{"title":"PENDAMPINGAN PEMBUATAN KEMASAN PRIMER DAN SEKUNDER PADA UMKM DODOL BETAWI","authors":"Rachmah Rachmah Nanda Kartika, Heribertus Kusumantoro, Emmidia Djonaedi","doi":"10.36456/abadimas.v6.i01.a4717","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"\n \n \n \n \nKemasan merupakan faktor penting dalam memenangkan persaingan usaha. Kemasan dan harga sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Meskipun kemasan produk sangat penting untuk mendongkrak penjualan, hanya sedikit terutama pelaku usaha mikro dan kecil yang memperhatikan kemasan produknya. Sebagian besar UMKM di Indonesia masih mengemas produknya dengan tampilan yang tidak menarik.. Hal ini juga terjadi pada kelompok usaha kecil dodol Betawi di Kota Depok dan sekitarnyaa. Sebagian besar pelaku usaha memiliki kendala pada packaging kemasan yang sederhana, bahkan tanpa merk. Dodol Betawi adalah produk makanan tradisional yang dibuat dari tepung beras ketan, santan, kelapa, dan gula memilik tekstur lembek dan lengket serta tingkat pembuatan yang rumit Dodol Betawi yang dihasilkan oleh UMKM umumnya tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama. Dodol Betawi yang disimpan tanpa diberikan perlakuan dalam hal ini kemasan primer dan kemasan sekunder akan rusak dalam kurung waktu 20 hari, dan dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas. Karena kondisi tersebut, dodol Betawi membutuhkan kemasan yang lebih baik dari sekedar kemasan plastik primer saja untuk menjaga tekstur, rasa, penampilan dan menambah nilai jual. Berdasarkan uraian diatas, pada pengabdian masyarakat ini ialah melakukan pendampingan pembuatan kemasan Primer dan Sekunder pada umkm Dodol Betawi. Peserta mendapatkan kuesioner pretest dan post-test sebelum diadakan pendampingan dan sesudah diadakan pendampingan menunjukkan hasil 66 % (Pretest) dan mengalami peningkatan menjadi 83 % (post test) mengetahui proses pembuatan kemasan primer dan kemasan sekunder. \n \n \n \n","PeriodicalId":118602,"journal":{"name":"Jurnal Abadimas Adi Buana","volume":"57 11","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Abadimas Adi Buana","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36456/abadimas.v6.i01.a4717","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kemasan merupakan faktor penting dalam memenangkan persaingan usaha. Kemasan dan harga sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Meskipun kemasan produk sangat penting untuk mendongkrak penjualan, hanya sedikit terutama pelaku usaha mikro dan kecil yang memperhatikan kemasan produknya. Sebagian besar UMKM di Indonesia masih mengemas produknya dengan tampilan yang tidak menarik.. Hal ini juga terjadi pada kelompok usaha kecil dodol Betawi di Kota Depok dan sekitarnyaa. Sebagian besar pelaku usaha memiliki kendala pada packaging kemasan yang sederhana, bahkan tanpa merk. Dodol Betawi adalah produk makanan tradisional yang dibuat dari tepung beras ketan, santan, kelapa, dan gula memilik tekstur lembek dan lengket serta tingkat pembuatan yang rumit Dodol Betawi yang dihasilkan oleh UMKM umumnya tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama. Dodol Betawi yang disimpan tanpa diberikan perlakuan dalam hal ini kemasan primer dan kemasan sekunder akan rusak dalam kurung waktu 20 hari, dan dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas. Karena kondisi tersebut, dodol Betawi membutuhkan kemasan yang lebih baik dari sekedar kemasan plastik primer saja untuk menjaga tekstur, rasa, penampilan dan menambah nilai jual. Berdasarkan uraian diatas, pada pengabdian masyarakat ini ialah melakukan pendampingan pembuatan kemasan Primer dan Sekunder pada umkm Dodol Betawi. Peserta mendapatkan kuesioner pretest dan post-test sebelum diadakan pendampingan dan sesudah diadakan pendampingan menunjukkan hasil 66 % (Pretest) dan mengalami peningkatan menjadi 83 % (post test) mengetahui proses pembuatan kemasan primer dan kemasan sekunder.