Pradana Bayu Rakhmatjati, Calcarina Fitriani R. W, Johan Arifin
{"title":"Tatalaksana ICU pada Pasien Pasca Laminektomi Servikal dengan Kesulitan Weaning dan Ekstubasi","authors":"Pradana Bayu Rakhmatjati, Calcarina Fitriani R. W, Johan Arifin","doi":"10.14710/jai.v0i0.54458","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Latar Belakang: Salah satu penyebab kesulitan weaning adalah gangguan neuromuskuler seperti polineuropati, miopati, dan spinal cord injury (SCI) segmen servikal di atas C5. Angka kegagalan ekstubasi berkisar pada 10-20% dari keseluruhan kasus intensive care unit (ICU) dengan angka kematian 25-50%. Ventilasi mekanik jangka panjang seringkali diperlukan pada pasien dengan cedera medula spinalis segmen di atas C5.Kasus: Kami laporkan 2 pasien; seorang laki-laki 22 tahun dengan diagnosis tetraparese spastik dengan lesi transversal total medula spinalis C5 et causa spinal cord injury, dan pada pasien kedua seorang laki-laki 34 tahun dengan diagnosis tetraplegia akut et causa canal stenosis servikal setinggi C1-3 et causa massa ekstradura et causa squamous cell carcinoma. Kedua pasien juga didiagnosis mengalami kejadian ventilator associated pneumonia (VAP), pasca prosedur pembedahan laminektomi. Penatalaksanaan berupa terapi antibiotik empiris dan de-eskalasi. Pembahasan: Sebagian besar gangguan neuromuskular yang mempersulit weaning diperoleh selama perawatan pasien di ICU. Fungsi sistem pernapasan pada pasien dengan cedera medula spinalis servikal memerlukan perhatian khusus, khususnya segmen level tinggi oleh karena keterlibatan saraf frenikus. Trakeostomi direkomendasikan dilakukan lebih awal setelah intubasi untuk menyederhanakan weaning. Komplikasi pascaoperasi harus diatasi agar tidak memperburuk luaran pasien. Kesimpulan: Kriteria weaning dan ekstubasi pada gangguan neuromuskuler dapat berbeda antar referensi, namun secara umum melibatkan vital capacity (VC), respiratory rate (RR), minute ventilation, PaO2, FiO2, PaCO2, rapid shallow breathing index, positive end-expiratory pressure (PEEP), dan kondisi klinis pasien. Selama weaning, bantuan ventilasi dilepas untuk sementara dan diselingi dengan periode istirahat.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"143 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.54458","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Latar Belakang: Salah satu penyebab kesulitan weaning adalah gangguan neuromuskuler seperti polineuropati, miopati, dan spinal cord injury (SCI) segmen servikal di atas C5. Angka kegagalan ekstubasi berkisar pada 10-20% dari keseluruhan kasus intensive care unit (ICU) dengan angka kematian 25-50%. Ventilasi mekanik jangka panjang seringkali diperlukan pada pasien dengan cedera medula spinalis segmen di atas C5.Kasus: Kami laporkan 2 pasien; seorang laki-laki 22 tahun dengan diagnosis tetraparese spastik dengan lesi transversal total medula spinalis C5 et causa spinal cord injury, dan pada pasien kedua seorang laki-laki 34 tahun dengan diagnosis tetraplegia akut et causa canal stenosis servikal setinggi C1-3 et causa massa ekstradura et causa squamous cell carcinoma. Kedua pasien juga didiagnosis mengalami kejadian ventilator associated pneumonia (VAP), pasca prosedur pembedahan laminektomi. Penatalaksanaan berupa terapi antibiotik empiris dan de-eskalasi. Pembahasan: Sebagian besar gangguan neuromuskular yang mempersulit weaning diperoleh selama perawatan pasien di ICU. Fungsi sistem pernapasan pada pasien dengan cedera medula spinalis servikal memerlukan perhatian khusus, khususnya segmen level tinggi oleh karena keterlibatan saraf frenikus. Trakeostomi direkomendasikan dilakukan lebih awal setelah intubasi untuk menyederhanakan weaning. Komplikasi pascaoperasi harus diatasi agar tidak memperburuk luaran pasien. Kesimpulan: Kriteria weaning dan ekstubasi pada gangguan neuromuskuler dapat berbeda antar referensi, namun secara umum melibatkan vital capacity (VC), respiratory rate (RR), minute ventilation, PaO2, FiO2, PaCO2, rapid shallow breathing index, positive end-expiratory pressure (PEEP), dan kondisi klinis pasien. Selama weaning, bantuan ventilasi dilepas untuk sementara dan diselingi dengan periode istirahat.
背景:缺乏营养的一个原因是神经肌肉病变,如多项式、心肌病和主动脉病变(SCI)在C5以上。重症监护病房病例的发病率为10-20%,死亡率为25-50%。长时间机械通风通常是病人在C5上方脊髓髓损伤时所需要的。病例:我们报告了两个病人;一名22岁的男子,患有多发性痉挛性痉挛性膀胱病变和全脊髓性髓C5 e causa脊髓穿刺病变,另一名34岁男子被诊断为急性脱肌性髓质c3手术后,两名患者都被诊断为呼吸机肺炎同事(VAP)。经验抗生素治疗和脱延。大部分神经肌肉紊乱使病人在重症监护室的护理过程中难以获得水分。脊髓脊髓脊髓损伤患者的呼吸系统功能需要特别注意,特别是由于法国神经参与的原因,这一水平需要特别注意。建议在插管简化水分后及早进行气管切开术。必须消除术后并发症,以免使伤口恶化。结论:对神经肌肉萎缩症的调节和表现标准可能在不同的参考文献中有所不同,但一般包括重要电能、呼吸速率、PaO2、FiO2、快速呼吸指数、积极呼吸压力和病人的临床状况。在经纱期间,辅助通风被暂时拆卸,并伴有休息时间。