{"title":"ANALISIS KEBERLANJUTAN UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI ZONA HULU SUNGAI CITARUM DENGAN MODEL MULTI DIMENSIONAL SCALLING","authors":"Iskandar A. Yusuf","doi":"10.32679/JSDA.V12I1.293","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Sungai Citarum merupakan sungai terbesar di Provinsi Jawa Barat, tingginya fungsi dan manfaat sungai ini telah dibangun tiga waduk kaskade raksasa: Saguling-Cirata-Jatiluhur yang menghasilkan 1.650 MW dan mengairi sawah irigasi teknis lebih dari 240.00 ha melalui Saluran Tarum Barat, Tarum Timur dan Tarum Utara. Berbagai upaya dalam penataan peraturan-perundangan serta penataan institusi atau lembaga pelaksananya berbagai program pemerintah yang melakukan pengendalian pencemaran air (PPA) dalam rangka pemulihan kualitas air sungai Citarum. Berbagai hasil studi telah disajikan yang menyatakan parahnya tingkat pencemaran air sungai Citarum disebabkan telah terlampauinya daya tampung beban pencemara air (DTBPA), namun disisi lain perizinan pembuangan air limbah terus berjalan tanpa menghiraukan kondisi faktualnya. Untuk mengetahui rencana solusi pemulihan kualitas air sungai Citarum dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan pelaksanaan pengelolaan kualitas air khususnya upaya PPA di Sungai Citarum dengan metode Multi Dimensional Scalling yang meliputi dimensi: Kebijakan, Teknis, Ekonomi, Sosial-Budaya, Penegakan Hukum dan Dukungan Pemangku Kepentingan. Adapun hasil kajian untuk kondisi eksisting tahun 2015 bahwa semua dimensi kurang berkelanjutan, namun untuk perkiraan tahun 2030 dan 2050 dimensi teknis meningkat signifikan mencapai status sangat berkelanjutan yang diikuti oleh dimensi lainnya mencapai status cukup berkelanjutan. Hasil analisis ada indikasi bahwa dimensi teknis dapat dikembangkan lebih mudah dari pada lainnya dan yang tersulit adalah dimensi ekonomi. Untuk meningkatkan status berkelanjutan yang lebih efektif perlu memacu atribut-atribut sensitif hasil dari analisis leverage dengan memperhatikan pula keseimbangan atribut lainnya pada setiap dimensi.","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-02-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32679/JSDA.V12I1.293","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Sungai Citarum merupakan sungai terbesar di Provinsi Jawa Barat, tingginya fungsi dan manfaat sungai ini telah dibangun tiga waduk kaskade raksasa: Saguling-Cirata-Jatiluhur yang menghasilkan 1.650 MW dan mengairi sawah irigasi teknis lebih dari 240.00 ha melalui Saluran Tarum Barat, Tarum Timur dan Tarum Utara. Berbagai upaya dalam penataan peraturan-perundangan serta penataan institusi atau lembaga pelaksananya berbagai program pemerintah yang melakukan pengendalian pencemaran air (PPA) dalam rangka pemulihan kualitas air sungai Citarum. Berbagai hasil studi telah disajikan yang menyatakan parahnya tingkat pencemaran air sungai Citarum disebabkan telah terlampauinya daya tampung beban pencemara air (DTBPA), namun disisi lain perizinan pembuangan air limbah terus berjalan tanpa menghiraukan kondisi faktualnya. Untuk mengetahui rencana solusi pemulihan kualitas air sungai Citarum dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan pelaksanaan pengelolaan kualitas air khususnya upaya PPA di Sungai Citarum dengan metode Multi Dimensional Scalling yang meliputi dimensi: Kebijakan, Teknis, Ekonomi, Sosial-Budaya, Penegakan Hukum dan Dukungan Pemangku Kepentingan. Adapun hasil kajian untuk kondisi eksisting tahun 2015 bahwa semua dimensi kurang berkelanjutan, namun untuk perkiraan tahun 2030 dan 2050 dimensi teknis meningkat signifikan mencapai status sangat berkelanjutan yang diikuti oleh dimensi lainnya mencapai status cukup berkelanjutan. Hasil analisis ada indikasi bahwa dimensi teknis dapat dikembangkan lebih mudah dari pada lainnya dan yang tersulit adalah dimensi ekonomi. Untuk meningkatkan status berkelanjutan yang lebih efektif perlu memacu atribut-atribut sensitif hasil dari analisis leverage dengan memperhatikan pula keseimbangan atribut lainnya pada setiap dimensi.