Latar Belakang: Palembang secara histori termasuk kota yang tidak rawan bencana alam. Namun karena jumlah penduduk terus meningkat, pembangunan fisik semakin banyak, tentu ruang terbuka hijau semakin berkurang. Bencana mulai timbul, seperti banjir saat hujan lebat, dan kebakaran saat kemarau. Dalam mengantisipasi bencana, Puskemas memiliki tugas dalam melaksanakan manajemen risiko terhadap potensi bencana di Kota Palembang. Kesiapan menghadapi bencana ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tenaga kesehatan dan pengelolaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan tenaga kesehatan yang diberi tanggung jawab sebagai pengelola, kebijakan yang ada di Puskesmas seperti ketersediaan SOP dan pendanaan yang berdampak terhadap aspek kesiapsiagaan Puskesmas dalam penanggulangan bencana di wilayah kerjanya masing masing. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara terhadap 13 orang tenaga kesehatan yang Puskesmasnya ada di wilayah yang pernah terdampak bencana. Hasil: Petugas Puskesmas memiliki pengetahuan yang baik (97%), sekalipun belum tersedia kebijakan yang memadai (86%), belum ada SOP (52%), dan sumber pendanaan yang jelas (35%) di beberapa Puskesmas. Sedangkan, penilaian terhadap aspek kesiapsiagaan Puskesmas berdasarkan kegiatan wawancara termasuk dalam kategori baik: (80%). Kesimpulan: Penempatan tenaga kesehatan sebagai pengelola risiko bencana di Puskesmas sudah tepat, karena semuanya sudah memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini akan lebih baik jika semua Puskesmas diperkuat dengan kebijakan di kota Palembang.
{"title":"MANAJEMEN RISIKO DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN BENCANA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA PALEMBANG","authors":"Sarmalina Simamora, Sonlimar Mangunsong, Anayani Dalilah","doi":"10.36086/jpp.v18i1.1664","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v18i1.1664","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Palembang secara histori termasuk kota yang tidak rawan bencana alam. Namun karena jumlah penduduk terus meningkat, pembangunan fisik semakin banyak, tentu ruang terbuka hijau semakin berkurang. Bencana mulai timbul, seperti banjir saat hujan lebat, dan kebakaran saat kemarau. Dalam mengantisipasi bencana, Puskemas memiliki tugas dalam melaksanakan manajemen risiko terhadap potensi bencana di Kota Palembang. Kesiapan menghadapi bencana ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tenaga kesehatan dan pengelolaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan tenaga kesehatan yang diberi tanggung jawab sebagai pengelola, kebijakan yang ada di Puskesmas seperti ketersediaan SOP dan pendanaan yang berdampak terhadap aspek kesiapsiagaan Puskesmas dalam penanggulangan bencana di wilayah kerjanya masing masing. \u0000Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara terhadap 13 orang tenaga kesehatan yang Puskesmasnya ada di wilayah yang pernah terdampak bencana. \u0000Hasil: Petugas Puskesmas memiliki pengetahuan yang baik (97%), sekalipun belum tersedia kebijakan yang memadai (86%), belum ada SOP (52%), dan sumber pendanaan yang jelas (35%) di beberapa Puskesmas. Sedangkan, penilaian terhadap aspek kesiapsiagaan Puskesmas berdasarkan kegiatan wawancara termasuk dalam kategori baik: (80%). \u0000Kesimpulan: Penempatan tenaga kesehatan sebagai pengelola risiko bencana di Puskesmas sudah tepat, karena semuanya sudah memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini akan lebih baik jika semua Puskesmas diperkuat dengan kebijakan di kota Palembang. \u0000 ","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"100 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122589308","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Di Indonesia, setiap bayi usia 0-11 bulan wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Di Provinsi Kalimantan Tengah, pada tahun 2019 data cakupan imunisasi dasar lengkap hanya 88,1 %, menurun hanya menjadi 77,2% pada tahun 2020 dengan angka cakupan imunisasi DPT-HB-Hib4 pada tahun 2020 sebanyak 53,5%. Imunisasi DPT seringkali diikuti dengan KIPI Metodologi Penelitian: Jenis penelitian quasi experimental dengan non equivalent grup design. Sampel penelitian bayi yang mendapatkan imunisasi DPT di wilayah kerja Puskesmas Kalampangan Kota Palangka Raya sebanyak 32 orang yang memenuhi kriteria inklusi Hasil : Mayoritas responden adalah ASI Eksklusif (43,8 %), DPT-3 (53,1%). Rata-rata suhu tubuh bayi kelompok Eksperimen sebelum dilakukan intervensi adalah 38,90C dan setelah dilakukan intervensi adalah 37,20C. Rata-rata suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi adalah 39,20C dan setelah dilakukan intervensi adalah 38,10C. Nilai rata-rata suhu tubuh bayi sesudah dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata suhu tubuh setelah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol (selisih 0,90C). Diketahui bahwa nilai Sig. (2-Tailed) sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Metode Kangguru terhadap Suhu Tubuh Bayi Pasca Imunisasi DPT. Diharapkan untuk dapat menerapkan metode kanguru dalam perawatan pasca imunisasi DPT karena dapat menurunkan suhu tubuh bayi sewaktu demam karena imunisasi. Kesimpulan : Nilai Sig. (2-Tailed) sebesar 0.000 < 0.05. Ada pengaruh Metode Kangguru terhadap Suhu Tubuh Bayi Pasca Imunisasi DPT. Kata kunci : Metode Kanguru, Suhu Tubuh, Imunisasi DPT
{"title":"METODE KANGURU TERHADAP SUHU TUBUH BAYI PASCA IMUNISASI DPT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA PALANGKA RAYA","authors":"Happy Marthalena Simanungkalit, Ketut Resmaniasih, Selvy Nice","doi":"10.36086/jpp.v18i1.1527","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v18i1.1527","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Di Indonesia, setiap bayi usia 0-11 bulan wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Di Provinsi Kalimantan Tengah, pada tahun 2019 data cakupan imunisasi dasar lengkap hanya 88,1 %, menurun hanya menjadi 77,2% pada tahun 2020 dengan angka cakupan imunisasi DPT-HB-Hib4 pada tahun 2020 sebanyak 53,5%. Imunisasi DPT seringkali diikuti dengan KIPI \u0000Metodologi Penelitian: Jenis penelitian quasi experimental dengan non equivalent grup design. Sampel penelitian bayi yang mendapatkan imunisasi DPT di wilayah kerja Puskesmas Kalampangan Kota Palangka Raya sebanyak 32 orang yang memenuhi kriteria inklusi \u0000Hasil : Mayoritas responden adalah ASI Eksklusif (43,8 %), DPT-3 (53,1%). Rata-rata suhu tubuh bayi kelompok Eksperimen sebelum dilakukan intervensi adalah 38,90C dan setelah dilakukan intervensi adalah 37,20C. Rata-rata suhu tubuh bayi pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi adalah 39,20C dan setelah dilakukan intervensi adalah 38,10C. Nilai rata-rata suhu tubuh bayi sesudah dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata suhu tubuh setelah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol (selisih 0,90C). Diketahui bahwa nilai Sig. (2-Tailed) sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Metode Kangguru terhadap Suhu Tubuh Bayi Pasca Imunisasi DPT. Diharapkan untuk dapat menerapkan metode kanguru dalam perawatan pasca imunisasi DPT karena dapat menurunkan suhu tubuh bayi sewaktu demam karena imunisasi. \u0000Kesimpulan : Nilai Sig. (2-Tailed) sebesar 0.000 < 0.05. Ada pengaruh Metode Kangguru terhadap Suhu Tubuh Bayi Pasca Imunisasi DPT. \u0000Kata kunci : Metode Kanguru, Suhu Tubuh, Imunisasi DPT","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128349637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Kejadian PMS merupakan gangguan yang sering terjadi pada WUS, namun dapat berdampak buruk apabila gejala dirasakan semakin berat. Bagi remaja, kejadian PMS dapat memberikan dampak dari tingkat ringan sampai berat pada aktivitas sosial. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian premenstrual syndrome pada remaja. Metode: Studi ini merupakan penelitian cross-sectional dengan jumlah sampel 106 siswi yang dipilih secara consecutive sampling. Analisis yang dipergunakan yaitu univariate dan bivariate terhadap pengujian chi-square. Hasil: Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa pada variabel pola makan didapatkan dengan p-value 0,016 (p<0,05) berarti terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian premenstrual syndrome. Pada variabel aktivitas fisik didapatkan p-value 0,024 (p<0,05) berarti terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian premenstrual syndrome. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian premenstrual syndrome pada remaja. Peneliti memberikan saran bagi institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan banding untuk penelitian berikutnya dan khususnya bagi remaja putri dalam menerapkan gaya hidup sehat, seperti pola makan dan aktivitas fisik agar dapat mencegah atau mengurangi keluhan premenstrual syndrome. Kata kunci : Pola Makan, Aktivitas Fisik, Premenstrual Syndrome
{"title":"HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KABUPATEN BEKASI","authors":"Alissa Nurbaiti, Noerfitri Noerfitri","doi":"10.36086/jpp.v18i1.1549","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v18i1.1549","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kejadian PMS merupakan gangguan yang sering terjadi pada WUS, namun dapat berdampak buruk apabila gejala dirasakan semakin berat. Bagi remaja, kejadian PMS dapat memberikan dampak dari tingkat ringan sampai berat pada aktivitas sosial. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian premenstrual syndrome pada remaja. \u0000Metode: Studi ini merupakan penelitian cross-sectional dengan jumlah sampel 106 siswi yang dipilih secara consecutive sampling. Analisis yang dipergunakan yaitu univariate dan bivariate terhadap pengujian chi-square. \u0000Hasil: Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa pada variabel pola makan didapatkan dengan p-value 0,016 (p<0,05) berarti terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian premenstrual syndrome. Pada variabel aktivitas fisik didapatkan p-value 0,024 (p<0,05) berarti terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian premenstrual syndrome. \u0000Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian premenstrual syndrome pada remaja. Peneliti memberikan saran bagi institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan banding untuk penelitian berikutnya dan khususnya bagi remaja putri dalam menerapkan gaya hidup sehat, seperti pola makan dan aktivitas fisik agar dapat mencegah atau mengurangi keluhan premenstrual syndrome. \u0000Kata kunci : Pola Makan, Aktivitas Fisik, Premenstrual Syndrome","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128395082","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, yang dimana masa tersebut akan mengalami perubahan terutama secara biologis. Perubahan yang terjadi secara biologis pada perempuan biasanya ditandai dengan terjadinya menstruasi. Pada perempuan yang sudah mengalami menstruasi, mempunyai peluang terjadinya dysmenorrhea. Dysmenorrhea merupakan keluhan nyeri pada saat haid yang dirasakan pada bagian bawah perut hingga ke punggung bagian bawah. Dysmenorrhea cenderung terjadi lebih sering dan lebih hebat, apabila disertai dengan kondisi stres dan memiliki kebiasaan mengkonsumsi fast food. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress dan frekuensi konsumsi fast food terhadap kejadian dysmenorrhea.
{"title":"HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA DI KABUPATEN BEKASI","authors":"Tasya Putri Iranti, Afrinia Eka Sari","doi":"10.36086/jpp.v18i1.1526","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v18i1.1526","url":null,"abstract":"Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, yang dimana masa tersebut akan mengalami perubahan terutama secara biologis. Perubahan yang terjadi secara biologis pada perempuan biasanya ditandai dengan terjadinya menstruasi. Pada perempuan yang sudah mengalami menstruasi, mempunyai peluang terjadinya dysmenorrhea. Dysmenorrhea merupakan keluhan nyeri pada saat haid yang dirasakan pada bagian bawah perut hingga ke punggung bagian bawah. Dysmenorrhea cenderung terjadi lebih sering dan lebih hebat, apabila disertai dengan kondisi stres dan memiliki kebiasaan mengkonsumsi fast food. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress dan frekuensi konsumsi fast food terhadap kejadian dysmenorrhea.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126211510","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background: One of the therapies that can be given to overcome anxiety in drug users is expressive writing therapy, which is an activity of writing with the deepest and most emotional ideas and feelings without being concerned with research procedures such as spelling, grammar, or other writing conventions. The purpose of this study was to determine the effect of expressive writing therapy on anxiety in drug users. Methods: The design used in this study was pre-experimental with a one-group pretest-posttest design approach. Total population and sample of 27 respondents (1 treatment group) using total sampling technique. In this design, the treatment group was given expressive writing therapy and their anxiety scale was measured using the Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) which was implemented at the Ar-Rahman Palembang Drug Rehabilitation Center Foundation. Results: The results of this study indicate that there is an effect of giving expressive writing therapy on the anxiety of drug users which is marked by a decrease in anxiety scores and subjective and objective responses of drug users. Conclusion: Expressive writing therapy has an effect on anxiety in drug users.
{"title":"PENGARUH EXPRESSIVE WRITING THERAPY TERHADAP KECEMASAN PADA PENGGUNA NARKOBA","authors":"Marta Pastari, S. Martini, Sri Endriyani","doi":"10.36086/jpp.v18i1.1686","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v18i1.1686","url":null,"abstract":"Background: One of the therapies that can be given to overcome anxiety in drug users is expressive writing therapy, which is an activity of writing with the deepest and most emotional ideas and feelings without being concerned with research procedures such as spelling, grammar, or other writing conventions. The purpose of this study was to determine the effect of expressive writing therapy on anxiety in drug users. Methods: The design used in this study was pre-experimental with a one-group pretest-posttest design approach. Total population and sample of 27 respondents (1 treatment group) using total sampling technique. In this design, the treatment group was given expressive writing therapy and their anxiety scale was measured using the Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) which was implemented at the Ar-Rahman Palembang Drug Rehabilitation Center Foundation. Results: The results of this study indicate that there is an effect of giving expressive writing therapy on the anxiety of drug users which is marked by a decrease in anxiety scores and subjective and objective responses of drug users. Conclusion: Expressive writing therapy has an effect on anxiety in drug users. \u0000 ","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123274479","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang:ASI (Air Susu Ibu) merupakan asupan yang sangat penting bagi bayi. ASI mengandung kandungan gizi yang sempurna dan bermanfaat untuk bayi. Asi Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan sampai bayi berumur 6 bulan. Salah satu faktor ketidakberhasilan ibu memberikan ASI Eksklusif adalah status ibu bekerja. Ibu menyusui yang bekerja seringkali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI Eksklusif berakhir mereka sudah harus kembali bekerja. Selain itu, pendidikan yang rendah juga seringkali dikaitkan dengan ketidakmampuan ibu menyusui dalam memberikan ASI secara Eksklusif. Tujuan dari penelitian ini unuk mengetahui hubungan pendidikan dan status pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Penelitian ini dilakukan di Desa Sariharjo Ngaglik Sleman. Sampel berjumlah 40 ibu menyusui dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik denan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif adalah cross sectional. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pendidikan dan status pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan hasil uji statistik diperoleh p value 0,521