{"title":"Pengaruh Pengunaan Kitosan sebagai Zat Tambahan Terhadap Profil Disolusi Tablet Parasetamol","authors":"Ratnaningsih - Dewi Astuti, M. Taswin, N. Sari","doi":"10.36086/jpp.v1i13.1171","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kitosan adalah biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin hasil isolasi cangkang hewan berkulit keras (Crustacea) yang digunakan sebagai bahan tambahan sediaan farmasi. Didalam sediaan tablet kitosan digunakan sebagai zat tambahan untuk meningkatkan laju disolusi tablet dan mengontrol pelepasan zat aktif. Salah satu zat aktif yang diharapkan memiliki propil disolusi yang baik adalah parasetamol. Maka telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pengunaan kitosan sebagai zat tambahan baik sebagai penghancur dan pengikat terhadap profil disolusi tablet parasetamol. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan objek penelitian kitosan yang diformulasikan sebagai zat tambahan pada sediaan tablet parasetamol FI dan FII pada konsentrasi 1,5 dan 3 % sebagai pengikat dan FIII dan FIV pada konsentrasi 3,5% dan 7% sebagai penghancur. Formula-formula tersebut dibandingkan terhadap F0 sebagai formula kontrol yang menggunakan gelatin sebagai pengikat dan amilum jagung (corn starch) sebagai penghancur. Semua tablet dibuat dengan metoda granulasi basah. Kemudian dilakukan uji secara in vitro meliputi uji kestabilan fisik tablet berupa uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur serta penetapan kadar dan didapatkan hasil untuk setiap formula FI, FII, FIII dan FIV telah memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk uji disolusi yang dilakukan terhadap FI dan FII dengan kitosan sebagai pengikat menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 16,74% dan 31,51%, kadar tersebut belum memenuhi persyaratan. Sedangkan FIII dan FIV dengan kitosan sebagai penghancur serta formula kontrol, menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 99,63%, 96,71% dan 96,71%. Kadar tersebut telah memenuhi persyaratan uji disolusi tablet parasetamol yang harus terlarut tidak kurang dari 80% setelah 30 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kitosan sebagai pengikat pada formula tablet parasetamol memberikan profil disolusi yang buruk dibandingkan dengan formula kontrol yang menggunakan gelatin. Sedangkan penggunaan kitosan sebagai penghancur memberikan profil disolusi yang lebih baik dari formula kontrol yang menggunakan amilum jagung. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kitosan sebagai bahan tambahan dapat mempengaruhi profil disolusi tablet parasetamol menjadi lebih baik jika digunakan sebagai bahan penghancur tetapi menjadi buruk jika digunakan sebagai pengikat.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"100 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36086/jpp.v1i13.1171","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kitosan adalah biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin hasil isolasi cangkang hewan berkulit keras (Crustacea) yang digunakan sebagai bahan tambahan sediaan farmasi. Didalam sediaan tablet kitosan digunakan sebagai zat tambahan untuk meningkatkan laju disolusi tablet dan mengontrol pelepasan zat aktif. Salah satu zat aktif yang diharapkan memiliki propil disolusi yang baik adalah parasetamol. Maka telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pengunaan kitosan sebagai zat tambahan baik sebagai penghancur dan pengikat terhadap profil disolusi tablet parasetamol. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan objek penelitian kitosan yang diformulasikan sebagai zat tambahan pada sediaan tablet parasetamol FI dan FII pada konsentrasi 1,5 dan 3 % sebagai pengikat dan FIII dan FIV pada konsentrasi 3,5% dan 7% sebagai penghancur. Formula-formula tersebut dibandingkan terhadap F0 sebagai formula kontrol yang menggunakan gelatin sebagai pengikat dan amilum jagung (corn starch) sebagai penghancur. Semua tablet dibuat dengan metoda granulasi basah. Kemudian dilakukan uji secara in vitro meliputi uji kestabilan fisik tablet berupa uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur serta penetapan kadar dan didapatkan hasil untuk setiap formula FI, FII, FIII dan FIV telah memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk uji disolusi yang dilakukan terhadap FI dan FII dengan kitosan sebagai pengikat menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 16,74% dan 31,51%, kadar tersebut belum memenuhi persyaratan. Sedangkan FIII dan FIV dengan kitosan sebagai penghancur serta formula kontrol, menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 99,63%, 96,71% dan 96,71%. Kadar tersebut telah memenuhi persyaratan uji disolusi tablet parasetamol yang harus terlarut tidak kurang dari 80% setelah 30 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kitosan sebagai pengikat pada formula tablet parasetamol memberikan profil disolusi yang buruk dibandingkan dengan formula kontrol yang menggunakan gelatin. Sedangkan penggunaan kitosan sebagai penghancur memberikan profil disolusi yang lebih baik dari formula kontrol yang menggunakan amilum jagung. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kitosan sebagai bahan tambahan dapat mempengaruhi profil disolusi tablet parasetamol menjadi lebih baik jika digunakan sebagai bahan penghancur tetapi menjadi buruk jika digunakan sebagai pengikat.