{"title":"Edukasi tentang pencegahan stunting pada ibu yang mempunyai balita di Puskesmas Batu Basa Kabupaten Padang Pariaman","authors":"Mechi silvia dora Mechi","doi":"10.58439/bsn.v1i1.66","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia tahun 2018 sebesar 30,8%. Pada tahun 2016, hasil pemantauan Status Gizi (PSG) prevalensi stunting di Sumatera Barat 30,6% dan di Padang adalah 22,6%. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang di tandai dengan nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 Standar Deviasi (SD). Anak yang mengalami stunting akan terlihat pada saat menginjak usia 2 tahun. Salah satu faktor penting kejadian stunting merupakan sikap dan pengetahuan ibu. Dilihat dari hal tersebut dibutuhkan peningkatan sikap dan pengetahuan ibu mengenai stunting sehingga anak tidak berisiko stunting. Kejadian stunting saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang ada di Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Barat trend peningkatan kasus di Kabupaten padang pariaman. Wilayah kerja puskesmas Batu Basa Kabupaten padang pariaman menjadi salah satu insiden kejadian stunting dengan jumlah kasus terbanyak setiap tahun. Berdasarkan latar masalah dan tingginya kasus stunting tersebut, kegiatan ini bertujuan untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam memberikan edukasi kepada masyarakat di Desa Batu Basa untuk pencegahan terjadinya stunting dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang gizi pada balita. Metode edukasi yang dilakukan adalah ceramah dengan presentasi yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, serta pemberian poster edukasi. Sebelum dan sesudah edukasi, peserta diminta untuk mengisi kuesioner pengetahuan dan sikap terkait stunting. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwaterdapat peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD setelah dilakukan edukasi yaitu dengan nilai rata-rata postest yaitu 99,7% (sebelum edukasi = 96.7 %) yang masuk dalam kategori pengetahuan baik. Kemudian tingkat sikap masyarakat mengenai pencegahan stunting memperoleh nilai rata-rata 92,1% yang termasuk dalam kategori sikap baik membagian-bagian leaflet atau brosur yang berisikan informasi tentang dampak buruk terhadap kejadian stunting. ","PeriodicalId":371249,"journal":{"name":"Bhakti Sabha Nusantara","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Bhakti Sabha Nusantara","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.58439/bsn.v1i1.66","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia tahun 2018 sebesar 30,8%. Pada tahun 2016, hasil pemantauan Status Gizi (PSG) prevalensi stunting di Sumatera Barat 30,6% dan di Padang adalah 22,6%. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang di tandai dengan nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 Standar Deviasi (SD). Anak yang mengalami stunting akan terlihat pada saat menginjak usia 2 tahun. Salah satu faktor penting kejadian stunting merupakan sikap dan pengetahuan ibu. Dilihat dari hal tersebut dibutuhkan peningkatan sikap dan pengetahuan ibu mengenai stunting sehingga anak tidak berisiko stunting. Kejadian stunting saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang ada di Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Barat trend peningkatan kasus di Kabupaten padang pariaman. Wilayah kerja puskesmas Batu Basa Kabupaten padang pariaman menjadi salah satu insiden kejadian stunting dengan jumlah kasus terbanyak setiap tahun. Berdasarkan latar masalah dan tingginya kasus stunting tersebut, kegiatan ini bertujuan untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam memberikan edukasi kepada masyarakat di Desa Batu Basa untuk pencegahan terjadinya stunting dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang gizi pada balita. Metode edukasi yang dilakukan adalah ceramah dengan presentasi yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, serta pemberian poster edukasi. Sebelum dan sesudah edukasi, peserta diminta untuk mengisi kuesioner pengetahuan dan sikap terkait stunting. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwaterdapat peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD setelah dilakukan edukasi yaitu dengan nilai rata-rata postest yaitu 99,7% (sebelum edukasi = 96.7 %) yang masuk dalam kategori pengetahuan baik. Kemudian tingkat sikap masyarakat mengenai pencegahan stunting memperoleh nilai rata-rata 92,1% yang termasuk dalam kategori sikap baik membagian-bagian leaflet atau brosur yang berisikan informasi tentang dampak buruk terhadap kejadian stunting.
基础健康研究数据显示,2018年印尼特技的流行程度为30.8%。2016年,西苏门答腊306%的营养状况监测(PSG)的患病率是22.6%。发育不良是一种慢性营养不良,其年龄标记为z -得分高,低于-2标准偏差(SD)。这孩子两岁时就会出现特技。特技表演的一个重要因素是母亲的态度和知识。从这一点上看,需要母亲提高她对特技的态度和知识,这样孩子就不会有任何特技的危险。今天的特技表演仍然是印度尼西亚的一个健康问题,尤其是西苏门答腊省,巴东帕里亚地区的发病率上升。puskesmas stone Basa pariaman地区的工作区域成为今年首例特技表演的发生率最高的事件之一。基于这些问题的背景和高发率,该活动的目的是为基岩村的社区提供教育,通过对幼儿进行营养健康教育来预防发育不良。一种教育方法是演讲,演讲后进行问答环节,并张贴教育海报。在教育前后,参与者被要求填写一份关于特技知识和态度的问卷。根据最新的数据发现,在接受教育后,公众对登革热的知识率增加了99.7%(在教育= 96.7%)。然后,公众对防止发育的态度的平均得分为92.1%,这属于健康行为类别,包括在传单或小册子中包含有关不良影响事件的信息。