{"title":"Hubungan Seks Edukasi Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja","authors":"Ikha Ardianti","doi":"10.37413/jmakia.v10i1.17","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAK \nRemaja lebih suka menyimpan dan memilih solusinya sendiri. Menurut Nurjannah (2014) hal ini dikarenakan orangtua yang dari awal sudah sangat tertutup dan tidak pernah memberikan seks edukasi kepada anaknya sejak kecil, karena orangtua merasa bahwa berbicara tentang seks kepada anak adalah hal yang tabu. Pendidikan seks usia dini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentengi anak dari perilaku seks pranikah. Dari sudut pandang kesehatan reproduksi, menghindari seks pranikah adalah cara terbaik untuk mencegah penularan penyakit infeksi menular seksual, dan kehamilan pada remaja yang tidak diinginkan (Sarwono, 2011). \nJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey analitik dengan pendekatan waktu dengan metode cross sectional. Penelitian ini menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut diusahaakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya (Notoatmodjo, 2012). \nHasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian besar responden mendapat seks edukasi yang baik yaitu sebanyak 52%, responden yang mendapat seks edukasi cukup sebanyak 36%, dan sisanya sebanyak 12% respondeng dengan seks edukasi yang kurang. Responden yang mendapatkan pendidikan dengan kategori baik dapat disebabkan karena responden banyak mendapatkan seks edukasi baik dari orangtua, guru, dan media baik media cetak maupun media elektronik. Responden yang mendapatkan seks edukasi dengan kategori baik diharapkan lebih mampu menjaga dirinya dari perilaku seks menyimpang. \nKata Kunci : Remaja, Seks edukasi, Perilaku Seksual","PeriodicalId":168346,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37413/jmakia.v10i1.17","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
ABSTRAK
Remaja lebih suka menyimpan dan memilih solusinya sendiri. Menurut Nurjannah (2014) hal ini dikarenakan orangtua yang dari awal sudah sangat tertutup dan tidak pernah memberikan seks edukasi kepada anaknya sejak kecil, karena orangtua merasa bahwa berbicara tentang seks kepada anak adalah hal yang tabu. Pendidikan seks usia dini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentengi anak dari perilaku seks pranikah. Dari sudut pandang kesehatan reproduksi, menghindari seks pranikah adalah cara terbaik untuk mencegah penularan penyakit infeksi menular seksual, dan kehamilan pada remaja yang tidak diinginkan (Sarwono, 2011).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey analitik dengan pendekatan waktu dengan metode cross sectional. Penelitian ini menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut diusahaakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya (Notoatmodjo, 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian besar responden mendapat seks edukasi yang baik yaitu sebanyak 52%, responden yang mendapat seks edukasi cukup sebanyak 36%, dan sisanya sebanyak 12% respondeng dengan seks edukasi yang kurang. Responden yang mendapatkan pendidikan dengan kategori baik dapat disebabkan karena responden banyak mendapatkan seks edukasi baik dari orangtua, guru, dan media baik media cetak maupun media elektronik. Responden yang mendapatkan seks edukasi dengan kategori baik diharapkan lebih mampu menjaga dirinya dari perilaku seks menyimpang.
Kata Kunci : Remaja, Seks edukasi, Perilaku Seksual