{"title":"Penurunan Produk Cacat Dengan Metode Six Sigma Dan Continuous Improvement Di PT. Cakra Guna Cipta","authors":"Deni Kurniawan","doi":"10.36040/jtmi.v5i1.253","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"PT. Cakra Guna Cipta, Malang adalah perusahaan yang memproduksi rokok salah satunya rokok kretek (SKT). Banyaknya produk cacat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu, diperlukan suatu metode yang dapat menurunkan produk cacat rokok kretek yang nantinya dapat meningkatkan kualitas produksi sehingga perusahaan dapat memenangkan persaingan. Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma dan Continuous Improvement. Six Sigma dimulai dengan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Tahap Define menetapkan karakteristik kualitas (CTQ), Measure perhitungan (Analisis Diagram Control P-Chart, DPMO dan Sigma Level). Tahap Analyze menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat untuk mencari dan menentukan penyebab cacat rokok serta mencari solusi dari masalah tersebut. Tahap Improve menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan cacat dalam proses produksi. Tahap Control dilakukan uji coba dari rencana perbaikan yang telah ditetapkan. Selanjutnya digunakan metode Continuous improvement melalui tahapan PDCA (Plan, Do, Check, Action). Tahap Plan merencanakan perbaikan pada proses produksi rokok kretek. Tahap Do memberikan solusi perbaikan agar proses produksi dapat berjalan lebih lancar. Tahap Check melakukan pengecekan agar dapat mengetahui sejauhmana rencana yang telah dibuat dapat direalisasikan. Tahap Action merespon seluruh hasil perencanaan, pelaksanaan, dan pengecekan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya permasalahan yang sama. Berdasarkan perhitungan sebelum perbaikan diperoleh DPMO 9823,7 dan Sigma Level 3.84. Setelah dilakukan perbaikan diperoleh penurunan nilai DPMO menjadi 4403,2 dan Sigma Level sebesar 4.12 dan proporsi cacat tertinggi berkurang dari 4.19% menjadi 2%. Berdasarkan tahapan PDCA, peneliti menyarankan perusahaan memberikan operator alat bantu Scrapper untuk meratakan tembakau di atas kain Morisehingga diperoleh kepadatan rokok sesuai standar yang ditetapkan.","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-02-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"4","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i1.253","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
Abstract
PT. Cakra Guna Cipta, Malang adalah perusahaan yang memproduksi rokok salah satunya rokok kretek (SKT). Banyaknya produk cacat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu, diperlukan suatu metode yang dapat menurunkan produk cacat rokok kretek yang nantinya dapat meningkatkan kualitas produksi sehingga perusahaan dapat memenangkan persaingan. Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma dan Continuous Improvement. Six Sigma dimulai dengan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Tahap Define menetapkan karakteristik kualitas (CTQ), Measure perhitungan (Analisis Diagram Control P-Chart, DPMO dan Sigma Level). Tahap Analyze menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat untuk mencari dan menentukan penyebab cacat rokok serta mencari solusi dari masalah tersebut. Tahap Improve menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan cacat dalam proses produksi. Tahap Control dilakukan uji coba dari rencana perbaikan yang telah ditetapkan. Selanjutnya digunakan metode Continuous improvement melalui tahapan PDCA (Plan, Do, Check, Action). Tahap Plan merencanakan perbaikan pada proses produksi rokok kretek. Tahap Do memberikan solusi perbaikan agar proses produksi dapat berjalan lebih lancar. Tahap Check melakukan pengecekan agar dapat mengetahui sejauhmana rencana yang telah dibuat dapat direalisasikan. Tahap Action merespon seluruh hasil perencanaan, pelaksanaan, dan pengecekan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya permasalahan yang sama. Berdasarkan perhitungan sebelum perbaikan diperoleh DPMO 9823,7 dan Sigma Level 3.84. Setelah dilakukan perbaikan diperoleh penurunan nilai DPMO menjadi 4403,2 dan Sigma Level sebesar 4.12 dan proporsi cacat tertinggi berkurang dari 4.19% menjadi 2%. Berdasarkan tahapan PDCA, peneliti menyarankan perusahaan memberikan operator alat bantu Scrapper untuk meratakan tembakau di atas kain Morisehingga diperoleh kepadatan rokok sesuai standar yang ditetapkan.