Dwiyan Indra Prasetya, Fourry Handoko, Prima Vitasari
Ketatnya persaingan usaha di era globalisasi ini, mengharuskan pelaku usaha untuk terus memperbaiki kinerjanya, tidak hanya meningkat tapi sebisa mungkin unggul (excellence), tidak terkecuali usaha di bidang jasa transportasi niaga darat (land freight forwarder). Berdasarkan laporan keuangan selama tiga tahun terakhir, menunjukkan tren kinerja keuangan perusahaan cenderung menurun. Hal ini disebabkanoleh banyak faktor, baik secara eksternal maupun internal perusahaan. Hasil observasi di lapangan membuktikan penyebab penurunan kinerja keuangan lebih didominasi oleh faktor internal. Untuk proses perbaikan internal, diperlukan langkah awal pengukuran pencapaian kinerja saat ini. Dikarenakan saat ini perusahaan tidak mempunyai alat ukur kinerja secara menyeluruh dan berorientasi kinerja unggul (performance excellence), maka metode pengukuran kinerja pada penelitian ini menggunakan alat ukur berbasis Baldrige Excellence Framework kriteria Bisnis. Selain hasil observasi, instrumen utama penelitian ini adalah hasil survei kuesioner terhadap karyawan perusahaan. Berdasarkan hasil survei kuesioner didapatkan tingkat pencapaian kinerja berbasis Baldrige Excellence Framework kriteria Bisnissaat ini sebesar 750 poin dengan prosentase pencapaian secara keseluruhan sebesar 74% yang artinya perusahaan berada pada tingkat Pemimpin Bisnis (Business Leader) dengan kategori Unggulan (Excellent).
{"title":"Pengukuran Kinerja Perusahaan Jasa Transportasi Niaga Darat Menggunakan Metode Baldrige Excellence Framework (Studi Kasus pada PT. Galena Perkasa Sidoarjo)","authors":"Dwiyan Indra Prasetya, Fourry Handoko, Prima Vitasari","doi":"10.36040/jtmi.v5i2.275","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i2.275","url":null,"abstract":"Ketatnya persaingan usaha di era globalisasi ini, mengharuskan pelaku usaha untuk terus memperbaiki kinerjanya, tidak hanya meningkat tapi sebisa mungkin unggul (excellence), tidak terkecuali usaha di bidang jasa transportasi niaga darat (land freight forwarder). Berdasarkan laporan keuangan selama tiga tahun terakhir, menunjukkan tren kinerja keuangan perusahaan cenderung menurun. Hal ini disebabkanoleh banyak faktor, baik secara eksternal maupun internal perusahaan. Hasil observasi di lapangan membuktikan penyebab penurunan kinerja keuangan lebih didominasi oleh faktor internal. Untuk proses perbaikan internal, diperlukan langkah awal pengukuran pencapaian kinerja saat ini. Dikarenakan saat ini perusahaan tidak mempunyai alat ukur kinerja secara menyeluruh dan berorientasi kinerja unggul (performance excellence), maka metode pengukuran kinerja pada penelitian ini menggunakan alat ukur berbasis Baldrige Excellence Framework kriteria Bisnis. Selain hasil observasi, instrumen utama penelitian ini adalah hasil survei kuesioner terhadap karyawan perusahaan. Berdasarkan hasil survei kuesioner didapatkan tingkat pencapaian kinerja berbasis Baldrige Excellence Framework kriteria Bisnissaat ini sebesar 750 poin dengan prosentase pencapaian secara keseluruhan sebesar 74% yang artinya perusahaan berada pada tingkat Pemimpin Bisnis (Business Leader) dengan kategori Unggulan (Excellent).","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125314443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Permasalahan yang sering terjadi pada proses produksi di PT. Bromo Steel Indonesia yaitu kerusakan pada mesin overhead crane.Kerusakan yang terjadi pada mesin tersebut, mengakibatkan dampak buruk bagi perusahaan, dimana terhentinya proses produksi. Tujuan dalam penelitian ini adalahmemperbaiki Standart Operating Prosedure.Berdasarkan hasil penelitian dalam memperbaikiStandard Operating Procedure (SOP) dalam hal perawatan dan pemeliharaan mesin dengan metode Risk Based Maintenance yang berdasarkan pemilihan komponen kritis dari frekuensi kerusakan, mahalnya harga komponen, skala probabilitas dan identikasi resiko, kemudian dianalisis dalam risk register, untuk dilakukan mitigasi resiko dari hasil rating risk. Hasil penelitian ini memperbaiki sistem perawatan di PT Bromo Steel Indonesia dengan melihat skala prioritas kerusakan mesin sehingga pihak perusahaan dapat menentukan kebijakan dalam meminimalisir kerugian dari resiko yang akan terjadi.
{"title":"Analisis Predictive Maintenance Mesin Overhead Crane PT. Bromo Steel Indonesia","authors":"S. Hadi, Dayal Gustopo Setiadjit, D. Laksmana","doi":"10.36040/jtmi.v5i2.276","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i2.276","url":null,"abstract":"Permasalahan yang sering terjadi pada proses produksi di PT. Bromo Steel Indonesia yaitu kerusakan pada mesin overhead crane.Kerusakan yang terjadi pada mesin tersebut, mengakibatkan dampak buruk bagi perusahaan, dimana terhentinya proses produksi. Tujuan dalam penelitian ini adalahmemperbaiki Standart Operating Prosedure.Berdasarkan hasil penelitian dalam memperbaikiStandard Operating Procedure (SOP) dalam hal perawatan dan pemeliharaan mesin dengan metode Risk Based Maintenance yang berdasarkan pemilihan komponen kritis dari frekuensi kerusakan, mahalnya harga komponen, skala probabilitas dan identikasi resiko, kemudian dianalisis dalam risk register, untuk dilakukan mitigasi resiko dari hasil rating risk. Hasil penelitian ini memperbaiki sistem perawatan di PT Bromo Steel Indonesia dengan melihat skala prioritas kerusakan mesin sehingga pihak perusahaan dapat menentukan kebijakan dalam meminimalisir kerugian dari resiko yang akan terjadi.","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116327018","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Telkom Apllied Science Schoolmerupakan salah satu fakultas pada universitas telkom yang memiliki jumlah progam studi lebih banyak dibandingkan dengan fakultas lain. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan beban kerja pada karyawan bidang akademik pada fakultas tersebut untuk mengetahui seberapa besar beban kerja mental yang dialami oleh karyawan dan faktor apa yang mempengaruhi beban kerja tersebut. Pengukuran beban kerja pada karyawan bidang akademik ini dapat menentukan langkah yang tepat untuk menjaga produktivitas kerja. Salah satu metode yang dapat mengukur beban kerja mental adalah NASA-TLX. Metode ini membagi beban kerja menjadi 6 aspek elemen kerja. Dalam pengukurannya metode NASA TLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu melakukan perbandingan tiap skala dan melakukan pemberian nilai terhadap pekerjaan. Hasil dari perhitungan NASA-TLX pada karyawan bidang akademik berada pada tingkat beban kerja yang berat. Elemen beban kerja yang paling dominan pada karyawan tersebut adalah temporal demand dan effort
{"title":"Analisis Beban Kerja Menggunakan Metode Nasa - Task Load Index Pada Karyawan Telkom Applied Science School Bandung","authors":"Santika Sari","doi":"10.36040/jtmi.v5i2.272","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i2.272","url":null,"abstract":"Telkom Apllied Science Schoolmerupakan salah satu fakultas pada universitas telkom yang memiliki jumlah progam studi lebih banyak dibandingkan dengan fakultas lain. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan beban kerja pada karyawan bidang akademik pada fakultas tersebut untuk mengetahui seberapa besar beban kerja mental yang dialami oleh karyawan dan faktor apa yang mempengaruhi beban kerja tersebut. Pengukuran beban kerja pada karyawan bidang akademik ini dapat menentukan langkah yang tepat untuk menjaga produktivitas kerja. Salah satu metode yang dapat mengukur beban kerja mental adalah NASA-TLX. Metode ini membagi beban kerja menjadi 6 aspek elemen kerja. Dalam pengukurannya metode NASA TLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu melakukan perbandingan tiap skala dan melakukan pemberian nilai terhadap pekerjaan. Hasil dari perhitungan NASA-TLX pada karyawan bidang akademik berada pada tingkat beban kerja yang berat. Elemen beban kerja yang paling dominan pada karyawan tersebut adalah temporal demand dan effort","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128967686","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sanny Andjar Sari, J. Hutabarat, Salammia La, S. Indriani
Home industry yang terletak di Jl. Sidoluhur RT 07 RW 01, Kepanjen – Malang, bergerak dalam industry olahan pangan yaitu kacang goreng. Pada proses pembuatan kacang goreng salah satu tahapannya yaitu proses penyangraian, dimana pada proses penyangraian tersebut masih menggunakan wadah yang terbuat dari tanah liat dengan bahan bakar kayu sehingga membutuhkan waktu sangat lama yaitu 1 – 2 jam untuk 2 kg kacang tanah sedangkan permintaan pasar dalam sehari dapat mencapai 30kg kacang tanah.Posisi penyangraian kacang tanah beban terberat terdapat pada punggung pekerja karena dilakukan dengan duduk yang sangat rendah, sehingga bagian punggung pekerja akan mudah sakit dan lelah, wadah penyangrai kacang dengan bahan bakar kayu untuk saat ini masih sangat sederhana sehingga tidak dapat memenuhi jumlah permintaan konsumen karena proses penyangraianmenggunakan wadah penyangrai dari bahan tanah liat yang berbahan bakar kayu tersebut sangat lama. Karyawan yang bekerja di home industry tersebut hanya ada 2 orang sehingga untuk dapat menghasilkan produksi dalam jumlah yang banyak akan kekurangan tenaga.
{"title":"Penerapan Mesin Roaster Kacang Tanah Untuk Peningkatan Produksi Pada Home Industry Kacang Goreng","authors":"Sanny Andjar Sari, J. Hutabarat, Salammia La, S. Indriani","doi":"10.36040/jtmi.v5i2.278","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i2.278","url":null,"abstract":"Home industry yang terletak di Jl. Sidoluhur RT 07 RW 01, Kepanjen – Malang, bergerak dalam industry olahan pangan yaitu kacang goreng. Pada proses pembuatan kacang goreng salah satu tahapannya yaitu proses penyangraian, dimana pada proses penyangraian tersebut masih menggunakan wadah yang terbuat dari tanah liat dengan bahan bakar kayu sehingga membutuhkan waktu sangat lama yaitu 1 – 2 jam untuk 2 kg kacang tanah sedangkan permintaan pasar dalam sehari dapat mencapai 30kg kacang tanah.Posisi penyangraian kacang tanah beban terberat terdapat pada punggung pekerja karena dilakukan dengan duduk yang sangat rendah, sehingga bagian punggung pekerja akan mudah sakit dan lelah, wadah penyangrai kacang dengan bahan bakar kayu untuk saat ini masih sangat sederhana sehingga tidak dapat memenuhi jumlah permintaan konsumen karena proses penyangraianmenggunakan wadah penyangrai dari bahan tanah liat yang berbahan bakar kayu tersebut sangat lama. Karyawan yang bekerja di home industry tersebut hanya ada 2 orang sehingga untuk dapat menghasilkan produksi dalam jumlah yang banyak akan kekurangan tenaga.","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133254998","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Seiring dengan semakin ketatnya persaingan produk, Kelompok Usaha Pengrajin Kerudung Sulam dan Bordir di Malang, Bhakti Collection, harus dapat meningkatkan kualitas produk dan melakukan evaluasi efisiensi sehingga produk memiliki kualitas dan harga yang mampu bersaing di pasar. Di dalam kegiatan produksinya, UKM Bhakti Collection ini melibatkan banyak pihak-pihak lain, diantaranya yaitu stakeholder internal maupun eksternal. Selama ini kegiatan usaha di UKM ini tidak pernah melakukan komunikasi koordinasi terintegrasi (supply chain) dengan para stakeholdernya, walaupun secara proses bisnis terlibat. Dengan adanya tuntutan konsumen untuk dapat menyediakan barangkerudung sulam bordir dengan kualitas yang bagus, update model, harga bersaing, banyak pilihan, mudah didapatkan, cepat secara time to market, maka hal ini memaksa pihak UKM untuk dapat merancang mendesain sistem tata kelola komunikasi koordinasi rantai pasok (supply chain) antar setiap pihak stakeholder yang terlibat sehingga UKM ini dapat meningkatkan performa usahanya, baik dari segi produktivitas, efektifitas dan efisiensi. Supply Chain Management yang diterapkan harus dapat berwawasan lingkungan, menurunkan pemakaian sumber daya, energi dan mengurangi waste, sehingga dapat diwujudkan green supply chain management yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan peningkatan keuntungan yang berkelanjutan bagi unit usaha tersebut.
{"title":"Implementasi Green Supply Chain Management Pada Kelompok Usaha Mikro","authors":"Ellysa Nursanti, Sibut, Fuad Achmadi","doi":"10.36040/jtmi.v5i2.279","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i2.279","url":null,"abstract":"Seiring dengan semakin ketatnya persaingan produk, Kelompok Usaha Pengrajin Kerudung Sulam dan Bordir di Malang, Bhakti Collection, harus dapat meningkatkan kualitas produk dan melakukan evaluasi efisiensi sehingga produk memiliki kualitas dan harga yang mampu bersaing di pasar. Di dalam kegiatan produksinya, UKM Bhakti Collection ini melibatkan banyak pihak-pihak lain, diantaranya yaitu stakeholder internal maupun eksternal. Selama ini kegiatan usaha di UKM ini tidak pernah melakukan komunikasi koordinasi terintegrasi (supply chain) dengan para stakeholdernya, walaupun secara proses bisnis terlibat. Dengan adanya tuntutan konsumen untuk dapat menyediakan barangkerudung sulam bordir dengan kualitas yang bagus, update model, harga bersaing, banyak pilihan, mudah didapatkan, cepat secara time to market, maka hal ini memaksa pihak UKM untuk dapat merancang mendesain sistem tata kelola komunikasi koordinasi rantai pasok (supply chain) antar setiap pihak stakeholder yang terlibat sehingga UKM ini dapat meningkatkan performa usahanya, baik dari segi produktivitas, efektifitas dan efisiensi. Supply Chain Management yang diterapkan harus dapat berwawasan lingkungan, menurunkan pemakaian sumber daya, energi dan mengurangi waste, sehingga dapat diwujudkan green supply chain management yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan peningkatan keuntungan yang berkelanjutan bagi unit usaha tersebut.","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131554696","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perancangan fasilitas merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kinerja suatu perusahaan. Hal ini disebabkan oleh tata letak fasilitas yang kurang baik akan menyebabkan pola aliran bahan yang kurang baik dan perpindahan bahan, produk, informasi, peralatan dan tenaga kerja menjadi relatif tinggi yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian dan menambah biaya operasional. Hal ini dibuat untuk menciptakan kelancaran aliran bahan, sehingga nanti dapat diperoleh aliran bahan yang efisien dan kondisi kerja yang teratur.Permasalahan layoutSPBG merupakan permasalahan yang tidak dapat dihindari oleh pemilik SPBG dalam operasinya. Jauhnya jarak perpindahan material dari departemen kerja yang satu dengan departemen kerja lainnya akan mempengaruhi totalitas perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan profitabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total perpindahan minimum sehingga nantinya diperoleh final layout yang terbaik dan dapat meminimalkan biaya. Penelitian ini menerapkan metode 5R pada penyusunan tata letak fasilitas SPBG di Pondok Labu untuk memperoleh tata letak yang lebih rapi, yaitu Ringkas,Rapi, Resik, Rawat dan Rajin.
{"title":"Perancangan Design Tata Letak Fasilitas SPBG Dengan Menggunakan Metode Konvensional Berbasis 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)","authors":"M. Waluyo, Lilik Zulaihah, Akalily Mardhiyya","doi":"10.36040/jtmi.v5i2.274","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i2.274","url":null,"abstract":"Perancangan fasilitas merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kinerja suatu perusahaan. Hal ini disebabkan oleh tata letak fasilitas yang kurang baik akan menyebabkan pola aliran bahan yang kurang baik dan perpindahan bahan, produk, informasi, peralatan dan tenaga kerja menjadi relatif tinggi yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian dan menambah biaya operasional. Hal ini dibuat untuk menciptakan kelancaran aliran bahan, sehingga nanti dapat diperoleh aliran bahan yang efisien dan kondisi kerja yang teratur.Permasalahan layoutSPBG merupakan permasalahan yang tidak dapat dihindari oleh pemilik SPBG dalam operasinya. Jauhnya jarak perpindahan material dari departemen kerja yang satu dengan departemen kerja lainnya akan mempengaruhi totalitas perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan profitabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total perpindahan minimum sehingga nantinya diperoleh final layout yang terbaik dan dapat meminimalkan biaya. Penelitian ini menerapkan metode 5R pada penyusunan tata letak fasilitas SPBG di Pondok Labu untuk memperoleh tata letak yang lebih rapi, yaitu Ringkas,Rapi, Resik, Rawat dan Rajin.","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128079999","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhamad Ibnu Baha Udin, Dhayal Gustopo, Ellysa Nursanti
Kelompok penyuling kayu putih merupakan salah satu UKM yang terletak di daerah Wasur kabupaten Merauke dan memproduksi minyak kayu putih jenis Astromyrthus sympiocarpa yang diberi nama Ruu. Hasil produksi minyak kayu putih Ruu dipasarkan sekitar kampung Wasur dan belum diserap pasar secara maksimum. Tujuan penelitian untuk dapat memetakan posisi UKM minyak kayu putih Ruu dan pasar sasaran yang nantinya dapat meningkatkan penjualan. Hasil penelitian analisis SWOT menunjukan bahwa Ruu berada pada posisi Diversifikasi. Selanjutnya untuk analisis STP (Segmentation, Targeting, dan Positioning) menghasilkan targetinguntuk minyak kayu putih Ruu yaitu jenis kelamin perempuan, kisaran usia antara 17-22 tahun dan memiliki pekerjaan sebagai pelajar/ mahasiswa yang berada pada daerah wilayah kabupaten Merauke. Sedangkan untuk positioning produk Ruu berada diposisi market follower. Pada analisis marketing mix4P ini produk tetap menjaga kualitas dan pengemasan menggunakan botol plastik, sehingga Ruu dapat mengikuti harga pesaing sesuai ukuran botol, memberikan potongan harga dan pemberian komisi bagi agen perantara yang memasarkan produk Ruu. Maka untuk distribusi mengadakan kerjasama dengan agen perantara yang dapat mengantarkan produk Ruu dengan cepat dan tepat waktu serta promosi dapat dilakukan melalui media sosial.
{"title":"Upaya Meningkatkan Penjualan Minyak Kayu Putih Ruu Dengan Metode Marketing Mix, Berdasarkan Analisis SWOT Dan STP Di Wasur Kabupaten Merauke","authors":"Muhamad Ibnu Baha Udin, Dhayal Gustopo, Ellysa Nursanti","doi":"10.36040/jtmi.v5i1.257","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i1.257","url":null,"abstract":"Kelompok penyuling kayu putih merupakan salah satu UKM yang terletak di daerah Wasur kabupaten Merauke dan memproduksi minyak kayu putih jenis Astromyrthus sympiocarpa yang diberi nama Ruu. Hasil produksi minyak kayu putih Ruu dipasarkan sekitar kampung Wasur dan belum diserap pasar secara maksimum. Tujuan penelitian untuk dapat memetakan posisi UKM minyak kayu putih Ruu dan pasar sasaran yang nantinya dapat meningkatkan penjualan. Hasil penelitian analisis SWOT menunjukan bahwa Ruu berada pada posisi Diversifikasi. Selanjutnya untuk analisis STP (Segmentation, Targeting, dan Positioning) menghasilkan targetinguntuk minyak kayu putih Ruu yaitu jenis kelamin perempuan, kisaran usia antara 17-22 tahun dan memiliki pekerjaan sebagai pelajar/ mahasiswa yang berada pada daerah wilayah kabupaten Merauke. Sedangkan untuk positioning produk Ruu berada diposisi market follower. Pada analisis marketing mix4P ini produk tetap menjaga kualitas dan pengemasan menggunakan botol plastik, sehingga Ruu dapat mengikuti harga pesaing sesuai ukuran botol, memberikan potongan harga dan pemberian komisi bagi agen perantara yang memasarkan produk Ruu. Maka untuk distribusi mengadakan kerjasama dengan agen perantara yang dapat mengantarkan produk Ruu dengan cepat dan tepat waktu serta promosi dapat dilakukan melalui media sosial.","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126086428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PT. Cakra Guna Cipta, Malang adalah perusahaan yang memproduksi rokok salah satunya rokok kretek (SKT). Banyaknya produk cacat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu, diperlukan suatu metode yang dapat menurunkan produk cacat rokok kretek yang nantinya dapat meningkatkan kualitas produksi sehingga perusahaan dapat memenangkan persaingan. Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma dan Continuous Improvement. Six Sigma dimulai dengan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Tahap Define menetapkan karakteristik kualitas (CTQ), Measure perhitungan (Analisis Diagram Control P-Chart, DPMO dan Sigma Level). Tahap Analyze menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat untuk mencari dan menentukan penyebab cacat rokok serta mencari solusi dari masalah tersebut. Tahap Improve menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan cacat dalam proses produksi. Tahap Control dilakukan uji coba dari rencana perbaikan yang telah ditetapkan. Selanjutnya digunakan metode Continuous improvement melalui tahapan PDCA (Plan, Do, Check, Action). Tahap Plan merencanakan perbaikan pada proses produksi rokok kretek. Tahap Do memberikan solusi perbaikan agar proses produksi dapat berjalan lebih lancar. Tahap Check melakukan pengecekan agar dapat mengetahui sejauhmana rencana yang telah dibuat dapat direalisasikan. Tahap Action merespon seluruh hasil perencanaan, pelaksanaan, dan pengecekan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya permasalahan yang sama. Berdasarkan perhitungan sebelum perbaikan diperoleh DPMO 9823,7 dan Sigma Level 3.84. Setelah dilakukan perbaikan diperoleh penurunan nilai DPMO menjadi 4403,2 dan Sigma Level sebesar 4.12 dan proporsi cacat tertinggi berkurang dari 4.19% menjadi 2%. Berdasarkan tahapan PDCA, peneliti menyarankan perusahaan memberikan operator alat bantu Scrapper untuk meratakan tembakau di atas kain Morisehingga diperoleh kepadatan rokok sesuai standar yang ditetapkan.
{"title":"Penurunan Produk Cacat Dengan Metode Six Sigma Dan Continuous Improvement Di PT. Cakra Guna Cipta","authors":"Deni Kurniawan","doi":"10.36040/jtmi.v5i1.253","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i1.253","url":null,"abstract":"PT. Cakra Guna Cipta, Malang adalah perusahaan yang memproduksi rokok salah satunya rokok kretek (SKT). Banyaknya produk cacat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu, diperlukan suatu metode yang dapat menurunkan produk cacat rokok kretek yang nantinya dapat meningkatkan kualitas produksi sehingga perusahaan dapat memenangkan persaingan. Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma dan Continuous Improvement. Six Sigma dimulai dengan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Tahap Define menetapkan karakteristik kualitas (CTQ), Measure perhitungan (Analisis Diagram Control P-Chart, DPMO dan Sigma Level). Tahap Analyze menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat untuk mencari dan menentukan penyebab cacat rokok serta mencari solusi dari masalah tersebut. Tahap Improve menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan cacat dalam proses produksi. Tahap Control dilakukan uji coba dari rencana perbaikan yang telah ditetapkan. Selanjutnya digunakan metode Continuous improvement melalui tahapan PDCA (Plan, Do, Check, Action). Tahap Plan merencanakan perbaikan pada proses produksi rokok kretek. Tahap Do memberikan solusi perbaikan agar proses produksi dapat berjalan lebih lancar. Tahap Check melakukan pengecekan agar dapat mengetahui sejauhmana rencana yang telah dibuat dapat direalisasikan. Tahap Action merespon seluruh hasil perencanaan, pelaksanaan, dan pengecekan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya permasalahan yang sama. Berdasarkan perhitungan sebelum perbaikan diperoleh DPMO 9823,7 dan Sigma Level 3.84. Setelah dilakukan perbaikan diperoleh penurunan nilai DPMO menjadi 4403,2 dan Sigma Level sebesar 4.12 dan proporsi cacat tertinggi berkurang dari 4.19% menjadi 2%. Berdasarkan tahapan PDCA, peneliti menyarankan perusahaan memberikan operator alat bantu Scrapper untuk meratakan tembakau di atas kain Morisehingga diperoleh kepadatan rokok sesuai standar yang ditetapkan.","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115205982","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
N. Nugraha, Vincentia Wahju Widajatun, Abdul Rozak
Pemerintah dan masyarakat meyakini bahwa fenomena terorisme belum akan hilang dengan begitu mudahnya. Perlu upaya dalam menangani permasalahan ini secara sistematis dan komprehensif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, faktor faktor tersebut adalah pergerakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat dan inflasi. Penelitian ini menggunakan data pergerakan nilai tukar, inflasi dan IHSG pada bulan terjadinya aksi terorisme tahun 2000 hingga 2018. Analisis data dengan menggunakan regresi linier berganda.Nilai tukar mempunyai pengaruh yang signifikan dan inflasi tidak mempunyai pengaruh.
{"title":"Dampak Aksi Terorisme Dan Upaya Deradikalisasi Penanganan Atas Kondisi Sosial Ekonomi","authors":"N. Nugraha, Vincentia Wahju Widajatun, Abdul Rozak","doi":"10.36040/jtmi.v5i1.262","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i1.262","url":null,"abstract":"Pemerintah dan masyarakat meyakini bahwa fenomena terorisme belum akan hilang dengan begitu mudahnya. Perlu upaya dalam menangani permasalahan ini secara sistematis dan komprehensif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, faktor faktor tersebut adalah pergerakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat dan inflasi. Penelitian ini menggunakan data pergerakan nilai tukar, inflasi dan IHSG pada bulan terjadinya aksi terorisme tahun 2000 hingga 2018. Analisis data dengan menggunakan regresi linier berganda.Nilai tukar mempunyai pengaruh yang signifikan dan inflasi tidak mempunyai pengaruh.","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131419050","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
CV. Tanara Textile merupakan salah satu perusahaan tekstil yang termasuk dalam kelompok industri penyempurnaan kain berupa kain kaos. Pada proses produksi di perusahaan masih ditemukan beberapa waste. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menurunkan waste yang terjadi pada proses produksi maka digunakan pendekatan lean manufacturing. Metode Value Stream Mapping (VSM) digunakan untuk pemetaan aliran produksi dan aliran informasi terhadap suatu produk pada tingkat produksi total, melakukan wawancara untuk pembobotan penyebab 7 waste yang sering terjadi pada proses produksi, VALSAT untuk menganalisa pemborosan dari hasil pembobotan yang selanjutnya melakukan detailed mapping tools, serta analisis FMEA untuk mengetahui penyebab kegagalan prosesyang terjadi di lini produksi lalu menghitung nilai RPN tertinggi. Selanjutnya melakukan usulan perbaikan untuk menurunkan waste unnecessary inventory serta menganalisis perbaikan secara berkelanjutan dengan PDCA. Waste terbesar ada pada Unncessary Inventory sebesar 28,571% faktor penyebabnya adalah penumpukan bahan baku, work in process (WIP), sparepart yang tidak terpakai dan penimbunan pada finished goods Sebelum perbaikan proses produksi 16 hari 9 jam dimana Value Added 6 hari 4 jam dan Lead Time 10 hari 4 jam, setelah perbaikan proses produksi menjadi 14 hari 5 jam dimana Value Added 6 hari 4 jam dan Lead Time 8 hari 1 jam, dengan demikian dapat meningkatkan process cycle efficiency sebesar 17,19% dan menghemat lead time sebesar 2,546% dengan penurunan waste sebesar 8,31%
{"title":"Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengidentifikasi Dan Menurunkan Waste (Studi Kasus CV Tanara Textile)","authors":"Catur Kusbiantoro, Ellysa Nursanti","doi":"10.36040/jtmi.v5i1.251","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/jtmi.v5i1.251","url":null,"abstract":"CV. Tanara Textile merupakan salah satu perusahaan tekstil yang termasuk dalam kelompok industri penyempurnaan kain berupa kain kaos. Pada proses produksi di perusahaan masih ditemukan beberapa waste. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menurunkan waste yang terjadi pada proses produksi maka digunakan pendekatan lean manufacturing. Metode Value Stream Mapping (VSM) digunakan untuk pemetaan aliran produksi dan aliran informasi terhadap suatu produk pada tingkat produksi total, melakukan wawancara untuk pembobotan penyebab 7 waste yang sering terjadi pada proses produksi, VALSAT untuk menganalisa pemborosan dari hasil pembobotan yang selanjutnya melakukan detailed mapping tools, serta analisis FMEA untuk mengetahui penyebab kegagalan prosesyang terjadi di lini produksi lalu menghitung nilai RPN tertinggi. Selanjutnya melakukan usulan perbaikan untuk menurunkan waste unnecessary inventory serta menganalisis perbaikan secara berkelanjutan dengan PDCA. Waste terbesar ada pada Unncessary Inventory sebesar 28,571% faktor penyebabnya adalah penumpukan bahan baku, work in process (WIP), sparepart yang tidak terpakai dan penimbunan pada finished goods Sebelum perbaikan proses produksi 16 hari 9 jam dimana Value Added 6 hari 4 jam dan Lead Time 10 hari 4 jam, setelah perbaikan proses produksi menjadi 14 hari 5 jam dimana Value Added 6 hari 4 jam dan Lead Time 8 hari 1 jam, dengan demikian dapat meningkatkan process cycle efficiency sebesar 17,19% dan menghemat lead time sebesar 2,546% dengan penurunan waste sebesar 8,31%","PeriodicalId":424092,"journal":{"name":"JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN INDUSTRI","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128232949","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}