{"title":"Sumbangan Konsep Fusi Horizon dalam Hermeneutika Gadamer bagi Proses Perumusan Sila Pertama Pancasila","authors":"Yasintus Harjon","doi":"10.52738/pjk.v3i2.169","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Fokus tulisan ini ialah mengkaji secara mendalam gagasan fusi horizon dalam hermeneutika Gadamer dan sumbangannya bagi proses perumusan sila pertama Pancasila. Fakta di ruang publik terdapat aneka perbedaan pandangan terhadap teks ‘pluralisme agama Indonesia’ pada saat proses perumusan sila pertama Pancasila. Sebagian founding fathers dan tokoh-tokoh nasional membaca dan memahaminya hanya sebatas agama tertentu (Islam). Sementara beberapa yang lain melihat dan mengertinya jauh lebih luas dan mendalam. Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan hanya Islam, tetapi mencakup agama-agama yang lain. Teks ‘pluralisme agama Indonesia’ dengan demikian harus dipahami dan dirumuskan sebagai ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ bukan ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya.’ Adapun metodologi yang digunakan dalam artikel ini ialah kajian pustaka dengan membaca secara kritis dan mendalam berbagai literatur terkait tema yang dibahas. Tulisan ini menemukan bahwa sila pertama Pancasila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ merupakan hasil fusi horizon founding fathers dan tokoh-tokoh nasional atas teks ‘pluralisme agama Indonesia’. Fusi horizon terjadi ketika masing-masing di antara mereka berani melampaui pra-pemahaman mereka atas teks tersebut, saling terbuka, dan berdialog satu sama lain. Sehingga terbentuklah fusi horizon, yakni sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ yang merangkul semua agama tanpa ada yang tereliminasi.","PeriodicalId":52575,"journal":{"name":"Pancasila and Law Review","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Pancasila and Law Review","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.52738/pjk.v3i2.169","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Fokus tulisan ini ialah mengkaji secara mendalam gagasan fusi horizon dalam hermeneutika Gadamer dan sumbangannya bagi proses perumusan sila pertama Pancasila. Fakta di ruang publik terdapat aneka perbedaan pandangan terhadap teks ‘pluralisme agama Indonesia’ pada saat proses perumusan sila pertama Pancasila. Sebagian founding fathers dan tokoh-tokoh nasional membaca dan memahaminya hanya sebatas agama tertentu (Islam). Sementara beberapa yang lain melihat dan mengertinya jauh lebih luas dan mendalam. Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan hanya Islam, tetapi mencakup agama-agama yang lain. Teks ‘pluralisme agama Indonesia’ dengan demikian harus dipahami dan dirumuskan sebagai ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ bukan ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya.’ Adapun metodologi yang digunakan dalam artikel ini ialah kajian pustaka dengan membaca secara kritis dan mendalam berbagai literatur terkait tema yang dibahas. Tulisan ini menemukan bahwa sila pertama Pancasila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ merupakan hasil fusi horizon founding fathers dan tokoh-tokoh nasional atas teks ‘pluralisme agama Indonesia’. Fusi horizon terjadi ketika masing-masing di antara mereka berani melampaui pra-pemahaman mereka atas teks tersebut, saling terbuka, dan berdialog satu sama lain. Sehingga terbentuklah fusi horizon, yakni sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ yang merangkul semua agama tanpa ada yang tereliminasi.