D. S. Yudha, Rury Eprilurahman, Muhammad Khevin Fathah Alfarizi, Wintang Gagat Bangun Rahino, Nur Indah Candra Dewi, Rashif Naufal Andhika
{"title":"Monitoring Keanekaragaman dan Kemelimpahan Ular (Squamata: Serpentes) di Sungai Gadjah Wong, Daerah Istimewa Yogyakarta","authors":"D. S. Yudha, Rury Eprilurahman, Muhammad Khevin Fathah Alfarizi, Wintang Gagat Bangun Rahino, Nur Indah Candra Dewi, Rashif Naufal Andhika","doi":"10.24002/biota.v8i2.4541","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian mengenai keanekaragaman dan kemelimpahan ular di Sungai Gadjah Wong telah dilaksanakan pada tahun 2014, tetapi setelah lima tahun berlalu terjadi perubahan kondisi sungai yang dimungkinkan berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kemelimpahan ular. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan ular di Sungai Gadjah Wong pada tahun 2019, serta membandingkan dengan data penelitian tahun 2014. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey), river bank cruising dan transek di sepanjang tepi sungai. Pengambilan sampel dilakukan di tiga bagian lokasi, yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir, dengan setiap lokasi dibagi menjadi tiga titik sampling. Hasil yang diperoleh pada tahun 2019 ditemukan enam spesies ular yaitu Ahaetulla prasina, Ahaetulla sp., Xenocrhophis trianguligerus, Xenocrhophis melanzostus, Dendrelaphis pictus dari familia Colubridae, dan Homalopsis buccata dari familia Homalopsidae. Ahaetulla prasina merupakan spesies yang memiliki jumlah paling melimpah di Sungai Gadjah Wong tahun 2019. Keanekaragaman dan kemelimpahan ular pada bagian hulu dan hilir di Sungai Gadjah Wong tahun 2019 lebih rendah dari pada tahun 2014. Keanekaragaman dan kemelimpahan ular tahun 2019 pada bagian hilir memiliki nilai yang lebih tinggi hal ini disebabkan oleh penambangan pasir yang terdapat di bagian hilir pada tahun 2014 tidak ditemukan lagi di tahun 2019. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"886 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i2.4541","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Monitoring Keanekaragaman dan Kemelimpahan Ular (Squamata: Serpentes) di Sungai Gadjah Wong, Daerah Istimewa Yogyakarta
Penelitian mengenai keanekaragaman dan kemelimpahan ular di Sungai Gadjah Wong telah dilaksanakan pada tahun 2014, tetapi setelah lima tahun berlalu terjadi perubahan kondisi sungai yang dimungkinkan berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kemelimpahan ular. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan ular di Sungai Gadjah Wong pada tahun 2019, serta membandingkan dengan data penelitian tahun 2014. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey), river bank cruising dan transek di sepanjang tepi sungai. Pengambilan sampel dilakukan di tiga bagian lokasi, yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir, dengan setiap lokasi dibagi menjadi tiga titik sampling. Hasil yang diperoleh pada tahun 2019 ditemukan enam spesies ular yaitu Ahaetulla prasina, Ahaetulla sp., Xenocrhophis trianguligerus, Xenocrhophis melanzostus, Dendrelaphis pictus dari familia Colubridae, dan Homalopsis buccata dari familia Homalopsidae. Ahaetulla prasina merupakan spesies yang memiliki jumlah paling melimpah di Sungai Gadjah Wong tahun 2019. Keanekaragaman dan kemelimpahan ular pada bagian hulu dan hilir di Sungai Gadjah Wong tahun 2019 lebih rendah dari pada tahun 2014. Keanekaragaman dan kemelimpahan ular tahun 2019 pada bagian hilir memiliki nilai yang lebih tinggi hal ini disebabkan oleh penambangan pasir yang terdapat di bagian hilir pada tahun 2014 tidak ditemukan lagi di tahun 2019.