{"title":"STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT DAN UPACARA ADAT HINDU DI BALI","authors":"Wawan Sujarwo, Semeru Gita Lestari","doi":"10.14203/BKR.V21I2.441","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bali menggunakan tumbuhan untuk upacara adat dan sekaligus bahan obat tradisional. Meskipun sudah banyak penelitian yang mendokumentasikan tumbuhan obat dan upacara adat Bali, namun diduga masih banyak jenis tumbuhan yang belum dikenal oleh masyarakat luas dan belum mendapat perhatian serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat dan deskripsi kegunaannya, serta mendokumentasikan bagian tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Hindu di Bali. Data etnobotani diperoleh dengan metode wawancara terhadap 20 responden. Pemilihan responden dilakukan secara purposive , yakni targeted respondent s, yang dikombinasikan dengan teknik snowball . Hasil penelitian mendokumentasikan 57 jenis dari 52 marga dan 36 suku yang dimanfaatkan untuk keperluan obat sekaligus upacara adat. Jenis tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah rimpang-rimpangan dari suku Zingiberaceae. Terdapat 39 kelompok penyakit yang bisa diobati dengan menggunakan tumbuhan obat sekaligus upacara adat. Dewa yadnya merupakan upacara keagamaan yang paling banyak disebutkan responden. Lima jenis tumbuhan dengan use value tertinggi, yaitu Cordyline fruticosa , Plumeria rubra , Piper betle , Graptophyllum pictum , dan Morus alba. Perawakan tumbuhan didominasi oleh Kelompok herba, dan bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun. Hampir 70% tumbuhan yang didokumentasikan berasal dari kawasan Malesia, India, dan Indocina. Semua jenis tumbuhan tersebut dapat ditemukan di Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan tumbuhan dan juga pengetahuan lokal yang terkandung didalamnya, sehingga generasi sekarang dan yang akan datang dapat mengetahui apa yang sudah dipraktekkan nenek moyang mereka.","PeriodicalId":274763,"journal":{"name":"Buletin Kebun Raya","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-05-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"7","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Buletin Kebun Raya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14203/BKR.V21I2.441","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 7
Abstract
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bali menggunakan tumbuhan untuk upacara adat dan sekaligus bahan obat tradisional. Meskipun sudah banyak penelitian yang mendokumentasikan tumbuhan obat dan upacara adat Bali, namun diduga masih banyak jenis tumbuhan yang belum dikenal oleh masyarakat luas dan belum mendapat perhatian serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat dan deskripsi kegunaannya, serta mendokumentasikan bagian tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Hindu di Bali. Data etnobotani diperoleh dengan metode wawancara terhadap 20 responden. Pemilihan responden dilakukan secara purposive , yakni targeted respondent s, yang dikombinasikan dengan teknik snowball . Hasil penelitian mendokumentasikan 57 jenis dari 52 marga dan 36 suku yang dimanfaatkan untuk keperluan obat sekaligus upacara adat. Jenis tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah rimpang-rimpangan dari suku Zingiberaceae. Terdapat 39 kelompok penyakit yang bisa diobati dengan menggunakan tumbuhan obat sekaligus upacara adat. Dewa yadnya merupakan upacara keagamaan yang paling banyak disebutkan responden. Lima jenis tumbuhan dengan use value tertinggi, yaitu Cordyline fruticosa , Plumeria rubra , Piper betle , Graptophyllum pictum , dan Morus alba. Perawakan tumbuhan didominasi oleh Kelompok herba, dan bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun. Hampir 70% tumbuhan yang didokumentasikan berasal dari kawasan Malesia, India, dan Indocina. Semua jenis tumbuhan tersebut dapat ditemukan di Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan tumbuhan dan juga pengetahuan lokal yang terkandung didalamnya, sehingga generasi sekarang dan yang akan datang dapat mengetahui apa yang sudah dipraktekkan nenek moyang mereka.