{"title":"Perempuan, Daster dan Liyan: Domestifikasi Perempuan dalam Lagu “Mendung Tanpo Udan”","authors":"S. Dewi, Dinar Primasti","doi":"10.33366/jkn.v4i1.105","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Women representation in popular culture is always positioned as an object. This study aims to uncover the identity of women who appear in the song Mendung Tanpo Udan. This research is a literature study that focuses on finding the meaning of the words sarong and daster attached to men and women. Then those meanings are analyzed, and its intertextuality is sought to dismantle the ideology in it. The results showed domestication of women in this song by attaching the word blojo dasteren to women while moco koran sarungan to men. Newspaper and sarong have more positive connotations for men, while blonjo and daster have more negative connotations for women. Women are still positioned in domestic affairs while men are in public affairs. Popular culture has alienated women in the sense of making women the second sex after men. \nAbstrak \nRepresentasi perempuan dalam budaya popular selalu diposisikan sebagai obyek. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar identitas perempuan yang dimunculkan dalam lagu Mendung Tanpo Udan. Penelitian ini merupakan studi literatur yang difokuskan pada pencarian makna kata sarung dan daster yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan. Kemudian makna tersebut dianalisa dan dicari intertekstualitasnya untuk membongkar ideologi di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat domestifikasi perempuan dalam lagu ini dengan melekatkan kata blonjo dasteren pada perempuan sementara moco koran sarungan pada laki-laki. Koran dan sarung lebih memiliki makna konotasi yang positif bagi laki-laki sedangkan kata blonjo dan daster memiliki konotasi yang lebih negatif bagi perempuan. Perempuan tetap diposisikan pada urusan domestik sementara laki-laki pada urusan publik. Budaya popular telah memposisikan perempuan sebagai liyan, dalam arti menjadikan perempuan sebagai jenis kelamin kedua setelah laki-laki.","PeriodicalId":127994,"journal":{"name":"Jurnal Komunikasi Nusantara","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Komunikasi Nusantara","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33366/jkn.v4i1.105","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Women representation in popular culture is always positioned as an object. This study aims to uncover the identity of women who appear in the song Mendung Tanpo Udan. This research is a literature study that focuses on finding the meaning of the words sarong and daster attached to men and women. Then those meanings are analyzed, and its intertextuality is sought to dismantle the ideology in it. The results showed domestication of women in this song by attaching the word blojo dasteren to women while moco koran sarungan to men. Newspaper and sarong have more positive connotations for men, while blonjo and daster have more negative connotations for women. Women are still positioned in domestic affairs while men are in public affairs. Popular culture has alienated women in the sense of making women the second sex after men.
Abstrak
Representasi perempuan dalam budaya popular selalu diposisikan sebagai obyek. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar identitas perempuan yang dimunculkan dalam lagu Mendung Tanpo Udan. Penelitian ini merupakan studi literatur yang difokuskan pada pencarian makna kata sarung dan daster yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan. Kemudian makna tersebut dianalisa dan dicari intertekstualitasnya untuk membongkar ideologi di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat domestifikasi perempuan dalam lagu ini dengan melekatkan kata blonjo dasteren pada perempuan sementara moco koran sarungan pada laki-laki. Koran dan sarung lebih memiliki makna konotasi yang positif bagi laki-laki sedangkan kata blonjo dan daster memiliki konotasi yang lebih negatif bagi perempuan. Perempuan tetap diposisikan pada urusan domestik sementara laki-laki pada urusan publik. Budaya popular telah memposisikan perempuan sebagai liyan, dalam arti menjadikan perempuan sebagai jenis kelamin kedua setelah laki-laki.
大众文化中的女性形象总是被定位为一种客体。本研究旨在揭示歌曲《门东丹波乌丹》中出现的女性的身份。本研究是一项文献研究,其重点是寻找附着在男性和女性身上的词语sarong和daster的意义。然后对这些意义进行分析,并寻求其互文性,以消解其中的意识形态。结果显示,这首歌将“blojo dasteren”与女性联系起来,将“moco koran sarungan”与男性联系起来,这是对女性的驯化。“Newspaper”和“sarong”对男性有更多积极的含义,而“blonjo”和“daster”对女性有更多消极的含义。女性仍然处于家庭事务中,而男性则处于公共事务中。大众文化疏远了女性,使女性成为仅次于男性的第二性。[摘要]代表性的长期发展与发展是一个普遍存在的问题。Penelitian ini bertujuan untuk成员bongkar identitas perempuan yang dimunculkan dalam lagu Mendung Tanpo Udan。Penelitian ini merupakan研究文学yang difokuskan pada pencarian makna kata sarung dan daster yang dilekkatkan pada laki-laki dan perempuan。Kemudian makna tersebut dianalisa和dicari intertekstualitya都是由一群意识形态各异的人组成的。哈西尔penelitian menunjukkan bahwa terdpatat家养的猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫,猫。《古兰经》里说:“我爱你,我爱你。”“我爱你,我爱你。”perperan tetap diposisikan pada uusan国内的;sementara laki-laki pada uusan公众。Budaya流行的telah memposisikan perempuan sebagai liyan, dalam arti menjadikan perempuan sebagai jenis kelamin kedua setelah laki-laki。