskripsikan eksistensi kelompok tiga jenis Salafi yang berkembang di Solo yaitu, pertama, Salafi Puritanis yaitu Ma’had Imam Bukhari. Kedua, Salafi Haraki yaitu Pesantren Al-Mukmin Ngeruki dan Ma’had ‘Isy Karima. Ketiga, Salafi Jihadis yaitu Jamaah Anshoru Tauhid (JAT) dan beberapa jaringan radikal di Solo. Dakwah eksklusif yang dikembangkan kelompok Salafi Puritanis, menimbulkan konflik horizontal karena meresahkan masyarakat. Sementara Salafi Haraki dan Jihadis yang mengusung gagasan pendirian negara Islam dan penerapat syariat Islam secara formal, menimbulkan konflik vertikal dengan penguasa. Kajian ini berhasil menemukan fenomena baru, bahwa dakwah Salafi Puritanis dapat terus berkembang di beberapa tempat, ini menunjukkan Salafi Puritanis dapat berkoeksistensi dengan paham keagamaan lainnya di masyarakat. Selain itu, Salafi Puritanis juga ternyata mulai membuka diri terhadap beberapa program pemerintah. Sedangkan Salafi Haraki dan Jihadis masih menunjukkan sikap penolakannya terhadap dasar negara dan konstitusi, sehingga terus berhadapan dengan penegak hukum atau pemerintah. Kelompok Salafi Haraki dan Jihadis belum mengalami perubahan orientasi, bahkan berhasil melakukan regenerasi, fakta ini sekaligus menunjukkan penanggulangan radikalisme yang selama ini dilakukan pemerintah kurang efektif.\",\"PeriodicalId\":42769,\"journal\":{\"name\":\"Dialog-A Journal of Theology\",\"volume\":\"150 1\",\"pages\":\"225-240\"},\"PeriodicalIF\":0.2000,\"publicationDate\":\"2020-02-17\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"4\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Dialog-A Journal of Theology\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.47655/DIALOG.V42I2.335\",\"RegionNum\":4,\"RegionCategory\":\"哲学\",\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"0\",\"JCRName\":\"RELIGION\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Dialog-A Journal of Theology","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47655/DIALOG.V42I2.335","RegionNum":4,"RegionCategory":"哲学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"0","JCRName":"RELIGION","Score":null,"Total":0}
Salafi merupakan paham dan gerakan yang bersifat transnasional, yaitu terkoneksi dengan dinamika paham keagamaan di Timur Tengah. Melalui penelitian dengan pendekatan kualitatif, artikel ini mendeskripsikan eksistensi kelompok tiga jenis Salafi yang berkembang di Solo yaitu, pertama, Salafi Puritanis yaitu Ma’had Imam Bukhari. Kedua, Salafi Haraki yaitu Pesantren Al-Mukmin Ngeruki dan Ma’had ‘Isy Karima. Ketiga, Salafi Jihadis yaitu Jamaah Anshoru Tauhid (JAT) dan beberapa jaringan radikal di Solo. Dakwah eksklusif yang dikembangkan kelompok Salafi Puritanis, menimbulkan konflik horizontal karena meresahkan masyarakat. Sementara Salafi Haraki dan Jihadis yang mengusung gagasan pendirian negara Islam dan penerapat syariat Islam secara formal, menimbulkan konflik vertikal dengan penguasa. Kajian ini berhasil menemukan fenomena baru, bahwa dakwah Salafi Puritanis dapat terus berkembang di beberapa tempat, ini menunjukkan Salafi Puritanis dapat berkoeksistensi dengan paham keagamaan lainnya di masyarakat. Selain itu, Salafi Puritanis juga ternyata mulai membuka diri terhadap beberapa program pemerintah. Sedangkan Salafi Haraki dan Jihadis masih menunjukkan sikap penolakannya terhadap dasar negara dan konstitusi, sehingga terus berhadapan dengan penegak hukum atau pemerintah. Kelompok Salafi Haraki dan Jihadis belum mengalami perubahan orientasi, bahkan berhasil melakukan regenerasi, fakta ini sekaligus menunjukkan penanggulangan radikalisme yang selama ini dilakukan pemerintah kurang efektif.