{"title":"Pentingnya dukungan data “Pre Fire, On Fire, dan Post Fire“ dalam Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan","authors":"Hani Afnita Murti","doi":"10.37145/jak.v1i2.66","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Data menjadi hal krusial yang dapat memobilisasi penanganan penegakan hukum secaracepat, tepat, akurat, akuntabel, dan berbasis bukti. Ketersediaan data merupakan salah satufaktor yang mendasari pengambilan kebijakan berbasis bukti. Dalam penanganan kasuskebakaran hutan dan lahan (karhutla), dibutuhkan data yang dapat digunakan dalampembuktian di persidangan. Salah satu data yang dapat dijadikan bukti ilmiah (scientificevidence) dalam kasus karhutla adalah data spasial yang didukung oleh analisis interpretasidata lainnya. Pendekatan perolehan data spasial ini, melalui tawaran teknologi yang perludiadopsi. Teknologi yang dimaksud dengan menggunakan interpretasi penginderaan jauh(inderaja) dan sistem informasi geografis (SIG), yang didukung data dari pengamatan visuallangsung melalui drone. Kehadiran teknologi ini, sangat penting untuk digunakan sebagaipengumpulan data spasial karhutla yang meliputi data pre fire, on fire, dan post fire. Ketigadata tersebut digunakan untuk pengambilan kebijakan berbasis bukti dan pendukung buktiilmiah penegakan hukum, pencegahan, mitigasi, perencanaan, perhitungan kerugian, maupunpemulihan lingkungan. Terkait hal tersebut, perlu adanya inisiasi pengumpulan danmanajemen data karhutla yaitu pre-fire, on-fire, dan post-fire melalui pendekatan teknologiinderaja, SIG, dan penggunaan drone yang saat ini belum maksimal dilakukan. Pilihan yangdapat dijadikan pertimbangan, yaitu: (1) membentuk tim kerja khusus sebagai pengumpuldata spasial karhutla sekaligus sebagai interpreter, (2) melakukan kerja sama teknis denganpihak yang mempunyai keahlian dalam bidang spasial (LAPAN, BBPT, maupun pihak terkaitlainnya), dan (3) meningkatkan kompetensi penyidik LHK di bidang spasial.Kata Kunci: data, kebakaran hutan dan lahan, pre fire, on fire, post fire, kebijakan berbasisbukti","PeriodicalId":137551,"journal":{"name":"Jurnal Analis Kebijakan","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-07-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Analis Kebijakan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37145/jak.v1i2.66","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Data menjadi hal krusial yang dapat memobilisasi penanganan penegakan hukum secaracepat, tepat, akurat, akuntabel, dan berbasis bukti. Ketersediaan data merupakan salah satufaktor yang mendasari pengambilan kebijakan berbasis bukti. Dalam penanganan kasuskebakaran hutan dan lahan (karhutla), dibutuhkan data yang dapat digunakan dalampembuktian di persidangan. Salah satu data yang dapat dijadikan bukti ilmiah (scientificevidence) dalam kasus karhutla adalah data spasial yang didukung oleh analisis interpretasidata lainnya. Pendekatan perolehan data spasial ini, melalui tawaran teknologi yang perludiadopsi. Teknologi yang dimaksud dengan menggunakan interpretasi penginderaan jauh(inderaja) dan sistem informasi geografis (SIG), yang didukung data dari pengamatan visuallangsung melalui drone. Kehadiran teknologi ini, sangat penting untuk digunakan sebagaipengumpulan data spasial karhutla yang meliputi data pre fire, on fire, dan post fire. Ketigadata tersebut digunakan untuk pengambilan kebijakan berbasis bukti dan pendukung buktiilmiah penegakan hukum, pencegahan, mitigasi, perencanaan, perhitungan kerugian, maupunpemulihan lingkungan. Terkait hal tersebut, perlu adanya inisiasi pengumpulan danmanajemen data karhutla yaitu pre-fire, on-fire, dan post-fire melalui pendekatan teknologiinderaja, SIG, dan penggunaan drone yang saat ini belum maksimal dilakukan. Pilihan yangdapat dijadikan pertimbangan, yaitu: (1) membentuk tim kerja khusus sebagai pengumpuldata spasial karhutla sekaligus sebagai interpreter, (2) melakukan kerja sama teknis denganpihak yang mempunyai keahlian dalam bidang spasial (LAPAN, BBPT, maupun pihak terkaitlainnya), dan (3) meningkatkan kompetensi penyidik LHK di bidang spasial.Kata Kunci: data, kebakaran hutan dan lahan, pre fire, on fire, post fire, kebijakan berbasisbukti