P. WidiarsoB, Wisnu Nurcahyo, J. Prastowo, Kurniasih Kurniasih
{"title":"Potensi Daun Bambu Sebagai Agen Anthelmetika Pada Ternak Kambing ( Bamboo Leaves Potency As Anthelmintic Agent On Goat)","authors":"P. WidiarsoB, Wisnu Nurcahyo, J. Prastowo, Kurniasih Kurniasih","doi":"10.36626/jppp.v14i25.58","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Daun bambu telah digunakan secara luas sebagai pakan alternatif pakan ternak ruminansia, namun dalam penggunaannya di lapangan, belum banyak dikaji manfaat lain selain sebagai sumber pakan. Kandungan tannin dalam daun bambu memberikan potensi daun bambu sebagai agen antelmetika. Selain mengandung kandungan nutrisi daun bambu: berat kering 91,27%; protein kasar 4,24%; lemak kasar 8,11%; serat kasar 27,2%; total digesti nutrien 36,42% .Daun bambu (Dendrocalamus strictus) setiap 100 mg mengandung Protein Kasar 15,09; Serat Kasar, 23,15; Lemak Kasar 1,43; Abu 18,03; Fosfor 170; Kalsium, 1550 mg (Attayaya, 2009). Tanin dalam daun bambu apus (Gigantochloa apus) tua 8,81% b/b, tanin dalam daun bambu petung (Dendrocalamus asper) tua 4,84% b/b, dan tanin dalam daun bambu legi (Gigantochloa atter ) tua 3,19% b/b. Hasil pengujian kandungan tanin di atas dapat menunjukkan bahwa daun bambu mepunyai potensi sebagai anthelmetika melawan cacing gastrointestinal. Tanin yang terdapat pada daun bambu adalah tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi efektif melawan parasit GI. Efek tanin terkondensasi melawan parasit GI dilakukan baik secara langsung, yaitu melalui interakasi TK-nematoda, mempengaruhi penetasan dan mempengaruhi pertumbuhan larva infektif, maupun secara tidak langsung, yaitu dengan cara mengikat protein tumbuhan di dalam rumen sehingga mencegah degradasi mikrobial sehingga meningkatkan aliran protein ke duodenum yang pada akhirnya akan meningkatkan imunitas hospes","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36626/jppp.v14i25.58","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Daun bambu telah digunakan secara luas sebagai pakan alternatif pakan ternak ruminansia, namun dalam penggunaannya di lapangan, belum banyak dikaji manfaat lain selain sebagai sumber pakan. Kandungan tannin dalam daun bambu memberikan potensi daun bambu sebagai agen antelmetika. Selain mengandung kandungan nutrisi daun bambu: berat kering 91,27%; protein kasar 4,24%; lemak kasar 8,11%; serat kasar 27,2%; total digesti nutrien 36,42% .Daun bambu (Dendrocalamus strictus) setiap 100 mg mengandung Protein Kasar 15,09; Serat Kasar, 23,15; Lemak Kasar 1,43; Abu 18,03; Fosfor 170; Kalsium, 1550 mg (Attayaya, 2009). Tanin dalam daun bambu apus (Gigantochloa apus) tua 8,81% b/b, tanin dalam daun bambu petung (Dendrocalamus asper) tua 4,84% b/b, dan tanin dalam daun bambu legi (Gigantochloa atter ) tua 3,19% b/b. Hasil pengujian kandungan tanin di atas dapat menunjukkan bahwa daun bambu mepunyai potensi sebagai anthelmetika melawan cacing gastrointestinal. Tanin yang terdapat pada daun bambu adalah tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi efektif melawan parasit GI. Efek tanin terkondensasi melawan parasit GI dilakukan baik secara langsung, yaitu melalui interakasi TK-nematoda, mempengaruhi penetasan dan mempengaruhi pertumbuhan larva infektif, maupun secara tidak langsung, yaitu dengan cara mengikat protein tumbuhan di dalam rumen sehingga mencegah degradasi mikrobial sehingga meningkatkan aliran protein ke duodenum yang pada akhirnya akan meningkatkan imunitas hospes