{"title":"PENGARUH KEBUTUHAN AIR IRIGASI TERHADAP PENURUNAN MUKA AIR TANAH MENGGUNAKAN MODFLOW-USG DI SRAGEN, JAWA TENGAH","authors":"Nur Azizah, Heri Suprapto","doi":"10.32679/jsda.v18i1.736","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Ketersediaan air untuk lahan pertanian menjadi salah satu faktor penentu dalam ketahanan pangan. Curah hujan dan air permukaan yang kian menurun menjadikan air tanah sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan air lahan petanian. Kabupaten Sragen bagian Barat telah mengalami penurunan air tanah. Kajian penurunan muka air tanah di Kabupaten Sragen perlu dilakukan sehingga produksi tetap dapat ditingkatkan tanpa eksploitasi berlebihan. Kondisi air tanah dimodelkan secara matematis menggunakan MODFLOW-USG. Pemodelan dilakukan pada kondisi aktual dan diproyeksi hingga tahun 2033 dengan berbagai skenario kebutuhan air irigasi sebesar 1, 0,8 dan 0,7 l/s/ha yang merepresentasikan metode pemberian air konvensional, System of Rice Intensification (SRI), dan Alternate Wetting And Drying (AWD). Hasil pemodelan menunjukkan penurunan muka air tanah (MAT) mencapai 7,9 m dari tahun 1996 – 2019 tanpa skenario. Simulasi dari tahun 2020 – 2033 menggunakan kebutuhan air konvensional menunjukkan penurunan MAT mencapai 2,585 m; metode SRI mencapai 1,895 m; dan metode AWD mencapai 1,788 m. Berdasarkan hasil tersebut, kebutuhan air AWD adalah yang paling efektif untuk mengurangi penurunan muka air tanah sekaligus mempertahankan produktivitas tanaman. Penurunan MAT akan tetap terjadi jika pengambilan air tanah tetap berlangsung walaupun dengan adanya skenario yang dilakukan. Oleh karena itu, diusulkan agar kebutuhan air lahan pertanian juga dapat dipenuhi dari sumber air lain seperti waduk atau embung. Selain itu, perlu adanya penjadwalan dan pola tanam yang berpengaruh terhadap besarnya kebutuhan air, sehingga kebutuhan air tetap terpenuhi dan tidak mengeksploitasi air tanah secara berlebihan.Kata Kunci: Air tanah, MODFLOW-USG, konvensional, SRI, AWD","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i1.736","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Ketersediaan air untuk lahan pertanian menjadi salah satu faktor penentu dalam ketahanan pangan. Curah hujan dan air permukaan yang kian menurun menjadikan air tanah sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan air lahan petanian. Kabupaten Sragen bagian Barat telah mengalami penurunan air tanah. Kajian penurunan muka air tanah di Kabupaten Sragen perlu dilakukan sehingga produksi tetap dapat ditingkatkan tanpa eksploitasi berlebihan. Kondisi air tanah dimodelkan secara matematis menggunakan MODFLOW-USG. Pemodelan dilakukan pada kondisi aktual dan diproyeksi hingga tahun 2033 dengan berbagai skenario kebutuhan air irigasi sebesar 1, 0,8 dan 0,7 l/s/ha yang merepresentasikan metode pemberian air konvensional, System of Rice Intensification (SRI), dan Alternate Wetting And Drying (AWD). Hasil pemodelan menunjukkan penurunan muka air tanah (MAT) mencapai 7,9 m dari tahun 1996 – 2019 tanpa skenario. Simulasi dari tahun 2020 – 2033 menggunakan kebutuhan air konvensional menunjukkan penurunan MAT mencapai 2,585 m; metode SRI mencapai 1,895 m; dan metode AWD mencapai 1,788 m. Berdasarkan hasil tersebut, kebutuhan air AWD adalah yang paling efektif untuk mengurangi penurunan muka air tanah sekaligus mempertahankan produktivitas tanaman. Penurunan MAT akan tetap terjadi jika pengambilan air tanah tetap berlangsung walaupun dengan adanya skenario yang dilakukan. Oleh karena itu, diusulkan agar kebutuhan air lahan pertanian juga dapat dipenuhi dari sumber air lain seperti waduk atau embung. Selain itu, perlu adanya penjadwalan dan pola tanam yang berpengaruh terhadap besarnya kebutuhan air, sehingga kebutuhan air tetap terpenuhi dan tidak mengeksploitasi air tanah secara berlebihan.Kata Kunci: Air tanah, MODFLOW-USG, konvensional, SRI, AWD