{"title":"Studi Deskriptif Adversity Quotient pada Guru PG/TK X Bandung","authors":"A. Azizah, T. Djamhoer","doi":"10.29313/.V0I0.7125","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract. One of the formal education is kindergarten. PG/TK X Bandung is one of the regular schools that has several students with Special Needs and toddler students. Teachers are faced with situations where students with special needs often experience tantrums and not taking part in class activities. The teacher should pay more attention to students who have special needs and students who are still toddlers. In addition to students with special needs and students who are toddlers, there are also regular students who often annoy their friends and not obey the rules that the teacher has given. Infrastructure facilities owned by schools are still very limited. Teachers get they salary below standard minimum regional. These conditions cause teachers to be able to face the adversities and obstacles that exist. This research is intended to get the description of Adversity Quotient. The measurement tool used is Stoltz’s Adversity Response Profile (ARP) (2000). The result is 60% of teachers having high Adversity Quotient, called by Climbers and 40% teachers having moderate Adversity Quotient, called by Campers. It means, teachers are able to face adversities and obstacles that exist in the teaching process at school. \nAbstrak. Salah satu jalur pendidikan formal yaitu Taman Kanak-Kanak. PG/TK X Bandung merupakan salah satu sekolah reguler yang memiliki beberapa siswa ABK dan memiliki siswa dengan usia batita (Bawah Tiga Tahun). Para guru dihadapkan pada situasi dimana siswa dengan kebutuhan khusus sering mengalami tantrum dan sulit mengikuti kegiatan kelas. Guru harus memberikan perhatian lebih pada siswanya yang memiliki kebutuhan khusus dan siswa yang masih batita. Selain siswa dengan kebutuhan khusus dan siswa yang berusia batita, terdapat juga siswa normal yang sering mengganggu temannya, dan tidak patuh pada aturan yang telah guru berikan. Fasilitas sarana prasarana yang dimiliki sekolah masih sangat terbata. Para guru mendapatkan upah yang masih di bawah UMR dan guru sering mendapatkan upahnya tidak sesuai dengan seharusnya. Kondisi tersebut menyebabkan guru harus mampu menghadapi kesulitan dan hambatan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai Adversity Quotient pada guru. Pengukuran pada penelitian ini menggunakan Adversity Response Profile (ARP) dari Paul G. Stoltz (2000). Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebanyak 60% (6 guru) memiliki Adversity Quotient tinggi atau disebut dengan Climbers dan 40% (4 guru) memiliki Adversity Quotient sedang atau disebut dengan Campers. Artinya, guru mampu menghadapi kesulitan dan hambatan-hambatan yang ada dalam proses mengajar di sekolah.","PeriodicalId":340074,"journal":{"name":"Jurnal Riset Psikologi","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-01-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Riset Psikologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.29313/.V0I0.7125","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Abstract. One of the formal education is kindergarten. PG/TK X Bandung is one of the regular schools that has several students with Special Needs and toddler students. Teachers are faced with situations where students with special needs often experience tantrums and not taking part in class activities. The teacher should pay more attention to students who have special needs and students who are still toddlers. In addition to students with special needs and students who are toddlers, there are also regular students who often annoy their friends and not obey the rules that the teacher has given. Infrastructure facilities owned by schools are still very limited. Teachers get they salary below standard minimum regional. These conditions cause teachers to be able to face the adversities and obstacles that exist. This research is intended to get the description of Adversity Quotient. The measurement tool used is Stoltz’s Adversity Response Profile (ARP) (2000). The result is 60% of teachers having high Adversity Quotient, called by Climbers and 40% teachers having moderate Adversity Quotient, called by Campers. It means, teachers are able to face adversities and obstacles that exist in the teaching process at school.
Abstrak. Salah satu jalur pendidikan formal yaitu Taman Kanak-Kanak. PG/TK X Bandung merupakan salah satu sekolah reguler yang memiliki beberapa siswa ABK dan memiliki siswa dengan usia batita (Bawah Tiga Tahun). Para guru dihadapkan pada situasi dimana siswa dengan kebutuhan khusus sering mengalami tantrum dan sulit mengikuti kegiatan kelas. Guru harus memberikan perhatian lebih pada siswanya yang memiliki kebutuhan khusus dan siswa yang masih batita. Selain siswa dengan kebutuhan khusus dan siswa yang berusia batita, terdapat juga siswa normal yang sering mengganggu temannya, dan tidak patuh pada aturan yang telah guru berikan. Fasilitas sarana prasarana yang dimiliki sekolah masih sangat terbata. Para guru mendapatkan upah yang masih di bawah UMR dan guru sering mendapatkan upahnya tidak sesuai dengan seharusnya. Kondisi tersebut menyebabkan guru harus mampu menghadapi kesulitan dan hambatan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai Adversity Quotient pada guru. Pengukuran pada penelitian ini menggunakan Adversity Response Profile (ARP) dari Paul G. Stoltz (2000). Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebanyak 60% (6 guru) memiliki Adversity Quotient tinggi atau disebut dengan Climbers dan 40% (4 guru) memiliki Adversity Quotient sedang atau disebut dengan Campers. Artinya, guru mampu menghadapi kesulitan dan hambatan-hambatan yang ada dalam proses mengajar di sekolah.
摘要。正规教育之一是幼儿园。PG/TK X万隆是一所普通学校,有一些特殊需要的学生和幼儿学生。教师面临的情况是,有特殊需要的学生经常发脾气,不参加课堂活动。老师应该更多地关注那些有特殊需要的学生和还在蹒跚学步的学生。除了有特殊需要的学生和蹒跚学步的学生外,还有一些经常惹恼朋友、不遵守老师规定的普通学生。学校拥有的基础设施仍然非常有限。教师的工资低于地区最低标准。这些条件使教师能够面对存在的逆境和障碍。本研究旨在得到逆境商的描述。所使用的测量工具是Stoltz的逆境反应量表(ARP)(2000)。结果是60%的教师具有高逆境商(登山者)和40%的教师具有中等逆境商(露营者)。这意味着教师能够面对学校教学过程中存在的逆境和障碍。Abstrak。Salah satu jalur pendidikan formal yitu Taman Kanak-Kanak。PG/TK X万隆merupakan salah satu sekolah reguler yang memiliki beberapa siswa ABK dan memiliki siswa dengan usia batita (Bawah Tiga Tahun)。Para guru dihadapkan pada sitasi dimana siswa dengan kebutuhan khusus服务于mengalami tanum,但suit mengikuti kegiatan kelas。Guru harus成员,kan perhatih padaswanya yang memoriliki kebutuhan khusus dan siswa yang masih batita。Selain siswa dengan kebutuhan khusus dan siswa yang berusia batita, terdapat juga siswa normal yang sering mengganggu temannya, dan tidak patuh patada aturan yang telah guru berikan。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。主上师为主上师服务,主上师为主上师服务。Kondisi tersebut menyebabkan guru harus mampu menghadapi kesulitan dan hambatan yang ada。Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai逆境商学大师。企鹅的逆境反应特征(ARP) [j]。Hasil达里语penelitian ini menunjukkan sebanyak 60%(6大师)memiliki逆境商数丁宜受困atau disebut dengan登山者丹40%(4大师)memiliki逆境商数sedang atau disebut dengan露营者。Artinya,上师mampu menghadapi kesulitan dan hambatan-hambatan yang ada dalam教授mengajar di sekolah。