{"title":"日惹旅游村发展与LOCALISM方法","authors":"Eva Ayu Nadya, Erwin Djuni Winarto","doi":"10.33005/BORDER.V1I1.14","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kabupaten Sleman, memiliki potensi pariwisata cukup tinggi yang jika dioptimalkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Salah satu desa wisata yang memliki potensi tersebut berada di Ds. Sendangagung Dsn. Brajan, Kec. Minggir. Untuk menghasilkan pariwasata yang menarik bagi wisatawan diperlukan pengembangan fasilitas pariwisata yakni: 1) Penginapan yang sampai saat ini masih menggunakan rumah penduduk setempat; 2) Bamboo Class untuk mengakomodasi adanya paket wisata belajar kerajinan bambu; 3) Area pertunjukan sebagai tempat diadakannya pertunjukan seni tari dan gamelan; 4) Bamboo Art Gallery dan 5)Bamboo Shop sebagai wadah hasil kerajinan oleh pengerajin maupun pengunjung desa wisata. Lokasi site merupakan lahan kosong dengan luas kurang lebih 20.000m². Dari beberapa fakta , issue dan goal yang telah dianalisis muncul sebuah benang merah yang kemudian dijadikan tema perancangan yakni “When Nature Meet Art“ yang dapat diartikan “Ketika Alam bertemu dengan Seni”. Maksudnya adalah untuk mengekspresikan identitas keindahan alam Desa Wisata Bambu Brajan serta kerajinan kesenian bambu yang di produksinya. Adapun pendekatan rancanganya menggunakan Localism untuk mengejawantahkan bangunan terhadap lingkungan dalam ranah tradisi, budaya & sosial. Sehingga rancangan yang dihasilkan mampu mewujudkan suatua area wisata yang mampu mensinergikan antara bangunan dengan alam, budaya, dan kearifan lokal secara komprehensip.","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"35 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"PENGEMBANGAN DESA WISATA PENGERAJIN BAMBU YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN LOCALISM\",\"authors\":\"Eva Ayu Nadya, Erwin Djuni Winarto\",\"doi\":\"10.33005/BORDER.V1I1.14\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Kabupaten Sleman, memiliki potensi pariwisata cukup tinggi yang jika dioptimalkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Salah satu desa wisata yang memliki potensi tersebut berada di Ds. Sendangagung Dsn. Brajan, Kec. Minggir. Untuk menghasilkan pariwasata yang menarik bagi wisatawan diperlukan pengembangan fasilitas pariwisata yakni: 1) Penginapan yang sampai saat ini masih menggunakan rumah penduduk setempat; 2) Bamboo Class untuk mengakomodasi adanya paket wisata belajar kerajinan bambu; 3) Area pertunjukan sebagai tempat diadakannya pertunjukan seni tari dan gamelan; 4) Bamboo Art Gallery dan 5)Bamboo Shop sebagai wadah hasil kerajinan oleh pengerajin maupun pengunjung desa wisata. Lokasi site merupakan lahan kosong dengan luas kurang lebih 20.000m². Dari beberapa fakta , issue dan goal yang telah dianalisis muncul sebuah benang merah yang kemudian dijadikan tema perancangan yakni “When Nature Meet Art“ yang dapat diartikan “Ketika Alam bertemu dengan Seni”. Maksudnya adalah untuk mengekspresikan identitas keindahan alam Desa Wisata Bambu Brajan serta kerajinan kesenian bambu yang di produksinya. Adapun pendekatan rancanganya menggunakan Localism untuk mengejawantahkan bangunan terhadap lingkungan dalam ranah tradisi, budaya & sosial. Sehingga rancangan yang dihasilkan mampu mewujudkan suatua area wisata yang mampu mensinergikan antara bangunan dengan alam, budaya, dan kearifan lokal secara komprehensip.\",\"PeriodicalId\":90549,\"journal\":{\"name\":\"International journal of migration and border studies\",\"volume\":\"35 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"International journal of migration and border studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33005/BORDER.V1I1.14\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"International journal of migration and border studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33005/BORDER.V1I1.14","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
PENGEMBANGAN DESA WISATA PENGERAJIN BAMBU YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN LOCALISM
Kabupaten Sleman, memiliki potensi pariwisata cukup tinggi yang jika dioptimalkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Salah satu desa wisata yang memliki potensi tersebut berada di Ds. Sendangagung Dsn. Brajan, Kec. Minggir. Untuk menghasilkan pariwasata yang menarik bagi wisatawan diperlukan pengembangan fasilitas pariwisata yakni: 1) Penginapan yang sampai saat ini masih menggunakan rumah penduduk setempat; 2) Bamboo Class untuk mengakomodasi adanya paket wisata belajar kerajinan bambu; 3) Area pertunjukan sebagai tempat diadakannya pertunjukan seni tari dan gamelan; 4) Bamboo Art Gallery dan 5)Bamboo Shop sebagai wadah hasil kerajinan oleh pengerajin maupun pengunjung desa wisata. Lokasi site merupakan lahan kosong dengan luas kurang lebih 20.000m². Dari beberapa fakta , issue dan goal yang telah dianalisis muncul sebuah benang merah yang kemudian dijadikan tema perancangan yakni “When Nature Meet Art“ yang dapat diartikan “Ketika Alam bertemu dengan Seni”. Maksudnya adalah untuk mengekspresikan identitas keindahan alam Desa Wisata Bambu Brajan serta kerajinan kesenian bambu yang di produksinya. Adapun pendekatan rancanganya menggunakan Localism untuk mengejawantahkan bangunan terhadap lingkungan dalam ranah tradisi, budaya & sosial. Sehingga rancangan yang dihasilkan mampu mewujudkan suatua area wisata yang mampu mensinergikan antara bangunan dengan alam, budaya, dan kearifan lokal secara komprehensip.